"Nggak usah."Maxime menjawab pelan.Tiba-tiba ponsel Maxime berdering, Maxime langsung mengangkatnya karena mengira Reina yang meneleponnya."Kak Max, kakak ipar 'kan sudah nggak tinggal di Vila Magenta, aku jadi sendirian di sana. Mending aku ngerawat Kak Max aja, boleh minta satpam buka pintu nggak?" Saat ini Christy sudah berdiri di depan pintu vila."Aku nggak perlu diurus."Maxime langsung menutup telepon dan menyerahkan ponselnya pada Ekki, "Blokir nomornya.""Oke."Tanpa basa-basi, Ekki langsung memblokir Christy.Saat Christy menelepon Maxime lagi, teleponnya tidak tersambung.Karena tidak bisa berbuat apa-apa, Christy pikir Reina akan pergi ke kantor, jadi Christy pun pergi ke Grup Rajawali. Namun sesampainya di sana, ternyata Reina cuti hari ini."Kurang ajar! Kenapa wanita jalang itu nggak ngasih tahu aku kalau nggak masuk kantor?"Christy berdiri di kantor Reina dan mengumpat pada dirinya sendiri.Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakangnya, "Christy? Kamu ngomong se
"Aku nggak marah kok, kamu nggak perlu pergi ke mana-mana," jawab Morgan.Christy mengernyit bingung dan masih tidak berani bergerak."Kalau kamu memang suka sama Kak Max, kamu harus merawatnya dengan sebaik mungkin. Kalau kalian bisa bersama, 'kan kita sebagai keluarga bisa makin dekat."Christy terkejut mendengarnya, "Beneran?""Iya dong. Tapi ingat, jangan sakiti Reina." Morgan merendahkan suaranya, lalu melanjutkan, "Kalau sampai Reina terluka, aku akan membuat hidupmu jauh lebih menderita daripada mati. Oke?"Meski Christy tidak paham mengapa Morgan berkata seperti ini, dia langsung mengangguk berulang kali dan menjawab, "Oke, aku ngerti. Aku nggak akan nyakitin kakak ipar.""Lagian dia sudah melahirkan cicit untuk Keluarga Sunandar, aku sadar diri.""Bagus. Ingat, langsung lapor padaku kalau sesuatu terjadi di antara mereka.""Oke."Christy langsung mengiakan.Barulah setelah itu Morgan melangkah pergi.Setelah Morgan pergi, barulah Christy merasa dirinya terbebas dari tindihan b
Christy tersedak.Karena bujukannya tidak berhasil, Christy pun lagi-lagi duduk di depan pagar dan berkata, "Aku bakal duduk di sini sampai Kakak izinin aku masuk.""Terserah kamu aja."Reina balik badan dan masuk kembali ke rumah. Kemudian, dia memotong buah-buahan dan duduk di sofa sambil menonton TV.Suara TV yang membuat suasana rumah menjadi ramai yang bisa membuat Reina lupa sesaat akan kegelisahan hatinya.Karena tidak ada sinetron bagus, Reina mengganti beberapa saluran TV dan akhirnya melihat sebuah berita.Dari berita itu Reina tahu bahwa minggu lalu saham Grup Yunandar anjlok dan Tanu sebagai CEO sudah menjual semua sahamnya. Sekarang, Grup Yunandar sudah diakuisisi oleh Grup IM.Grup IM?Reina bergumam. Sepertinya dia pernah mendengar nama ini? Tapi ... di mana ya?Saat Reina masih berpikir, ponselnya berdering.Reina langsung mengangkatnya dan ternyata yang meneleponnya adalah Diego."Kak, sudah nonton berita belum? Perusahaan Tanu bangkrut!" Diego terdengar sangat bersema
Reina pun mengambil laptopnya untuk memeriksa perkembangan kompetisi, lagunya memang sudah lolos ke babak kedua.Dalam kompetisi, totalnya ada tiga babak. Di babak final, lagu-lagu itu akan dirilis di sebuah platform dan pemenangnya akan ditentukan berdasarkan hasil voting pendengar.Mereka akan mendapat hasil finalnya dalam waktu seminggu ini."Terima kasih, ini aku sudah lihat.""Apa kamu ada waktu akhir pekan ini?" tanya Ari tiba-tiba.Kata orangtua Ari, saat ini di Gunung Skandina sedang penuh dengan bunga bermekaran dan banyak orang yang pergi berkemah di sana."Akhir pekan ini? Aku sudah janji mau berkemah sama kedua anakku," jawab Reina.Meski sudah mendapat jawaban ini, Ari yang tidak tahu malu malah berkata, "Wah, bagus dong! Yuk kita pergi bareng. Aku bisa jagain kamu dan anak-anak. Kamu sudah pernah pergi ke Gunung Skandina belum? Katanya bunga-bunga di sana bagus lho, cantik banget pemandangannya."Reina tahu tentang Gunung Skandina, tapi dia belum pernah ke sana."Tapi ken
Reina berhenti melangkah, lalu meminta satpam melepaskan Christy, "Aku nggak ngerti maksudmu? Kalau kamu maksa datang buat menjagaku, aku akan terima. Tapi kamu nggak boleh ganggu tamuku."Reina ingat perbuatan Christy yang dulu. Dulu waktu Reina datang ke kediaman Keluarga Sunandar, Christy bukan hanya sudah menghina dirinya, tapi juga pernah mendorongnya ke dalam kolam dan hampir menenggelamkannya.Begitu teringat semua perbuatan Christy di masa lalu, Reina pun tidak berniat melepaskan gadis ini begitu saja.Reina berniat akan membalas semua penghinaan yang dulu Christy lakukan padanya!Christy tahu Reina mengincarnya, tapi dia tidak ingin pergi begitu saja."Kak Reina, maaf barusan aku terlalu gegabah. Aku janji nggak akan ngulangin lagi.""Ya sudah, masuklah."Reina mengizinkan Christy masuk.Christy mengikuti Reina masuk ke dalam, namun dia mengepalkan tinjunya kuat-kuat sampai kukunya menancap dalam telapak tangannya.Christy membatin dalam hati, "Nanti setelah Kak Max menceraika
Maxime selalu punya firasat buruk akan sikap manja Riki. Bukannya tidak suka, hanya saja dia tidak terbiasa.Riki 'kan sudah hampir berumur lima tahun? Masa masih manja begitu?"Nggak mau."Maxime masih sibuk dengan urusannya mengakuisisi Grup Yunandar.Riki sadar ayah berengseknya ini sungguh sudah tidak tertolong. Apa pria ini tidak akan memperjuangkan keluarganya lagi?Riki menahan diri, lalu berkata, "Ya sudah kalau nggak mau. Untung aja ada Om Ari dan Om Deron. Nanti kami bisa mendirikan tenda bersama dan makan bersama.""Om Ari suka banget sama masakan mama."Ari?Maxime bingung, siapa Ari?"Oke, aku datang." Maxime langsung menyela Riki.Mata bulat besar Riki langsung berbinar, "Beneran?""Ya.""Sudah, sana tidur."Maxime menutup telepon.Malam itu, Riki bisa tidur nyenyak. Akhir-akhir ini badannya tidak terlalu sakit dan lusa dia akan pergi berkemah sekeluarga.Christy yang baru pindah ke rumah Reina, malam itu langsung mengirim pesan pada Morgan. Dia memberi tahu Morgan bahwa
Alana menghela napas. Dia sudah tahu kalau nanti saat berkemah akan ada pria tampan.Sekarang kalau Jovan ikut, gimana dia bisa terang-terangan mendekati pria ganteng?"Oke, nggak apa-apa. Makin banyak yang ikut, makin ramai."Karena Kakek Jacob sendiri yang ingin menciptakan momen bagi Jovan dan Alana, Reina sebagai sahabat Alana pun tidak enak hati kalau harus merusak rencana itu."Kalau gitu nanti kalian naik mobil sendiri?""Ma, aku ikut sama Mama dan Riki," sahut Riko.Riko tahu betul kalau dia ikut di mobil Alana dan Jovan, dia harus mendengar kedua insan itu bertengkar tanpa henti sepanjang jalan."Nana, aku juga ikut mobilmu."Setelah itu, Alana berkata pada Jovan yang berdiri tidak jauh darinya, "Kamu nyetir sendiri ya, kami cewek-cewek satu mobil."Jovan mengernyit, namun tetap menjawab, "Ya, ya."Begitu Alana dan Riko masuk ke mobil, mereka langsung mengobrol dengan Riki dan Gaby. Tidak butuh waktu lama bagi mereka semua menjadi akrab satu sama lain.Butuh waktu dua jam untu
"Ari, aku sering dengerin lagumu, suaramu bagus banget! Aku boleh minta tanda tangan nggak?" Alana langsung kelepek-kelepek.Ari tersenyum, "Boleh dong, kita juga bisa tukeran nomor WhatsApp. Kamu 'kan teman Nana, artinya kamu temanku juga.""Wahhh, oke!"Kedua gadis itu lompat kegirangan.Melihat Gaby, Alana dan Ari sedang sibuk sendiri, Reina pun pergi memotret Riki dan Riko.Riko terlihat sangat kesal karena saat ini sedang mengenakan baju Crayon Shin-chan yang dibeli Reina."Riko, senyum! Ayo senyum!"Riki menarik gambar gajah yang terpampang jelas di baju Riko, lalu berkata, "Kak, ayo senyum!"Riko jadi makin jijik, dia tersenyum terpaksa, sangat kontras dengan Riki yang tersenyum cerah di sebelahnya."Oke, ganti gaya!"Reina sangat suka memotret kedua anaknya.Setelah mengambil beberapa foto, Reina memanggil Deron."Deron, sini foto sama Riki dan Riko."Di mata Reina, Deron lebih dari sekedar teman. Pria ini sudah menyelamatkannya beberapa kali dan kedua anaknya juga sudah memper
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba