Home / Romansa / Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku / 1. Romantisme dan penipuan suamiku

Share

Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku
Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku
Author: Ria Abdullah

1. Romantisme dan penipuan suamiku

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-01-01 08:39:54

**

Jangan mudah terlena pada suami yang selalu bersikap mesra dan manis. Siapa tahu, mereka menyembunyikan rasa bersalah dengan berusaha mengambil hati istrinya.

Seperti suamiku, meski baik padaku diam-diam dia membuat seseorang merintih di dalam kantornya.

**

Sejak menikah dengan Mas Farid--bertahun tahun lalu-- hari-hariku terasa dipenuhi dengan berkah dan kebahagiaan, setiap hari seperti sebuah hadiah, merasa berkah diberikan suami yang baik serta penuh perhatian, ditambah kami dianugerahi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Mereka tumbuh cerdas dan selalu membawa kebanggaan tersendiri untuk orang tuanya.

**

Tepat dua puluh tahun anniversary pernikahan, ketika pagi ini aku berdiri di depan figura foto keluarga dengan tatapan bangga dan senyuman lebar di bibirku. Netra ini menatap lengkap pada foto berukuran cukup besar dan menjadi poin utama di ruang keluarga. Di gambar itu, ada aku dan suamiku yang duduk berdampingan dengan ekspresi penuh cinta dan saling genggam tangan sementara anak-anak kami berdiri di sekitar kami. Ada rasa bangga, bahagia, serta haru bahwa aku bertahan dan berhasil membersamai suami meniti perjalanan hidup yang tidak mudah sampai berada di titik yang sekarang, di mana kami telah mapan dan bahagia.

Ingin kuucapkan selamat pada diriku sendiri yang telah berhasil jadi istri dan ibu yang setia, juga punya uang suami dan pemberinya semangat saat dia merasa lelah dan jatuh.

"Apa yang kau pandang?" Lelaki yang selalu santun dan mengucapkan kata-kata lembut itu menghampiriku, dia memelukku dari belakang lalu mengecup di bagian leher kiriku.

Postur tubuhnya yang tinggi membuatku seperti boneka kecil di dalam pelukannya tatapan matanya yang selalu melelehkan serta senyum bibirnya yang tersungging hangat, membuatku jadi orang yang beruntung bisa mendapatkan tatapan itu setiap hari.

"Tidak ada."

"Apa kau terpesona pada lelaki tua yang ada di foto itu. Kontras dengan pasangannya yang cantik, bagiku, kau seperti seorang Dewi sementara aku hanya kurcaci yang beruntung," bisiknya.

"Jangan menggoda begitu." Aku membalikan badan dan menatap matanya sementara dia semakin erat merangkul pinggangku.

"Aku tidak pernah berhenti mengutarakan cinta karena itulah yang kurasakan setiap kali menatap matamu, aku selalu jatuh cinta, lagi dan lagi."

Aku tersipu, hatiku berbunga seperti pucuk yang hendak mekar kemudian dibasahi oleh embun pagi serta gerimis yang lembut, hatiku dilanda cinta yang bergelombang untuknya, untuk suamiku seorang.

"Pagi-pagi sudah menggoda," ujarku sambil mencubit pinggangnya.

"Ini adalah waktu yang tepat untuk memulai hari dan mengungkapkan perasaan yang tersimpan. Siapa tahu aku tidak akan bisa mengungkapkan lagi ucapnya sambil mengecap bibirku.

Hariku selalu seperti ini, dihujani oleh cinta, kasih sayang dan sapaan yang lembut darinya. Kadang timbul dalam hati keserakahan tersendiri--karena merasa begitu mencintai-- bahwa hanya aku yang boleh memilikinya dan semoga perlakuan manis ini tidak dilakukan pada orang lain.

Selalu kutepis ide-ide gila yang kadang terlintas di benakku, anggapan bahwa di luar sana mas Farid akan iseng-iseng ... Tidak! Kamu bagi bibir ini untuk menyebut kata-kata haram itu! Aneh rasanya, meresapi sebuah perasaan aneh yang kadang membuatku tergelitik sendiri. Mana mungkin Mas Farid akan berselingkuh dari istri yang sangat dia cintai. Tidak akan, tidak mungkin.

Berulang kali kuucapkan puji syukur kepada Tuhan karena aku adalah istri yang beruntung di dunia mendapatkan dirinya lelaki yang bertanggung jawab lagi penuh cinta padaku.

***

Pukul 03.00 sore suamiku pulang dari kantornya, dia yang menjabat sebagai direktur eksekutif perencanaan perusahaan nampak sedikit lelah, tapi saat berpapasan dengan ibu lelaki itu selalu tersenyum.

"Apa kau ikut di pesta nanti malam?"

"Pesta apa?" Aku yang sedang merangkai bunga bertanya padanya.

"Pesta tahunan merayakan keberhasilan dan pencapaian kantor."

"Aku rasa aku tidak perlu ikut."

"Kenapa?"

"Setiap tahun aku ikut jadi orang-orang akan bosan melihatku," jawabku sambil tertawa.

"Aku tidak akan pergi tanpa dirimu," ujarnya sambil mendekat, mengangkat bahuku lalu menatapku dengan pandangan mata yang sulit ku gambarkan. Yang jelas itu melelehkan hatiku.

"Aku tidak pernah bosan untuk menggandengmu karena kau wanita terbaik dalam hidupku."

"Aku sudah tua, wajahku keriput dan kulitku sudah tidak secemerlang dulu."

"Itulah sisi eksotis dirimu," balasnya berbisik.

Kami nyaris saling berciuman andai putra kami tak segera datang.

"Cie cie ... ayah bunda selalu bikin kami baper," ujar Fikri anak sulung kami.

"Iya, kak, kayak dunia punya mereka," balas Cindy adiknya.

"Hei, ayolah, jangan mengganggu suasana indah antara ayah dan bunda, "ujar suamiku balik menggoda anak-anaknya.

Putra putriku yang baru pulang les itu lalu beranjak ke kamar mereka sambil berseloroh tentang ayah mereka yang bucin, sementara aku melanjutkan merangkai bunga mawar dan lili untuk kuletakkan di meja ruang tamu.

**

Malam hari.

Kupatut diriku di cermin, menatap diri yang memakai gaun merah dengan rambut di gerai dan anting berlian. Suamiku datang dari latar belakang dan langsung melingkarkan tangannya di pinggangku lalu mengecup pipi ini dari kiri.

"Kau yang terbaik, aku tak bisa bayangkan bagaimana jadinya aku tanpa dirimu."

"Kau berlebihan."

"Aku bersumpah," tenggorokannya sendiri aku tertawa sementara Dia segera mengajakku pergi.

##

Saat tiba di lokasi acara petugas parkir mengambil alih mobil dari depan lebih utama, aku dan suami berjalan masuk jemari tangan kami saling bertautan di mana ia tidak pernah alpa melakukan itu selama puluhan tahun. Selalu, saat kami berada di luar rumah, aku harus berjalan di sekitarnya, memegang tangannya, dan aku tidak boleh lepas dari tatapannya.

**

Tiba saat acara dibuka suamiku yang merupakan pejabat penting di kantornya disuruh untuk memberikan sambutan dan memberikan presentasi nilai keberhasilan mereka di tahun ini.

Sekilas suamiku naik ke panggung, lelaki yang sudah mengenakan tuksedo hitam dan dasi kupu-kupu, serta tatanan rambut yang dibuat sangat rapi membuatnya nampak tampak seperti James Bond. Aku terpesona.

"... Keberhasilan dan pencapaian kita tahun ini tidak luput dari keberhasilan yang dikerjakan oleh seorang pegawai kami yang cemerlang. Dia arsitek yang hebat, dan hasil karyanya sudah dipuji oleh sejumlah klien kami dalam proyek besar. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Nona Niken Alisia."

Tepuk tangan menggemuru di seluruh ruangan, sementara wanita yang disebut itu nampak naik ke panggung, dia begitu anggun dengan gaun berwarna ungu yang belahan kakinya cukup naik hingga ke paha, rambutnya nampak indah, wajahnya cantik dan bibirnya sensual, dia naik, menerima ucapan selamat lalu bersalaman dan melakukan cipikan-cipiki dengan suamiku.

Mas Farid nampak bangga berdiri di samping wanita itu dan menyentuh belakang punggungnya dengan hormat.

"Saya juga berterima kasih untuk mentor saya Tuan Farid Arisandi, tanpa beliau Saya tidak akan bisa menciptakan bangunan yang kokoh dan dihargai, terima kasih Tuan Farid," ujarnya sambil membungkuk penuh hormat.

Suamiku menyambutnya dengan senyum bangga.

Entah kenapa di antara riuhnya tepuk tangan hanya aku satu-satunya yang merasa ada yang aneh. Entar aku terlalu overthinking ataukah ini memang firasat. Entah kenapa aku merasa wanita itu terlalu akrab pada suamiku.

Terbukti, setelah acara sambutan suamiku langsung berbaur dengan teman-temannya dan mengajak wanita itu turut serta, dia memperkenalkannya kepada beberapa kolega dengan bangga. Wanita itu juga menatap suamiku dengan tatapan penuh makna, mereka bertukar pandangan mata dengan gesture yang mencurigakan

Suamiku sibuk memperkenalkan wanita itu sementara aku terabaikan di sudut lokasi pesta.

Untungnya aku punya beberapa orang yang kukenal sehingga aku agak teralihkan dengan obrolan dan sedikit cemilan. Tak terasa suasana pesta serta kemeriahan yang membuatku lupa sejenak dengan keberadaan suamiku. Waktu menunjukkan pukul 10.00 malam saat aku mencarinya untuk mengajaknya pulang.

Entah kenapa, aku tidak menemukan ya di lobby utama kantor berlantai 5 itu. Lobby yang sudah disulap dan di dekorasi menjadi tempat acara perayaan. Karena aku tahu dia suka menyendiri untuk mencari inspirasi maka aku naik ke lantai dua untuk memeriksa Apakah dia ada di kantornya atau tidak.

Aku berjalan perlahan, sementara lampu-lampu koridor memberikan cahaya temaram. Dari kejauhan, dari balikpanel kaca yang diberi garis-garis berwarna putih aku melihat siluet Wanita bergaun ungu sedang bersama dengan seorang pria berjas hitam.

Hatiku bergemuruh bukan main, aku berdebar dengan firasat bahwa itu mungkin adalah suamiku. Saat jarak semakin dekat aku sengaja memelankan langkahku, aku bersembunyi dari balik pintu lalu pelan-pelan itu.

Suara rintihan terdengar dengan intens, suara desa*** dan lenguhan seakan mereka menikmati sesuatu.

Ya, saat aku benar-benar bisa melihat mereka aku terbelalak, mulutku terbuka tapi suaraku, bola mataku nyaris lepas dari rongga mata.

Astaghfirullah, tungkaiku nyaris lepas mereka sedang memadu asmara di meja kerja dalam posisi berdiri, si wanita menyadarkan tangannya di meja sementara Mas Farid ada di belakangnya. Lelaki itu sangat menikmati permainannya, menikmati ritme percintaan hingga matanya terpejam. Wanita jalang itu juga mengimbangi suamiku, dia merintih, melenguh, minta ampun dan minta lagi. Mereka bermain dengan ganas sampai wajah dan pakaiannya berantakan.

"Ayo Mas, lagi Mas!"

Ah, menjijikkan!

Beberapa detik aku menatap permainan laknat mereka, tiba-tiba wanita bernama Niken itu memergoki diriku memandangi mereka. Kami saling bertatapan, saling memandang dengan tegang. Herannya dia tidak terkejut sama sekali, dia malah tersenyum, tersenyum dengan tarikan bibir yang naik sebelah seakan-akan ia sedang mengejekku, dia melecehkanku.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Juairiah Lia
suka dengan karya ria Abdullah cerita ny bagus, dan tidak membosan kan............
goodnovel comment avatar
Tth Im
baru bab pertama sudah naek darah thour
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    2. terpaku menatap kenyataan.

    Aku terpaku di dinding melihat kejadian itu, dari balik pintu dan ditutupi oleh daun-daun pohon plastik, aku meneteskan air mata melihat kejadian yang seakan seperti mimpi di depan mata.Apa yang kulihat sulit untukku cerna seketika, seakan tabir antara kenyataan dan alam ilusi menjadi kabur. Aku jadi sulit membedakan mana yang kenyataan dan mana yang hanya tipuan mata. Duniaku gelap, seakan aku diterpa gerhana matahari, seakan ada mendung kelabu yang benar-benar menutup cahaya dari hadapanku, meski ada kilat di depan mata tapi aku seakan buta.Sulit untuk percaya setelah 20 tahun lelaki itu selalu ada bersamaku, jam tanganku dan tidak melewatkan waktu untuk merangkul serta memberikan ciuman hangat. Sulit untuk mengerti tiba-tiba dia punya sisi lain dalam dirinya dan berani melakukan perbuatan itu.Kutinggalkan ruang itu dan membiarkan dia yang masih melanjutkan sesi memadu asmara dengan kekasih gelapnya. Ah, Tuhan, di bawah sana musik masih berdentum, riuh rendah dan samar-samar perc

    Last Updated : 2024-01-01
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    3. tidak peka

    Aku sudah lemas saat mobil suamiku tiba di rumah. Dari arah gerbang, atap rumah dan balkon kamar tidurku terlihat megah. Saat memasuki halaman taman cantik menyambut, air mancur berundak dan kolam ikan favoritku sudah ada di sana tempat aku biasa bersantai di sore hari dan bercanda dengan suamiku.Ah, bisa-bisanya aku tertipu oleh sandiwara dan permainannya.Aku turun dari mobil dengan lunglai menutup pintu mobilnya dengan kasar kemudian masuk ke pintu utama sambil menghentakkan kakiku. Kulepaskan sepatu hak tinggi dengan acak lalu kutinggalkan foyer utama langsung berlari ke arah kamar tidur."Hei, kau kenapa? Sepatumu tidak biasanya Kau letakkan dengan berantakan tanya suamiku sambil memunguti benda itu lalu memasukkannya ke dalam rak.""Aku ingin ke kamar mandi," jawabku dari atas tangga.Aku pergi ke kamar mandi menutup pintunya, lalu menangis di hadapan wastafel sambil menyalakan keran dengan tekanan tinggi, airnya deras sederas air mataku yang berderai di pipi. Mendadak kepalak

    Last Updated : 2024-01-01
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    4. pagi mencekam untukku

    Pagi ini mendung menutupi cakrawala, nafas bagi terasa begitu suram terlebih dahulu aku tidak sepenuhnya membuka tirai jendela kaca. Aku masih terduduk setelah habis salat subuh, tidak mengerjakan apapun hanya sibuk menatap cakrawala sambil merangkum luka di hatiku.Bayangan dan kelebatan kejadian semalam membuatku nyaris menggila, aku tidak bisa memejamkan mata barang sedikitpun karena selalu ingat bagaimana seringai dan senyum wanita itu padaku. Dia melecehkanku, dia tersenyum padaku seakan-akan dia memenangkan sesuatu yang besar, seakan-akan dia ingin bilang :"Lihatlah suamimu sangat mencintaiku dan dia rela melakukan apapun untukku termasuk menggadaikan kehormatan dan harga dirinya di tempat kerja."Aku benar-benar stres memikirkan itu."Bunda...." Sapaan dari Alexa Putri terakhirku membuyarkan diri ini."Bunda sedang apa duduk berjam-jam menatap jendela?""Hanya menatap langit yang tadinya cerah lalu berubah mendung?""Apa ada yang aneh? Biasanya jam segini makanan sudah siap d

    Last Updated : 2024-01-01
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    5. sandiwara Mas Farid

    "Siapa yang datang Bunda?" tanya suamiku dengan pertanyaan yang lembut dan mesra. "Arsitek mu yang bernama Niken mampir ke tempat ini dan menyerahkan berkas desain untuk proyek terbaru. Ini dia?" Aku menyerahkan berkas itu pada suamiku Dia terlihat memasang ekspresi datar menerima kertas-kertas itu dari tanganku."Dia bilang apa?""Tidak ada, hanya menitip ini saja.""Oh baik." Lelaki itu memberikan badan sambil mengangguk-ngangguk lalu beranjak kembali masuk ke dalam."Tunggu ....""Apa?" tanyanya."Apa kau dan arsitekmu dekat?""Pertanyaan macam Apa itu dekat yang maksudnya seperti apa?" Mas Farid menaikkan alisnya dengan heran memasang ekspresi seakan-akan dia tidak mengenal wanita itu atau tidak memiliki dosa sedikitpun. Aku jadi dongkol di dalam hatiku melihat dia yang pandai sekali bersilat lidah dan pura-pura."Aku bertanya padamu. Apa kau dan dia cukup dekat?""Aku dan dia sering bertemu karena kami diharuskan untuk membahas proyek dan bekerja sama. Satu konstruksi yang salah

    Last Updated : 2024-01-01
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    6. suamiku pergi

    Setelah suamiku mengenakan jas dan bersiap berangkat kerja, aku hanya terdiam di ruang tengah sambil menahan air mataku mengingat bentakannya yang begitu keras. Untung posisinya anak-anak sudah berangkat ke sekolah dan kegiatan masing-masing jadi hanya ada kami berdua saja yang berkonflik"Aku pergi dulu," ujarnya dingin."Iya, Mas, maafkan aku atas ponselmu." Aku mencoba mengalah meski dalam hati ini sudah bertumpuk-tumpuk sekali amarah dan luka. Aku mencoba menahan dirimu demi tidak bertengkar pagi-pagi dan diperhatikan oleh ketiga anakku. Cindy, Alexa dan kakaknya akan tersinggung jika orang tua mereka ribut pagi-pagi."Iya, tak apa," balasnya sambil menghelakan nafas dengan dalam."Apa perlu aku perbaiki ponsel itu?""Tidak, biar aku sendiri yang membawanya ke tukang reparasi, ada beberapa data dan kontak yang mau aku unduh."'iya, Mas, baiklah.""Kau tidak ke mana-mana hari ini?""Tidak.""Aku terpikirkan tentang dirimu yang sejak kemarin terus bersikap aneh. Puncaknya ... malam

    Last Updated : 2024-01-02
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    7. mas Farid kesal

    Mas Farid nampak terkejut mendengar perkataan wanita berambut panjang itu, meski dia mengenakan pakaian kerja khusus konstruksi tapi cetakan bagian tubuhnya yang terbungkus celana jeans dan sepatu boot membuat dia nampak sangat seksi. Dia menawan dan sungguh menarik."Apa? Kau bilang apa?" Suamiku nampak terguncang saat kekasihnya minta putus darinya. Dia segera meraih tangan wanita itu dan membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Aku belum pernah mencintai orang setulus aku mencintaimu.""Cih, jangan bohong." Wanita itu mendeci sambil membuang pandangannya ia seakan benci sekali pada suamiku."Aku memang mencintai Hafsah, tapi aku lebih mencintaimu, aku tergila-gila padamu dan akan kutinggalkan segalanya lebih bisa bersamamu.""Oh ya?" "Ya, aku bersumpah!" ucapnya sambil mengecup jemari Niken."Lalu kenapa kok belum juga meninggalkan mereka semua jika kau memang yakin begitu mencintaiku.""Aku harus menyelesaikan hubungan itu dengan baik-baik agar tidak ada dendam Antara

    Last Updated : 2024-01-02
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    8 minta tolong

    PraaaaakAaaaah! Auhhh tolong ....Wanita itu menjerit minta ampun, keningnya berdarah, saat kulepas tengkuknya dia meluncur jatuh dan terkapar di aspal."Aku peringatkan padamu, untuk jangan main main denganku," ujarku sambil tersenyum miring dan masuk kembali ke mobil, wanita itu terkapar, ia merintih kesakitan dan berusaha bangkit, keningnya pecah lalu mengucurkan darah "Laporkan saja insiden ini pada pacarmu, aku menunggu reaksinya," lanjutku sambil tancap gas dan pergi begitu saja.Wanita itu memandangku dengan kesal tapi dia tak menjawabku."Beraninya wanita obralan sepertinya mencoba memisahkanku dan suamiku." Aku menggunam lalu mengencangkan laju mobil.*Waktu kembali bergulir, siang jadi malam, dan suamiku belum kunjung pulang, aku rasa dia menolong gundiknya, membawanya ke rumah sakit dan merawatnya.Hingga pukul sembilan dia belum kunjung datang, kucoba untuk menghubungi tapi dia tak menjawabnya. Baru aja akan kucari, dia sudah ada di ambang pintu."Dari mana saja Mas, a

    Last Updated : 2024-01-07
  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    9

    Tanpa sengaja air mataku berderai, lututku gemetar dan aku berusaha membekap mulutku dengan kedua tangan, menghalau tangisanku agar tidak pecah dan terdengar oleh penghuni rumah. Aku tidak kuasa melihat benda berwarna merah marun yang teronggok di lantai kamarku itu. Aku merasa jijik menyentuhnya dan segera kulempar tapi aku tak bisa menepis fakta bahwa mereka memang melakukan sesuatu sebelum jam pulang kerja dan sebelum aku memukul wanita itu di tepi hutan. Aku rasa ini kan berusaha memprovokasi dan cari gara-gara denganku sehingga dia punya celah untuk masuk dan memanasi suamiku sehingga hubungan kami keruh.Ada tabir tipis antara penipuan dan rasa cinta yang sesungguhnya. Jika diperhatikan saat suamiku mengutarakan cinta padaku dia mengatakannya dengan begitu tulus jujur dan tatapan matanya benar-benar menunjukkan kalau dia mengatakan yang dia rasakan. Tapi saat aku menyaksikan dia mengatakan hal yang sama kepada Niken, maka aku tersadar, bahwa suamiku memang pandai bersandiwa

    Last Updated : 2024-01-19

Latest chapter

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    96

    Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    95

    Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    94

    "Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    93

    "Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    92

    "Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    91

    Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    90

    Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    89

    "Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua

  • Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku    88

    Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d

DMCA.com Protection Status