Dalam berhadapan dengan pihak luar, Reina dan Joanna memang satu suara.Wajah Melisha seketika memerah begitu dibalas Joanna."Gimana juga, aku pernah jadi manajer umum ..."Sebelum Melisha bisa menyelesaikan kata-katanya, Joanna sudah menambahkan, "Terus kenapa sekarang malah jadi manajer departemen penjualan kelima?"Melisha terdiam."Kamu nggak layak duduk di posisimu. Melisha, menurutku justru kamu yang harus belajar dari dasar. Harusnya kita semua tahu di perusahaan ini cuma Morgan dan Maxime yang langsung memimpin begitu bergabung di perusahaan. Ada kalanya orang lain memang terlahir dengan kemampuan lebih hebat tanpa perlu mulai dari dasar, tapi ada pula yang tidak punya karunia ini dan harus belajar dari dasar."Kata-kata Joanna membuat Melisha semakin malu.Dia hanya bisa melirik Tuan Besar Latief untuk meminta bantuan.Tuan Besar Latief tidak dapat membantunya dan berkata, "Melisha, kalian 'kan sudah bertaruh, maka tepati janjimu."Wajah Melisha seketika menjadi suram."Ya."
Respon Maxime membuat Ekki semakin merasa bosnya ini sudah dimabuk cinta.Malamnya.Maxime sudah tidak sabar bertemu Reina, sayangnya waktu keluar kantor, dia tidak sengaja menabrak kursi.Ekki langsung menarik kursi yang menghalangi Maxime."Maaf, aku lupa mengembalikannya ke posisi semula."Maxime tidak marah, dia hanya teringat kata-kata Jovan.Maxime harus cepat dioperasi, kalau terus ditunda, tingkat keberhasilan operasi akan terus berkurang dan kalaupun berhasil, dia belum tentu penglihatannya kembali sempurna.Kebutaannya ini membuat suasana hatinya memburuk."Nggak masalah, ayo berangkat.""Oke."...Di Grup Rajawali.Reina sudah menunggu Maxime dan begitu melihat mobilnya, dia langsung naik ke mobil."Jadi? Kita mau makan apa hari ini?"Maxime hanya bisa mendengar suara Reina yang bahagia, tapi tidak bisa melihat wajahnya."Apa pun boleh."Reina tidak menyadari perubahan suasana hati Maxime dan mulai mencari restoran enak di sekitar sana.Sebuah restoran privat langsung muncul
Reina terlalu malas bicara omong kosong dengan Maxime, dia mulai fokus makan.Saat ini usia kandungannya sudah menginjak bulan keempat. Berbeda dari trimester pertama, nafsu makan Reina meningkat tajam dan semua yang dimakannya terasa enak.Reina sudah memberi tahu Riki bahwa malam ini dia akan makan di luar.Setelah selesai makan, barulah mereka berdua pulang.Sesampainya di rumah, Reina bermain dengan Riki sedangkan Maxime menetapkan hati dan menelepon Jovan."Tolong atur waktu untuk aku operasi.""Kak Max sudah yakin?" tanya Jovan."Ya.""Reina sudah tahu?" tanya Jovan lagi.Untuk hal seperti ini memang sebaiknya perlu memberi tahu Reina."Nggak, jangan kasih tahu siapa-siapa. Kita lakukan operasinya diam-diam," jawab Maxime.Jovan jadi khawatir, "Mmm, nggak apa-apakah? Kalau terjadi sesuatu gimana?""Aku sudah siapkan rencana cadangan untuk Reina dan anak-anak, kamu nggak perlu khawatir," jawab Maxime.Jovan tahu peringai Maxime, tidak ada yang bisa menggoyahkan pendirian Maxime ka
Ekki bisa memahaminya."Kalau gitu, Bos akan kasih tahu Nyonya?""Dia nggak boleh tahu soal ini." Maxime tidak mau Reina khawatir.Terlebih lagi kalau setelah operasi Maxime sungguh jadi idiot, dia berharap Reina benar-benar berhenti memedulikannya.Karena dalam kesadarannya saat ini, Maxime tidak bisa menerima bahwa dirinya adalah pria yang tidak berguna dan membutuhkan seorang wanita untuk menjaganya."Ya."...Grup Rajawali.Reina baru saja mengambil alih sebagai manajer departemen penjualan kelima. Sebelum Reina tiba, semua staf di departemennya sudah mulai bergosip."Aku nggak nyangka omongan dia semuanya jadi kenyataan!""Ah, nggak heran lah. Dia 'kan sama kayak Melisha.""Menurutku sih nggak. Dia nggak kelihatan sama kayak Melisha."Semua orang berdebat.Di departemen penjualan lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Mereka semua meremehkan Reina dan menganggapnya sama dengan Melisha, karena mengira Reina mendapatkan posisi dengan koneksi.Hal pertama yang Reina lakukan adala
Awalnya Reina pikir Maxime cuma bercanda dengannya, sampai waktu sebelum tidur, Maxime memberikan dokumen yang tadi dia kirimkan pada Reina."Coba baca."Reina membelalak tidak percaya, "Kamu kenapa sih? Aku mau tidur.""Aku banyak melupakan hal di masa lalu, sekarang aku harus mempelajarinya lagi. Jadi, tolong bacain buat aku." Maxime takut memaksa Reina terlalu jauh, jadi dia mengubah pendekatannya.Reina tidak punya pilihan selain membacakannya untuknya.Tidak berapa lama, Reina tertidur.Maxime mengambil dokumen dari tangan Reina dan memeluknya erat-erat.Di hari-hari berikutnya, Maxime bertingkah seperti seorang guru yang mendorong Reina dengan segala cara, memintanya belajar cara mengelola karyawan dan cara menegosiasikan bisnis dengan orang lain, semua ini Maxime lakukan supaya bisa membuat Reina sukses dalam waktu singkat.Awalnya Reina tidak begitu tertarik untuk belajar, sampai hari ini Melisha mendatanginya.Melisha terlihat sangat bangga. "Reina, kamu nggak nyangka 'kan aku
Di saat seperti ini, Riki sangat merindukan Riko.Riki pandai dalam menilai orang, namun kurang dalam sisi akademis.Saat berhadapan dengan angka besar, dia terpaksa berhitung dengan jarinya.Sedangkan Riko, bisa menghitung di luar kepala.Pengasuh Riki yang berjaga di samping juga merasa prihatin. Riki yang masih kecil sudah disuruh belajar hal rumit.Orangtua zaman sekarang sungguh kejam dalam mendidik anak.Reina melihat Riki yang kesulitan mulai menggaruk kepalanya, jadi Reina pun membantu Riki.Sebelum Reina bisa bergerak lebih lanjut, Maxime sudah berdeham dan berkata, "Nana, kamu sudah menyelesaikan tugasmu?"Reina pun duduk kembali dan dengan patuh menyelesaikan permasalahannya sendiri.Dia benar-benar tidak menyangka Maxime akan bersikap begitu ketat dan tegas. Apa bedanya dengan pergi ke sekolah?"Belum, aku lagi mikir." Reina menjawab ragu-ragu.Maxime menggumam, lalu kembali meneruskan pekerjaannya sendiri.Karena cuaca yang bagus, mereka semua bekerja dan belajar di taman.
Risiko dari operasi ini terlalu besar. Jovan tidak bisa menjamin kesuksesannya, kalau sampai terjadi sesuatu pada Maxime, dia akan merasa lebih kasihan pada Reina.Apalagi Jovan sudah berteman dengan Maxime dari kecil."Kalau nggak dioperasi, kamu yakin selamanya aku bisa normal kayak gini?" tanya Maxime.Jovan langsung terdiam.Tentu saja dia tidak bisa menjamin. Belum lama ini 'kan ingatan Maxime kacau lagi.Kalau Maxime tidak mengeluarkan pecahan kaca dari kepalanya, Maxime akan terus terancam bahaya."Daripada mengkhawatirkan hal yang tidak diketahui, lebih baik bertaruh." Maxime menambahkan.Jovan mengangguk, "Ya.""Kalau amit-amit terjadi sesuatu, apa kamu mau membantuku menjaga mereka?" tanya Maxime."Tentu saja!" jawab Jovan tanpa ragu-ragu.Jangankan menjaga, merawat pun Jovan bersedia.Jovan berhutang nyawa pada Reina dan dia juga berhutang budi pada Maxime karena selama ini sudah membantunya."Oke kalau begitu, aku nggak khawatir akan apa pun."Dengan janji Jovan, Maxime bis
Maxime adalah seorang guru yang tegas dan tidak memberi waktu istirahat pada Reina dan Riki sepanjang akhir pekan.Malamnya, wajah tegas Maxime sampai terbawa di mimpi Riki."Huhuhuhu ... Iya Papa, aku akan belajar dengan giat. Papa jangan marah, jangan marah ya ...." Riki melindur dalam tidurnya.Maxime yang kebetulan lewat kamar Riki pun masuk.Dia menyentuh lengan Riki dan membuat Riki terbangun. Melihat sosok Maxime yang tinggi besar di bawah cahaya redup kamarnya, membuat Riki mengira dia sudah melihat hantu."Papa, aku ngantuk banget. Boleh nggak lanjutin kerjain PR-nya besok?"Maxime ikut sedih saat mendengar ucapan Riki, tapi dia menjawab dengan lembut, "Yang penting itu bukan PR-nya. Yang penting itu Riki harus belajar menyelesaikan masalah. Riki punya kelemahan, fisikmu lemah, tapi kamu nggak boleh kalah dari orang lain, kalau nggak gimana Riki bisa jagain mama? Riki harus belajar sendiri, fisikmu yang lemah nggak boleh jadi alasan Riki tertinggal dari orang lain. Oke?"Riki
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba