Hari berganti, sore itu Clara meringis menahan sakit di perutnya, beberapa kali ia duduk kemudian berdiri dan berjalan untuk meringankan rasa sakitnya, sementara Ayahnya dan Bi Atik tidak ada di rumah. Clara merasakan bahwa hari ini mungkin akan melahirkan anaknya, beberapa kali ia menghubungi ayah dan bibinya tapi tidak berhasil. Satu-satunya orang yang belum di hubungi adalah Adrian. Dengan terus menahan rasa sakit dan tangan yang dingin dan gemetar ia menekan nama Adrian di ponselnya dan akhirnya tersambung dengan Ardian.“Halo, Adrian, tolong aku, sepertinya aku akan melahirkan hari ini,” kata Clara dengan menahan rasa sakit.“Oke Clara, tunggulah sebentar, dalam waktu lima belas menit aku akan sampai,” balas Adrian. Dan Adrian segera menutup ponsel dan bergegas melaju dengan jeepnya dan menuju rumah Clara.Sesampainya di sana Adrian sangat panik, ia mendapati Clara terkulai tak berdaya di atas sofa, tangan Clara dingin keringat bercucuran, Clara hampir pingsan. Dengan cepat Adri
Hari berganti hari, dua tahun sudah berlalu, Clara dan Adrian masih sibuk dengan food court yang semakin hari semakin berkembang, dalam kurun waktu dua tahun sudah ada sepuluh cabang food court yang tersebar di wilayah Jakarta dengan 100 karyawan dan omset 300 juta perbulan .“Clara, terima kasih, berkat kerjasama kita selama dua tahun ini sudah bisa membuahkan hasil, dengan apa aku membalas hasil kerja kerasmu ini,” kata Adrian kepada wanita yang sudah dikenalnya hampir tiga tahun ini.“Nikahi aku,” jawab Clara sambil tersenyum.“Yakin kamu sudah siap menjadi Nyonya Adrian Baskoro Putra,” ujar Adrian sambil merangkul bahu Clara“Tapi, kamu harus jujur dengan orang tuamu, siapa aku, tentang masa laluku, masa lalu ayahku dan keberadaan Jose di tengah-tengah kita.”“Tentu saja.”“Adrian, selama kita bersama, kamu tidak pernah menceritakan tentang orang tuamu. Kata ayah Hanggoro kamu berselisih paham dengan ayahmu, apakah itu benar?” tanya Clara, di tatapnya pria di sebelahnya, yang
Mendengar pernyataan Hanggoro, Adrian dengan cepat melumpuhkan pemulung yang berusaha lari. Clara terus melihat dengan seksama pria paruh baya yang ada di hadapannya, ia tak menyangka sama sekali, bahwa pemulung yang sering di tolongnya ternyata orang yang menyebabkan ayahnya di penjara.“Siapa nama bapak, dan apa benar, tiga puluh tahun yang lalu terlibat perampokan di toko emas dan menyebabkan pemilik toko tewas?” tanya Clara menatap lekat lelaki tua yang selalu di tolongnya itu.Laki-laki tua dengan pakaian lusuh itu, menatap Clara ragu, tergambar jelas rasa malu, dan takut di wajahnya.“Iya, Neng. Waktu itu aku dan temanku, merampok toko emas, siang itu toko sepi, hanya ada pemilik toko dan Bapak ini {tangannya sambil menunjuk Hanggoro}, lalu aku dan pemilik toko terlibat perkelahian, hingga pisauku terjatuh, lalu saat itu aku melihat dari cermin yang ada di dinding, kalau Bapak itu mau menusuk pisau ke punggungku, dengan segera aku menghindar dan yang terjadi pemilik toko yang
Atik cemas, sambil mengendong Jose. Ia takut jika keluarga Bram, akan menyakiti Clara dan Jose. Tiba-tiba mobil jeep milik Adrian, berhenti di di depan pagar, lalu terlihat Clara turun dari mobil, di ikuti Adrian. Atik bergegas membukakan pintu dan menyuruh Clara dan Adrian cepat masuk“Ada apa Bi, kelihatan cemas?” tanya Clara, melangkah memasuki rumah, di ikuti Adrian.“Tadi Fandi ke sini,” jawab Atik.“Fandi suami Dinda,” Clara berucap, sambil menatap serius Bibinya itu.“Iya Clara, semula aku tidak tahu kalau Dia itu, menantu keluarga Himawan, dia ingin bertemu denganmu, aku tidak curiga apapun, sampai akhinya Fandi melihat Jose dan ia mempertanyakan tentang kehidupanmu dan Jose,” jelas Bi Atik.Mendengar penuturan Atik, Clara terlihat cemas ia menghempaskan pelan tubuhnya di atas sofa, Adrian pun ikut duduk di sebelahnya.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Adrian.“Ada maksud apa Fandi ingin menemuiku. Dan jika dia tahu Jose adalah anak Bram, apa yang akan ia perbuat?” gumam Clar
Pikiran Clara tertuju pada Adrian dan Bramastio, dua pria yang ada di hatinya. Bramastio mantan suami dan ayah dari Jose. Yang tidak dapat di pungkiri masih ada cinta yang tersisa di sudut hatinya. Dan sisi lain Adrian, yang 3 tahun ini selalu di sampingnya, mendukungnya dan mencintainya. “Aku, tidak mau kembali pada Bramastio, Jose adalah anakku, ” jawab Clara dengan bibir bergetar. “Tapi Clara, Jose membutuhkan seorang ayah,” desak Fandi. “Iya, Jose sudah mempunyai seorang Ayah, yaitu Adrian, jadi aku mohon, jangan usik kehidupanku lagi, pergilah, aku dan keluargaku sudah memaafkanmu,” ujur Clara, seraya bangkit dan meninggalkan Fandi. Fandi hanya menatap pilu dan menahan rasa kecewa dan bersalah. Lalu beranjak pergi. Siang itu Adrian menemui Clara, dengan memakai celana jeans dan kaos warna merah dan jaket kulit warna hitam, membuat Clara terpesona hingga netranya tak mau lepas memandang wajah tampan dan keren Adrian. “Clara, ayo ikut aku ke Bandung, kita akan survey loka
Ki Darma, pemilik sebuah perkebunan seluas 100 hektar, hasil perkebunan buah sudah merambahi seluruh supermarket di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya, pekerjanya sekitar 500 karyawan dan sebagian besar adalah penduduk sekitar perkebunan, sedangkan rumah mewah bernuansa alam berdiri dengan elok seratus meter dari perkebunan. Selain kaya raya Ki Darma juga di segani dan berkuasa. Pagi itu Ki Darma memanggil, Anah, Tarjo dan Doni di ruang kerjanya, dengan wajah tegang ketiga pegawai setianya menunggu Ki Darma, mereka bertiga duduk di sofa yang menghadap meja kerja Ki Darma suasana sunyi, hanya detak jam dinding yang berbunyi, pekerja yang lainnya belum datang. Dengan perasaan was-was mereka menunggu Ki Darma, selang beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang. Ki Darma memasuki ruangan kemudian menutup rapat pintu. Ki Darma duduk di kursi kebesarannya sementara ketiga pegawainya duduk di sofa dengan kepala menunduk. Beberapa menit kemudian, Ki Darma berucap dengan suara yang t
Satu minggu setelah kecelakaan, polisi dan tim SAR menghentikan pencarian Clara. Dan Clara dinyatakan tewas jenazahnya dan hilang terbawa arus sungai. Sementara itu Bram masih gelisah, belum lagi mendapatkan kepastian bahwa Clara melahirkan anaknya kini malah Clara hilang dan dinyatakan tewas. Tapi Bram tidak menyerah dengan segala upaya ia mencari keberadaan Hanggoro dan Atik. Dan itu menyebabkan Elin marah. “Bram, lupakan Clara, dia sudah meninggal, Mama ingin mencarikan calon istri buat kamu.” “Mah, Clara kemungkinan melahirkan anakku, aku harus menemukan anak itu.” “Mama tidak ingin cucu dari Clara, kalau Mama menginginkannya sudah dari dulu Mama mengambilnya.’ Thomas dan Bram terkejut dengan ucapan Elin. Sementara Elin menutup mulutnya dengan tangannya, Dia tak menyangka akan keceplosan. Thomas yang mendengar hal itu berdiri dan menarik lengan Elin dengan kasar. Demikian juga dengan Bram ia sangat terkejut. “Jadi benar Clara hamil dan melahirkan anak Bram?” tanya Thomas. “
Hampir satu minggu Clara terbaring di tempat tidur, badannya masih terasa sakit dan kepalanya pusing, beberapa obat masih ia minum tiap hari. Sebenarnya rasa sakit di tubuhnya bukanlah yang ia pikirkan. Tetapi amnesianya yang ia pikirkan. Bagaimana bisa Clara menjalani hari-hari tanpa tahu masa lalunya. Pagi ini Clara mencoba bangun dari tempat tidur berjalan menuju jendela. Ini pertama kalinya ia membuka jendela kamar sendiri, sebelumnya Bi Anah membukan jendela kamar untuknya. Dengan berlahan Clara membuka jendela, matanya langsung di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa, halaman rumah yang luas dengan rerumputan hijau dan di kelilingi bunga-bunga yang bermekaran serta pepohonan besar ada di setiap sudut halaman, hampir ia tak percaya, jika ia tinggal di rumah yang seindah ini. Belum lagi Clara puas menikmati pemandangan, ia di kejutkan oleh ketukan pintu kamar. Tok Tok.. “Permisi Non,” suara Bi Anah dari balik pintu. “Masuklah Bi.” Ceklek!... suara pintu dibuka dan terli