Wanita itu pucat mendengar perkataanku, dirinya yang seolah-olah ingin merendahkan diri sendiri dan berusaha menyalahkan hatiku secara tersirat, malah semakin diolok-olok dan dihinakan oleh keadaan. Aku menghinanya dengan brutal, Aku mencari keputusan dan tindakan yang diambil serta aku menyakiti mentalnya, aku membullynya habis-habisan. Suara petir dan hujan yang mulai turun di luar sana seolah membuat keadaan makin dramatis ditambah kilat yang menyoroti membuat wajah Niken nampak membuatnya semakin terlihat sedih."Enyah kau dari rumahku!""Kau ngusir Mbak?""Iya, dan aku berhak melakukannya karena ini adalah rumahku! siapa kau berani datang ke sini dan mengelu-ngelukan tentang hidupmu yang malang!""Ada apa Ma? Kenapa malam malam begini ribut?" Suamiku tiba-tiba datang, dia membuka pintu dan siluet wajahnya yang tampan dengan jas hitam benar-benar membuat Niken terkesima dengan kehadirannya."Niken? Kamu di sini?" mas Farid kaget melihat gundik yang ingin dia tinggalkan tiba-tiba h
Terbelalak mata ini dan terkejut diri ini sampai darah ini berdesir dan naik ke ubun-ubun dengan cepat, saat melihat spanduk yang terpampang di lobby utama. Pagi-pagi diri ini datang ke kantor dan mendapati sesuatu yang benar-benar mengejutkan.Ada spanduk besar yang ditulis dengan cat merah, beberapa bangkai ayam dan kotoran yang ditabur di lobby utama, loby depan logo perusahaan yang kami banggakan. "Dia lupa kalau dia punya istri saat membuatku merintih di tempat tidur. Lelaki itu menikmati tubuh dan kehormatanku! Aku tidak akan melepaskannya!" Begitu bunyi tulisan yang ada di spanduk itu."Pak satpam, Kenapa spanduknya dibiarkan begitu saja segera bereskan dan bersihkan lobby ini.""Kami memang menunggu ibu untuk melihatnya secara langsung.""Segera bereskan sebelum calon klien dan para tamu perusahaan datang Ini benar-benar memalukan." "Tapi ada yang lebih harus dibereskan Bu ucap vika dari belakangku."Iya...""Tentang Pak Farid, dia harus mengumumkan pada semua orang kalau di
"jangan senang dulu karena aku akan menghancurkan kalian," ujar wanita itu."Dengan cara pun engkau berusaha. Meski kau menggertak dan mengancam tapi aku tidak takut, teruslah seperti itu dan susah kan hidupmu sendiri sehingga kau akan membuang lebih banyak waktu untuk terobsesi pada mas Farid. Padahal, kau bisa lebih produktif dari ini.""Peduli apa kau tentang produktivitas diriku.""Minimal mandilah sebelum datang ke kantor orang ini adalah korporasi besar yang reputasinya terlindungi serta sangat dihormati, bukan pasar ikan, lagipula kau harus segera membersihkan apartemenmu sebelum tetanggamu dan orang-orang yang lewat mencium bau tahi!""Kurang ajar!""Jika kau tidak ingin disentil atau diganggu maka jangan mengganggu orang! Karena pembalasan yang kau dapatkan bisa saja lebih parah dari itu!""Jangan mengguruiku!""Cukup pelakor! Jangan sampai aku memasang baliho di seluruh perempatan kota yang mengumumkan bahwa kau adalah selingkuhan suamiku, aku dan mas Farid masih tetap akan
"Assalamualaikum."Terdengar suara suami setelah gerakan pintu yang terdengar terbuka. Aku yang sedang menyiapkan makan malam langsung mengintip ke arahnya. Pria bertinggi 170 cm itu meletakkan sepatunya di rak lalu masuk dan menyapaku."Kau darimana Mas?""Ada urusan?""Apa kau pergi menemui Niken?"Lelaki itu tertegun dengan pertanyaanku, dia berdiri dengan wajah ragu tapi aku tahu bahwa sejujurnya ia mungkin saja baru bertemu dengan wanita itu."Anak anak menunggumu untuk makan malam," ujarku."Aku juga pulang dengan cepat karena membaca pesan dari mereka.""Lalu kau darimana?""Dari lokasi proyek, mencoba memastikan Apakah semuanya berjalan sesuai rencana atau Niken telah mengacaukan segalanya.""Lalu apa yang terjadi?""Wanita itu mengambil semua desain, salinan hard copy dan softcopy menghapus dari database komputer perusahaan serta membawa seluruh kertas desainnya pulang. Dia tidak menyisakan apapun.""Niken tidak berhak melakukan itu karena kita telah membayarnya, nilai kont
"Mau kemana Ma?" Mas Farid yang sudah pakai piyama dan berbaring di tempat tidur kaget melihat diriku mengambil mantel dan tas."Ke rumah ayah.""Kau yakin tidak pergi ke rumah Niken kan?"Aku dan ia bersitatap di mana lelaki itu nampak menelan ludahnya dengan susah payah. Ekspresi cemas seperti itu, jarang sekali terlihat di wajahnya kecuali ia memang benar-benar bersalah. Dan saat ini, lelaki itu menyadari betapa fatal perbuatan yang dia lakukan dan betapa akibatnya telah merepotkan semua orang."Akan kulakukan hal yang harus kulakukan.""Semua kerepotan ini berakar dariku jadi harusnya aku yang menyelesaikannya.""Sudahlah istirahat, besok kau harus menemui beberapa orang dan memeriksa jalannya proyek jadi kau harus tidur. Aku stop manager keuangan jadi aku punya banyak waktu yang luas.""Tapi kau benar-benar terlibat dan repot gara-gara aku.""Sudahlah, biarlah Mas." Aku melambai kecil badannya lalu segera turun, ku keluarkan mobilku dari garasi lalu meluncur dengan cepat di jal
"Mati aku Bu!" Fika memberi isyarat dengan mulutnya karena dia merasa sangat ketakutan dan tegang sekali dengan keadaan tersebut. Bahkan kami tidak bisa menarik nafas dan menghelanya dengan bebas."Woah, ternyata ada tamu tidak diundang datang ke rumahku ya," ucap Niken dengan santai. Suara hentakan sepatunya terdengar dengan jelas di telinga kami yang perlahan semakin dekat dan dekat. Aku merayap mengambil pisau dan tepat saat wanita itu masuk ke area dapur, aku langsung berdiri dan menyergapnya dari belakang lalu mengarahkan bagian mata pisau itu ke lehernya."Kau bergerak sedikit saja maka kau akan kehilangan nyawa, aku juga tidak akan segan-segan menggorok pisau ini di lehermu," ujarku.Wanita itu bergeming, kaget mungkin syok juga."Apa yang kau inginkan sampai menyusup masuk ke dalam apartemenku?""Aku memintamu untuk mengembalikan semua dokumen yang kau curi serta maket desain yang kau ambil!""Auu tidak mau!""Jangan paksa aku untuk merampok Apa yang sebenarnya sudah jadi hak
Tak langsung tidur diri ini begitu Derry dan Vika mengantarku ke rumah. Aku langsung ke meja kerja dan membentangkan desain arsitektur itu, kemudian memeriksa memori card dan melihat video proyek secara keseluruhan. Aku berusaha memperhatikan setiap detail dan perhitungannya agar tidak ada yang berkurang atau sesuatu yang dihapus oleh Niken. Di sana ada data tentang perhitungan jumlah bahan dan material jadi aku harus mencocokkannya dengan beberapa berkas yang dipegang oleh suamiku. Aku harus pastikan tidak ada data yang diubah agar perhitungan jumlah material dan biaya yang dikeluarkan tidak berubah. Waktu berangsur menuju pukul 02.00 malam, jam dinding terdengar bergema detakannya di seluruh penjuru rumah sementara Mas Farid belum juga kembali, sementara diri ini masih bergelut dengan kertas-kertas dan desain tersebut. Dua cangkir kopi sudah tandas, kantuk tidak lagi menyerang karena aku harus memeriksa segalanya.Klik!Bunyi nada otomatis di pintu terdengar dibuka dan suara la
Terjaga diri ini atas kicau burung yang kini bertengger di dahan pohon kelengkeng di taman samping. Sinar mentari masuk dari dinding kaca dan tepat jatuh di wajahku membuatku bangung, tanpa sadar aku tertidur di atas berkas-berkas yang kuperiksa semalam.Kurenggangkan tubuhku, meluruskan kaki dan punggung di mana tulang-tulang berderak dan aku merasakan pegal yang luar biasa. Kugerakkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk meredakan nyeri leher karena tidur menunduk di atas meja."Selamat pagi Ma," ujar Cindi yang sudah cantik dengan setelan dan tasnya, gadisku yang memutuskan untuk berhijab itu kini magang di sebuah kantor dalam rangka memenuhi tugas kuliahnya."Pagi.""Apa mama tidur sepanjang malam di meja itu?""Ya.""Tugas apakah yang membuat Mama sampai seserius itu?""Ini masalah desain proyek yang harus segera selesai, kau tahu kan hotel bintang 5 yang sedang dibangun di Teluk Minata, Kita harus kejar pengerjaannya.""Oh, baik Ma. Oh ya Ma, aku lihat apa lagi packing ke dalam
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d