Hati Briella langsung terasa sakit saat mendengar perkataan Queena. Dia anak yang sangat manis, kenapa tidak mendapatkan kasih sayang yang seharusnya?"Anak baik, jangan menangis. Kamu bisa menonton TV di sini sama Tante. Setelah itu, Tante akan mengantarmu pulang, ya?""Hmm, ya."Queena mengangguk dan mencium wajah Briella. "Tante baik banget sama Queena. Nanti kalau Queena pulang dan punya uang, Queena akan kasih Tante uang."Briella tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Dia hanya beranjak untuk membersihkan dapur.Ketika Briella selesai membersihkan dapur, dia tidak melihat Queena di ruang tamu. Dia langsung panik dan mencari ke ruangan lain. Ternyata Queena sedang tidur di tempat tidurnya. Perutnya yang membuncit terlihat dan anak itu kelihatan tidur nyenyak.Briella tertegun, tidak habis pikir kenapa anak itu bisa tidur di rumah orang lain?Bagaimana kalau Briella orang jahat?Sepertinya Valerio dan Davira benar-benar tidak peduli dengan anak ini. Mereka bahkan tidak mengajarkan pe
Valerio melangkah masuk ke dalam rumah dan melihat sekeliling rumah Briella.Bersih dan luas. Rumah ini memiliki gaya barat, sangat bersih dan luas. Ini adalah apa yang disukai Briella. Perabotan serta peralatannya berteknologi tinggi dan sangat modern.Suasana dan dekorasi seperti ini bisa dianggap sebagai hunian dengan lingkungan yang baik.Briella menunjuk ke arah kamarnya dan berkata pelan, "Queena tidur di kamarku."Valerio menganggukkan kepala dan tidak buru-buru mencari Queena, tetapi duduk di sofa ruang tamu."Ambilkan segelas air."Kaki panjang pria itu terlipat dan postur tubuhnya terlihat santai. Dialah yang lebih terlihat seperti pemilik rumah ini dibandingkan Briella.Briella cemberut dan mengambilkan air untuk pria ini dengan enggan, lalu menyerahkannya kepadanya.Valerio meneguk air dalam gelas itu dan melirik ke arah Briella. "Duduklah."Briella awalnya ingin mencari tempat duduk yang jauh dari Valerio. Namun, pergelangan tangannya ditarik oleh pria itu cukup keras. Bri
Melihat kalau Valerio tidak bermaksud untuk menyalahkannya, Briella merapikan pakaiannya dan kembali ke keadaan sadarnya."Aku sedang menjalani proses perceraian dengan Davira. Alangkah baiknya kalau kamu bisa membantuku menjaga Queena untuk sementara waktu."Valerio mengatakan itu sambil meletakkan sebuah kartu bank berwarna hitam di atas meja.Briella menunduk dan mengamati kartu tersebut. Itu adalah kartu kredit tanpa batas. Briella bisa membeli apa pun dengan menggunakan kartu itu.Jadi, pria ini menyetujui permintaan yang dia ajukan barusan?Briella mengambil kartu itu tanpa menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya.Ketika Valerio melihat Briella mengambil kartu itu, sudut bibirnya menunjukkan senyum tipis. "Tapi ada satu hal. Kalau ada masalah atau kesulitan, akulah orang pertama yang harus kamu hubungi."Briella mengangguk. "Ya, aku mengerti."Pria itu beranjak dan mengambil jasnya yang teronggok di lantai. Dia mengibaskannya, lalu menyampirkannya di pundak dan bersiap untuk per
Briella berpikir sejenak sebelum menyadari akan sesuatu. Taman bermain itu sendiri dibangun untuk menyenangkan Queena, bukankah dia hanya perlu menyenangkan Queena?"Sepertinya apa yang kamu katakan memang sangat masuk akal."Queena menganggukkan kepalanya. "Tante, memang benar seperti itu. Queena ini bala bantuan untuk Tante. Nanti Queena akan bilang sama Papa. Queena cuma mau Tante yang mendesain taman bermain untuk Queena. Queen anggak mau yang lain. Bagaimana."Briella berpikir sejenak dan menyentuh kepala Queena. "Walaupun kamu bilang begitu, tapi Tante pikir ini kesempatan langka. Tante juga ingin menghasilkan karya yang bagus, jadi kita harus tetap bersikap serius, ya?"Queena sepertinya mengerti. "Oh, baiklah. Kalau begitu, Queena akan melakukan apa pun yang Tante mau.""Ayo kita makan dulu. Setelah itu kita pergi ke mal dan beli apa yang dibutuhkan."Briella memakaikan baju pada Queena dan mendudukkan Queena di sofa di ruang tamu. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk menyiapk
Briella membawa Queena ke mal, sekaligus membawa Queena ke toko yang menjual baju anak-anak."Queena, biasanya siapa yang beliin kamu baju?""Papa yang beliin.""Bagaimana dengan Mama?""Mama nggak pernah mengajak Queena ke mal. Kemarin Mama gendong Queena dan bilang mau membelikan sesuatu buat Queena. Tapi Queena takut. Akhir-akhir ini Mama jadi aneh."Queena mengerutkan kening, menunjukkan wajah sedih.Mendengar Queena berkata seperti itu, Briella menyentuh kepala Queena dengan penuh kasih sayang."Kalau begitu, Tante mau nemenin kamu beli baju hari ini. Papa kamu sudah kasih Tante kartu khusus untuk biaya makan dan keperluan kamu. Kamu akan tinggal sama Tante seminggu, jadi Tante akan membelikanmu tujuh baju, ya?""Ya, Queena senang sekali!"Seperti yang sudah diduga. Belanja adalah sesuatu yang disukai oleh perempuan, bahkan anak kecil berusia tiga tahun pun tidak terkecuali.Briella mengajak Queena berkeliling mal dan memilihkan baju-baju kesukaan Queena.Saat melakukan semua ini,
Davira mengeluarkan air mata dengan susah payah dan menunjukkan wajah cemas yang disertai tangisan kepada semua orang, "Tolong bantu aku. Wanita itu membawa anak kandungku. Dia membujuk putriku untuk merusak hubungan kami. Dia membawa putriku pergi di saat aku dan dia nggak saling mengenal. Dia mau menjual anakku."Mendengar Davira mengatakan itu, semua orang langsung menyalahkan Briella, bahkan menganggapnya sebagai pelaku perdagangan manusia."Katakan dengan jelas! Apa hubunganmu dengan gadis kecil yang ada di gendonganmu itu?""Saat ini para pedagang manusia begitu merajalela sampai berani menculik di mal.""Mana mungkin wanita cantik dan kelihatannya baik melakukan hal-hal seperti itu.""Cepat panggil polisi dan tangkap dia."Menghadapi tuduhan semua orang, Briella tetap tenang, tetapi Queena cemas. Dia menunjuk ke arah orang-orang yang mengelilinginya."Kalian nggak boleh bicara tentang Tante Renata seperti itu! Tante bukan pedagang manusia, dia yang terbaik untuk Queena. Kalian m
"Rio, biar aku jelaskan. Sebenarnya Renata yang mengambil Queena dariku tanpa persetujuanku. Dia hanya ingin memanfaatkan Queena untuk mendekatimu ...."Davira mati-matian menjelaskan situasinya, tetapi Valerio tidak mau mendengar sepatah kata pun darinya. Dia langsung melemparkan surat cerai yang sudah disiapkan sebelumnya ke depan Davira."Ini surat cerainya, bacalah. Kalau nggak ada masalah, langsung tanda tangani saja."Davira terdiam, menatap surat cerai dan pria yang begitu teguh di depannya. Air matanya pun menetes."Rio, bagaimanapun juga aku ini ibu kandung Queena. Aku yang melahirkan dan membesarkannya. Kamu harus memberiku kesempatan demi Queena. Mana mungkin aku bisa menerimanya kalau kamu minta cerai secara tiba-tiba begitu?"Valerio mengangkat pandangannya, tatapannya setenang air. Bahkan wajahnya tidak menunjukkan emosi sedikit pun."Aku sudah berjanji untuk memberimu waktu satu bulan. Tapi apa yang kamu lakukan sudah menyinggung prinsipku. Sekarang Queena ketakutan kala
"Renata membawa anakku ke rumahnya dan merayu suamiku. Malam itu mereka berduaan cukup lama di dalam rumah. Lalu hari ini, Rio bertekad untuk menceraikanku. Kak, sudah seperti ini, mana mungkin aku bisa tenang!"Klinton bertanya kepadanya, "Davira, hari ini kamu pergi ke perusahaan Valerio untuk membuat keributan?""Apa aku nggak boleh membuat keributan saat keadaan seperti ini? Kenapa aku nggak boleh membuat keributan? Rio yang memanggilku ke perusahaan untuk memintaku menandatangani surat cerai. Aku merobek-robek surat cerai dan bersikeras nggak mau bercerai!""Davira, dengarkan aku. Saat ini situasimu memang sangat pasif. Kamu harus menolak untuk bercerai dan menunda waktu selama yang kamu bisa. Selain itu, kamu harus tenang dan jangan emosi. Lebih baik kalau kalian nggak jadi bercerai! Jangan bersikap impulsif dan membuat masalah lain. Jangan mencari masalah dengan Renata, kamu mengerti?""Kenapa aku nggak boleh mencari masalah dengannya? Kak, sihir macam apa yang Renata taruh di k