"Briella, tolong beri aku kesempatan."Nathan mengangkat tangannya dan dengan lembut menghapus air mata yang membasahi wajah Briella.Dalam suasana seperti ini, emosi Briella menyeruak dan hatinya dipenuhi dengan rasa haru.Dia mendongak. Dari balik bahu Nathan, Briella melihat sosok pria yang berdiri tidak jauh dari situ. Sekelebat keterkejutan melintas di pelupuk matanya saat melihat wajah pria itu.Valerio?Bagaimana dia bisa di sini?Valerio dan Briella saling bertatapan selama beberapa detik. Wajah Valerio yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun, membuat orang lain tidak bisa memahaminya. Dia langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun.Nathan mengikuti tatapan Briella dan melihat sosok Valerio. Dia kembali menoleh untuk melihat reaksi Briella."Pergilah kalau kamu mau menemuinya."Nathan melepaskan tangannya dari wajah Briella dan bergeser, memberi jalan untuk Briella.Untuk sesaat Briella ragu, lalu mengangguk pada Nathan. Dengan cepat dia mengejar Valerio.Valerio duduk
Briella menutup matanya dan ada dua garis air mata yang mengalir di wajahnya. Melihat itu, Valerio pun panik dan melepaskan cengkeramannya."Sakit?"Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Briella, namun Briella menghindar dengan menoleh ke samping."Kenapa marah begitu." Valerio menggendong Briella. Melihat wajah Briella yang penuh amarah, membuatnya sangat ingin menggigit Briella."Cepat turunkan aku sebelum ada yang melihat!""Naik dulu ke mobil dan tetap bersamaku malam ini.""Nggak bisa! Pak Valerio, aku akan lapor polisi kalau kamu terus begini."Valerio sama sekali tidak peduli dan hanya menatap Briella. "Lapor saja."Briella tidak bodoh. Kalau lapor polisi, maka akan ada banyak orang yang terlibat.Valerio adalah orang penting dan sangat memedulikan reputasinya.Pria itu menggendong Briella masuk ke dalam mobil dan mendudukkannya di kursi samping kemudi."Di rumah sakit mana ibumu dirawat?"Briella mencengkeram sabuk pengamannya. Dia tidak ingin Valerio tahu terlalu bany
Gita pernah mengatakan kalau kita bisa bersikap santai di depan seseorang, itu berarti orang itu selalu bisa memahami kita. Ini juga salah satu bentuk dari rasa suka."Nathan, sebenarnya hubunganku dengan Valerio lebih dari sekadar sekretarisnya. Tapi, sekarang dia sudah punya tunangan dan aku harus menjaga batasan-batasan yang harusnya ada di antara kami. Jadi aku nggak ingin membicarakan dia dengan orang lain."Sejak awal Nathan sudah tahu seperti apa hubungan antara Briella dan Valerio. Jadi dia sama sekali tidak terkejut dengan apa yang dikatakan Briella."Karena kamu sudah memutuskan untuk melupakan masa lalu, jadi kamu bisa memulai semuanya dari awal. Kalau kamu mau, berikan aku status. Mungkin dengan begitu, dia nggak akan mengganggumu lagi.""Sementara ini aku nggak punya niatan buat menjalin hubungan yang melibatkan perasaan. Untuk sekarang, aku sudah bahagia hidup bersama anakku."Sekali lagi, Briella menolak isyarat yang diberikan Nathan.Briella sendiri juga merasa aneh, se
Briella berbalik, mengambil tisu untuk menutupi mulutnya dan mencoba sekuat tenaga untuk menekan rasa mual yang muncul."Kenapa?" Nathan menjadi panik. "Apa kamu sakit?"Briella melambaikan tangannya dan menjawab, "Nggak apa-apa. Kalian makan dulu saja, aku mau ke toilet sebentar.""Aku temenin."Nathan mengikuti Briella dan mengantarnya ke toilet. Saat menunggu, dia bersedekap sambil bersandar pada tembok.Ini adalah pertama kalinya dia merasa segugup ini saat menghadapi seorang wanita. Hal yang bahkan dia sendiri tidak pernah membayangkannya.Briella mengusap-usap dadanya, merasakan perasaan ingin muntah namun tidak bisa membuatnya sangat tidak nyaman. Aroma di dalam toilet seperti jeruk, membuat rasa mualnya sedikit mereda saat menciumnya.Briella merasa kalau dia seperti itu karena lingkungan baru, jadi tidak terlalu menganggap serius hal itu. Dia mencuci tangannya dan keluar dari toilet."Bagaimana?" Nathan menghampiri dan bertanya dengan penuh perhatian, "Kita langsung ke rumah s
"Kenapa aku nggak percaya?" Gita menggerutu pelan, lalu mengambil buku catatan Zayden untuk dibaca. Itu adalah majalah yang sudah sangat tua. Gita ingat kalau majalah itu sudah tidak diterbitkan sejak beberapa tahun yang lalu. Jadi bisa menemukan versi dokumen yang sangat berharga ini di internet bisa dikatakan seperti menemukan harta karun.Dia melirik Zayden, lalu mengatakan, "Kamu hebat juga kalau masalah cari sesuatu. Bahkan kamu bisa menemukan sesuatu yang sudah nggak diterbitkan seperti ini.""Sudah pasti. Selama aku mau, nggak ada yang nggak bisa aku temukan di dunia ini, termasuk pria itu.""Pria yang mana maksudmu?""Pria sialan yang sudah membuatku tapi meninggalkanku dan Mama!"Gita tertawa, lalu mengalihkan perhatiannya ke laptop milik Zayden.Itu adalah berita tentang kapal pesiar yang meledak di perairan saat itu, kapal pesiar milik Valerio. Karena dulu dia hanya seorang pengusaha biasa-biasa saja dan tidak memiliki reputasi seperti sekarang sebagai orang terkaya di dunia
Nathan datang dari kamar anak-anak. Dia melepaskan jas yang dia kenakan, lalu memakaikannya ke pundak Briella. "Ayo, kita ke rumah sakit."Briella merapatkan jas di tubuhnya, berdiri dan berjalan berdampingan dengan Nathan.Karena kejadian panti asuhan kali ini, hatinya memiliki penilaian lebih untuk Nathan.Nathan mengantarnya ke rumah sakit. Ibu Briella ditempatkan di bangsal VIP rumah sakit dan menikmati perawatan dari tim medis terbaik. Dokter mengatakan karena ibu Briella sudah sadar, jadi kemungkinan untuk sembuh cukup tinggi.Melihat ibunya dirawat dengan sangat baik oleh Nathan, perasaan utang budi dalam diri Briella kepada Nathan makin tidak terhitung.Briella merasa kalau dia makin berutang budi kepada Nathan, bisa saja hatinya luluh dan menerima Nathan seandainya pria itu menyatakan cintanya untuk sekali lagi."Setiap hari, ibumu dijaga oleh perawat secara bergantian. Sekarang, kamu bisa kembali ke hotel dan beristirahat dengan tenang."Nathan menoleh ke belakang. Dia sudah
Briella masuk ke dalam kamar dan sangat marah saat melihat pria itu sudah menguasai ranjang di kamarnya."Pak Valerio, mau saya pesankan kamar lain?"Mata pria itu terpejam dan tidak mengatakan apa-apa. Briella mengira kalau Valerio pura-pura tidur, jadi dia berjalan di sisi ranjang dan bertanya lagi, "Pak Valerio, apa Anda tidur?"Karena tidak ada jawaban atau reaksi dari Valerio, Briella berpikir kalau Valerio tertidur karena mabuk.Kenapa sikapnya menjengkelkan sekali! Valerio makin keterlaluan.Briella mencubit lengan Valerio dengan keras untuk menyalurkan amarahnya.Sepertinya Briella harus pergi ke resepsionis untuk memesan kamar lain.Briella membuka tasnya dan mengambil pakaian ganti, lalu berjalan ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Saat Briella melepaskan jubah mandi, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Ada bayangan hitam yang melintas dan Briella langsung digendong oleh Valerio.Briella tersentak kaget. Dia refleks melingkarkan lengannya di leher pria itu agar tidak jatu
Briella menarik lengan baju Valerio dan berjalan keluar kamar. Begitu keluar, mereka sudah berada di depan kamar Nathan dan Briella langsung mengetuk pintu."Nathan, keluar sebentar."Begitu pintu terbuka, Nathan disuguhkan dengan pemandangan seorang pria dan seorang wanita yang berada di depan pintu kamarnya. Sebelum Nathan bereaksi, Briella sudah berhambur ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat.Seketika, tubuh Nathan membeku. Namun, melihat reaksi tidak biasa di wajah Valerio, dia seketika mengerti apa yang sedang terjadi."Kenapa? Sudah kangen?" Telapak tangan Nathan menepuk punggung Briella dengan lembut. Dia pun tersenyum penuh kasih sayang. "Bodoh. Bukannya aku sudah bilang akan menemuimu nanti?"Briella membenamkan kepalanya ke dada Nathan dan mendorong Nathan masuk ke kamar. "Nggak bisa. Aku sudah nggak tahan."Keduanya menempel seperti lem. Valerio menyaksikan apa yang terjadi di depannya dengan wajah dan tatapan sedingin es.Briella mendorong Nathan masuk ke dalam kama