"Mungkin kamu melewatkan sesuatu." Valerio mengingatkan, "Aku nggak percaya kalau orang yang selalu berada di sisimu, Klinton, juga terlepas dari masalah ini.""Apa yang akan kamu lakukan kalau aku menemukan bukti Davira lah yang membunuh anak itu?" Briella bertanya sambil menatap mata pria itu lekat-lekat.Davira adalah istri Valerio, yang sudah memberi Valerio seorang anak perempuan yang cantik dan manis. Briella hanya ingin tahu apakah pria itu tega melihat Davira dihukum atas perbuatannya.Valerio melangkah maju, membuat jarak keduanya begitu dekat. Bahkan mereka hampir bisa merasakan hembusan napas satu sama lain.Mata pria itu berubah muram dan simpul seksi di tenggorokannya bergulir. Dia bertanya dengan suara yang dalam, "Apa yang kamu inginkan?"Mata Briella menyalurkan kekejaman yang dalam. "Aku ingin dia membayar dengan nyawanya."Valerio mengaitkan bibirnya membentuk senyuman. "Lakukan saja."Briella tersenyum sinis. "Pak Valerio, sepertinya kamu tega melakukan itu."Pria it
Melihat kedua pria itu hendak berkelahi lagi, Briella menghentikannya dengan teriakan keras, "Sudah, kalian berdua sudah cukup! Kalau kalian mau berkelahi, pergilah ke tempat lain! Jangan berkelahi di depan rumahku! Aku nggak akan bisa tanggung jawab kalau ada yang terbunuh."Briella menatap Valerio dan Klinton bergantian, lalu berbalik dan berjalan menuju rumahnya tanpa menoleh ke belakang.Valerio melihat Klinton seperti melihat musuh. Dengan mata merah, dia mencengkeram leher Klinton dan menyematkan pria itu ke kap mobil."Klinton, aku tanya! Apa yang terjadi dengan bayi Briella?"Saat itu, Klinton menyembunyikan Briella dan berbohong kepadanya dengan mengatakan kalau bayi Briella sudah meninggal. Sekarang, apa yang Valerio tahu tidak sesederhana yang dia pikirkan. Setelah tahu kalau Klinton yang menjadi penyebabnya, Valerio bahkan punya keinginan untuk menghabisinya.Klinton terjepit di mobil, wajahnya terdorong keras oleh Valerio. Dia berusaha keras untuk membebaskan diri kari jer
"Aku ... nggak tahu. Briella melahirkan dan aku juga melahirkan. Mana mungkin kejadian itu ada hubungannya denganku?""Davira, biasanya aku selalu memaklumi apa yang kamu lakukan. Tapi kalau masalah ini, lebih baik kamu nggak berbohong padaku."Mata Davira diselimuti kepanikan. Tiba-tiba, matanya berkedip, seolah-olah menyadari akan sesuatu. Dia pun meraih lengan Klinton."Kak, jangan bilang kalau Renata itu Briella? Jangan bohong padaku! Apa dia bilang sesuatu padamu!"Davira mengguncang lengan Klinton, sangat menuntut jawaban dari pria itu. "Jawab, apa Renata itu Briella? Apa kamu menyembunyikan fakta itu dariku?"Klinton menepis tangan Davira dan berkata dengan marah, "Tenang, aku lagi bawa mobil!"Tubuh Davira jatuh lemah di kursi mobil dan berkata dengan napas terengah-engah, "Aku mengerti. Renata itu Briella. Dia datang karena ingin membalas dendam padaku. Kak, kamu ingin dia menghabisiku, ya?"Klinton mengerutkan kening. "Kalau kamu nggak melakukan sesuatu yang buruk, dia nggak
Rieta menghela napas dalam, merasa kalau apa yang dikatakan Davira memang tidak salah. Kalau masalah Briella tidak diselesaikan sampai tuntas, cepat atau lambat dia tidak akan bisa bertahan di Keluarga Regulus.Dia beranjak, menunduk dan menatap Davira dengan remeh. "Apa kau punya kontak Renata? Aku mau menemuinya dan memeriksanya sendiri."Davira langsung mengeluarkan ponselnya. "Ya, akan langsung aku kirimkan. Aku yakin masalah ini akan cepat selesai kalau Bu Rieta turun tangan."Davira berkata sambil mengirimkan kontak Renata kepada Rieta.Rieta menguap dan berjalan ke kamar. "Sudah malam, istirahat dulu saja. Hanya seorang Briella, nggak ada yang perlu ditakutkan."Davira merasa lega saat mendengar ucapan Rieta, lalu melangkah ke kamarnya....Hari sudah larut. Setelah mengatur keperluan Erna, Briella pun kembali ke kamarnya.Dia mengeluarkan laptop, membuka email dan mengirim email ke alamat email anonim."Halo, Elbert. Aku sudah tahu identitasmu. Aku juga tahu di mana kamu tingga
Briella menutup telepon, menjadi sedikit bersemangat saat kebenaran mulai terkuak. Dia sangat menantikan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Namun, dia juga khawatir tidak akan mampu mengatasinya.Cepat atau lambat, dendam akan terbalaskan dan mereka yang terlibat akan mendapatkan balasannya.Malam itu, Briella tidak bisa tidur nyenyak. Keesokan paginya, dia dihubungi oleh Siska, yang datang secara khusus untuk mengantarkan cek kepada Briella."Pagi tadi, Pak Valerio memintaku pergi ke bagian keuangan buat minta cek sebesar dua puluh miliar dan memberikannya kepadamu. Nona Renata, Pak Valerio juga tanya, apakah jumlah ini sudah cukup?."Briella memindai jumlah yang tertera di cek tersebut dan menyimpannya."Sudah cukup, Siska. Ucapkan terima kasihku pada Pak Valerio. Katakan padanya kalau aku akan melakukannya dengan baik.""Baiklah. Ceknya sudah aku berikan. Nanti aku masih ada rapat, jadi aku akan pergi dulu karena harus kembali ke kantor.""Ya."Briella menutup pintu dan membawa c
Setelah mendengarkan perkataan Elbert, mata Briella berbinar senang. Dia menahan kegembiraan di dalam hatinya dan berkata dengan suara yang mantap, "Bawa aku menemui anak itu sekarang juga.""Ya." Elbert menyipitkan matanya dan menatap cek dua puluh miliar di tangan Briella. "Berikan dulu uangnya."Briella menenangkan diri, menyipitkan matanya untuk mengamati pria di hadapannya.Jelas sekali kalau Elbert sangat terburu-buru meminta uang di tangannya. Hubungannya dengan Davira terkuak, mungkin dia ingin melarikan diri.Namun, makin cemas Elbert, Briella makin harus bersikap tenang agar tidak mudah tertipu."Bagaimana kalau aku memberimu uang ini, tapi kamu nggak memberitahuku kebenarannya? Aku harus melihat anak itu dan memastikannya sebelum memberikan uang ini kepadamu."Elbert agak kesal. "Valerio memberimu dua puluh miliar ini dengan sangat mudah, tapi kamu sangat pelit. Kamu takut kalau aku menipumu?"Briella mengangkat dagunya, lalu menjawab, "Aku memang takut kamu akan menipuku. E
"Renata itu Briella. Dia belum mati!""Sudah kuduga! Aku memang sudah menduganya!" Davira kembali menggerutu, "Wanita jalang itu sudah menipu kita habis-habisan!""Kalau kamu ingin menyimpan rahasiamu, kirimkan uangnya padaku sekarang juga. Aku mau seratus miliar. Setelah kamu memberikannya padaku, aku pastikan aku akan menghilang dari Kota Tamar bersama anak kita. Rahasiamu akan tetap menjadi rahasia selamanya tanpa diketahui oleh siapa pun.""Seratus miliar!" seru Davira dengan tajam. "Dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu?""Kamu sudah menjadi istri Valerio selama bertahun-tahun. Nggak mungkin kamu nggak bisa dapat uang ini. Bagi Keluarga Regulus, uang seratus miliar hanyalah secuil kuku. Kalau kamu nggak bisa memberikannya kepadaku, aku akan minta sama Briella.""Tunggu! Aku akan mengusahakan uang itu untukmu. Tapi, kamu nggak boleh memberi tahu siapa pun kalau Queena bukan anakku. Setelah dapat uangnya, kamu harus menghilang dari Kota Tamar!""Jangan khawatir. Setelah dapat u
Rieta menunduk dan menatap wajah Davira. "Briella memang harus disingkirkan, tapi apa gunanya aku mempertahankanmu! Kamu bodoh dan hanya akan menghambat rencanaku saja! Lebih baik minta Valerio buat menceraikanmu!"Davira berhenti menangis dan menatap Rieta dengan wajah ngeri. "Bu Rieta, kamu nggak mungkin setega itu membuangku. Aku sudah hidup bersamamu selama empat tahun! Jelas-jelas aku sangat setia kepadamu!"Rieta tersenyum sinis, lalu menendang Davira menjauh. "Sudah! Jangan membuat masalah di sini! Aku akan bertemu dengan Briella. Aku ingin melihat seperti apa wanita yang kembali dari kematian itu. Empat tahun nggak bertemu, ternyata dia jauh lebih pintar dari yang aku kira.""Bu Rieta mau bertemu Briella?" Davira bertanya dengan mata berkaca-kaca, bahkan terselip kesan suram dalam sorot matanya."Davira, aku nggak akan memberimu uang yang kamu minta. Pernikahanmu sama Valerio nggak bisa dipertahankan karena ketidakmampuanmu. Bagiku, sekarang kamu hanya pion yang nggak berguna.