Riko menyilangkan tangan di depan dada dan terlihat tenang.Di sisi lain, Tommy bingung kenapa Tuan Besar Jacob mau membantu Riko?Dia merasa semakin cemburu.Melisha yang mengikuti Reina pun mengira putranya sedang diintimidasi."Tommy, Riko gangguin kamu lagi?"Melisha langsung mendorong Reina menjauh dan menghampiri Tommy.Reina terdiam. Kok jadi Riko yang gangguin Tommy?Apa Melisha sudah cari tahu dengan jelas apa yang terjadi?Baru pada saat itulah Tuan Besar Jacob dan Tuan Besar Latief menyadari bahwa ibu dari kedua anak tersebut sudah datang."Kok kamu ada di sini?" Tuan Besar Latief bertanya lebih dulu.Melisha terlihat ragu-ragu dan tidak menjawab, masa iya dia mengaku karena dia mengikuti Reina.Reina tidak menjawab dan bertanya, "Kakek, ada apa ini?"Tuan Besar Jacob angkat bicara, "Anak-anak lain sudah bilang, mereka nggak mau main sama Tommy karena dia suka mukul."Melisha langsung tidak senang mendengar ini."Reina, jelas-jelas kamu yang nyuruh orangtua murid lain buat m
Tuan Besar Jacob selalu merasa kesal begitu mengingat Riko bukan cucunya.Alana tidak menyangka kejadian ini akan melibatkannya dalam hal punya cicit.Tuan Besar Jacob terus terbatuk-batuk.Alana segera menepuk punggungnya dan Jovan juga datang."Aduh benar-benar deh Kek. Udah tahu lagi nggak sehat, tetap maksa keluar rumah. Kalau ada apa-apa, kan bisa nyuruh aku aja?" ucap Jovan yang kesal.Tuan Besar Jacob terbatuk lebih kuat.Alana memelototi Jovan, "Bisa nggak sopan dikit? Kamu masih tega marah ya? Nggak lihat Kakek sudah begini?"Alana pun menghibur Tuan Besar Jacob."Kakek, jangan marah ya. Iya, ini semua salahku dan salah Jovan. Selain urusan cicit, Kakek mau apalagi? Kami akan mengusahakannya. Kalau urusan cicit kan ... kita sudah sepakat akan pacaran dulu baru menikah."Batuk Tuan Besar Jacob agak mereda, dia terpikir sesuatu lalu berkata, "Kalau gitu boleh nggak punya anak dulu baru menikah?"Jovan terdiam.Alana terdiam.Reina juga ikut menghela napas dalam hati.Tuan Besar
Orang seperti Syena memang tidak berkeperimanusiaan. Kalau Treya memperlakukannya dengan buruk, dia pasti akan dengan mudah memutuskan hubungan keluarga di antara mereka.Tapi, Syena sama sekali tidak keberatan karena Treya memang memperlakukannya dengan baik.Syena juga menganggap Liane yang lebih berkuasa itu sebagai ibunya.Reina tidak mau meladeni Syena lagi, "Bukannya kamu yang memberitahuku kalau hubungan darah itu nggak mungkin bisa berubah? Kenyataannya, darah Treya mengalir dalam dirimu."Ucapannya yang dibalikkan oleh Reina membuat Syena sangat marah."Pokoknya, kamu minta Treya sana untuk membatalkan gugatannya! Dia 'kan nggak bakal hidup lebih lama lagi. Kalau dia bersedia membatalkan gugatannya, ayahku janji akan mengurus pemakamannya."Ternyata satu keluarga ini kacau semuanya."Terserah kalian saja," sahut Reina. Dia juga tidak sudi bersimpati.Setelah itu, dia langsung menutup telepon.Di rumah Keluarga Yunandar."Gimana?" tanya Tanu dengan segera.Syena menggelengkan k
Morgan sebenarnya tidak setuju dengan permintaan ini, tapi dia tetap berkata, "Kamu adalah ibu kandung Syena, sekaligus ibu mertuaku. Tanu itu ayah mertuaku. Agak nggak etis juga kalau kamu memintaku turun tangan dalam gugatanmu."Jawaban Morgan itu membuat Treya langsung menyerah.Dia tahu Morgan datang menemuinya bukan karena Syena."Aku paling merasa bersalah dengan Nana. Sepertinya akan sulit bagiku untuk menebus dosa-dosaku. Biarpun begitu, aku akan tetap berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan hartaku kembali. Aku mau berbaikan dengan Nana ...."Morgan hanya diam menanggapi kata-kata Treya.Saat meninggalkan rumah sakit, dia berkata pada Diego."Aku sudah mengutus orang untuk melindungi ibumu selama beberapa waktu ke depan.""Apa terjadi sesuatu?" tanya Diego dengan bingung."Kamu hanya perlu menjalankan perintahku," jawab Morgan."Oke."Diego langsung berhenti bertanya, toh ini tidak ada hubungannya dengan dia.Morgan dan Diego berpisah arah, lalu Morgan masuk ke dalam mobil d
Bukan apa-apa, tapi Treya tampak berbeda sekali setelah setengah bulan mereka tidak bertemu.Tubuhnya kurus kering, benar-benar seperti tulang terbungkus kulit. Saking kurusnya, Treya harus dipapah oleh perawat untuk bisa berjalan.Masalahnya, di dalam ruang persidangan ada pihak media yang menyelinap masuk. Sosok Treya yang saat ini benar-benar sudah kehilangan keanggunannya yang dulu.Kalau bukan karena merasa menyesal, mana mungkin Treya akan muncul di tengah kondisinya yang seperti ini? Matanya yang cekung menatap ke bagian penonton. Sosok pertama yang dia lihat adalah putri kandungnya, Syena.Syena juga balas menatap Treya tanpa rasa kasihan atau simpatik, sorot tatapannya malah terlihat kaget dan menghina."Kok Treya bisa ke sini?"Dia bertanya pada asistennya."Entahlah," jawab si asisten sambil menggelengkan kepalanya."Dasar kalian semua nggak berguna!"Treya segera memalingkan pandangannya dan perlahan menatap Reina.Ekspresi Reina terlihat tenang, sorot tatapannya juga terli
Mendengar kata-kata perhatian Treya sekarang membuat Reina merasa sangat konyol."Kamu nggak usah khawatir soal itu."Setelah berkata seperti itu, Reina langsung masuk ke dalam mobil tanpa menoleh ke belakang lagi.Dia pikir akan ada sesuatu yang mengejutkan terjadi hari ini, ternyata tidak terjadi apa-apa.Namun, saat Reina memejamkan matanya, benaknya kembali mengingat nada bicara Treya yang terdengar menyedihkan barusan, "Belakangan ini cuaca jadi agak dingin, kamu dan bayimu harus menjaga kesehatan kalian."Reina tidak tahu Treya tulus mengatakan hal itu atau tidak. Tapi, mau tulus ataupun tidak, tetap saja segala luka yang selama ini Reina alami tidak akan pernah bisa sembuh.Karena Reina paling membenci Treya!"Sampai."Begitu ucapan Deron terdengar, Reina yang masih melamun pun sontak membuka matanya. Mereka memang sudah tiba di luar Vila Magenta.Maxime pulang lebih cepat hari ini. Dia duduk di sofa dan bertanya pada Reina, "Gimana?"Reina duduk di samping Maxime, "Nggak ada ke
Perasaan yang hanya sesaat ....Reina tidak tahu harus menangis atau tertawa mendengar jawaban Maxime.Reina menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu bertanya, "Sesuatu habis terjadi padamu, ya?"Reina yakin inilah alasannya. Karena Maxime mendadak sekali ingin bercerai di saat sebelumnya semuanya baik-baik saja."Nggak," jawab Maxime dengan sorot tatapan yang terlihat sangat dingin.Reina tidak mau mengacuhkan Maxime untuk saat ini. Dia duduk beberapa meter dari Maxime dan berbaring untuk menenangkan diri.Suasana di antara mereka pun menjadi sunyi senyap.Karena Reina hanya diam, Maxime akhirnya berkata lagi, "Pikirkan baik-baik, pokoknya aku nggak akan memperlakukanmu dengan buruk."Setelah itu, Maxime bangkit berdiri dan berjalan naik.Tangan Reina terasa gatal sekali ingin memukuli Maxime.Reina yakin ada yang salah, itu sebabnya Maxime mendadak mengajaknya bercerai.Setelah memastikan Maxime sudah kembali ke kamar, Reina pun mengambil ponselnya dan menelepon Ekki.E
Sekujur tubuh Maxime sontak menjadi kaku."Orang bilang kebahagiaan dalam pernikahan itu baru menurun setelah tujuh tahun berlalu," kata Reina, "Kita memang sudah menikah lebih dari tujuh tahun, tapi kita 'kan belum sampai satu tahun hidup bersama. Masa kamu secepat itu nggak tertarik lagi padaku?"Saking dekatnya posisi Reina, dada Maxime bisa merasakan embusan napas Reina setiap kali wanita itu bicara.Maxime menahan rasa tidak nyaman itu dan berkata, "Jangan cari masalah."Maxime bahkan tidak menyadari betapa seraknya suaranya barusan.Reina memperhatikan Maxime, daun telinga pria itu tampak merah padam.Tidak peduli seberapa keras Maxime berusaha untuk berbohong, respons fisiknya itu membongkar kedoknya."Kamu benar-benar mau bercerai dariku?" tanya Reina."Iya." Maxime mundur selangkah dan menyentakkan Reina menjauh.Reina sengaja melangkah mundur sambil memekik hendak jatuh. Maxime refleks memeluk Reina lagi.Setelah itu, Maxime melepaskan Reina dengan lebih perlahan dan mundur b
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba