Reina ragu-ragu sejenak sebelum menjawab telepon."Reina?"Suara Maxime di ujung telepon terdengar tidak yakin."Ada apa?" tanya Reina bingung.Setelah Maxime yakin dia tidak menghubungi nomor yang salah, suaranya pun terdengar dingin, "Jangan pergi kerja di Grup Rajawali lagi.""Kenapa?"Reina merasa bingung.Dengan bekerja di Grup Rajawali, dia jadi punya gaji meski tidak perlu menghabiskan banyak waktu. Dia juga bisa belajar banyak tentang menjalankan sebuah perusahaan."Nggak kenapa-kenapa, jangan bertindak sendiri!" jawab Maxime.Dari nada bicaranya, Reina pun tahu kalau ingatan Maxime belum kembali, "Kalau nggak bisa kasih aku alasan, kenapa aku harus dengerin kamu?"Apa pria ini pikir dia masih Reina yang sama seperti sebelumnya?"Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup ya teleponnya. Dah!"Reina langsung menutup telepon sebelum Maxime sempat mengatakan hal lain.Maxime menatap ponselnya, sekujur tubuhnya terasa dingin.Ekki yang berada di samping juga merasa tidak nyaman, dia se
Ekki tercengang. Dia tidak menyangka Gaby akan melihat pertemuannya dengan Christy."Gaby, dengerin dulu penjelasanku."Namun, pesan Ekki langsung tertolak.Gaby sudah memblokirnya.Sekujur tubuh Ekki terasa dingin, dia langsung tancap gas menuju kantor Gaby.Gaby saat ini juga terlihat sangat kesal, ingin sekali dia menonjok Ekki.Karena Gaby bukan bekerja di kantor yang besar, penjagaan gedung itu tidak terlalu ketat sehingga Ekki bisa langsung masuk ke kantor Gaby dan meraih tangan tunangannya."Gaby, dengerin dulu penjelasanku."Gaby terkejut.Rekan kerja Gaby pun menonton drama ini.Karena tidak punya pilihan lain, Gaby pun ikut Ekki keluar kantor.Mereka pergi ke tempat yang tidak ada orang, lalu Ekki langsung meminta maaf padanya, "Gaby, maaf. Nggak seharusnya aku bohong, aku cuma takut kamu marah, makanya aku nggak berani kasih tahu kamu yang sebenarnya."Takut dia akan marah?Justru sekarang Gaby malah makin marah."Terus kalau aku juga takut kamu marah, kamu nggak apa-apa kal
Dalam hal hubungan asmara, Ekki memang sama polosnya dengan Maxime. Dia tidak sadar kalau dengan cara ini sebenarnya Gaby sedang memberinya kesempatan.Gaby terlalu malas menjawabnya, lalu bangkit berdiri dan hendak kembali ke kantor.Ekki hendak mengikuti, tetapi Gaby langsung balik badan dan membentaknya, "Bahkan nggak mau jadi teman?"Ekki langsung berhenti melangkah dengan patuh."Ah, bukan gitu."Sekarang Ekki sudah sadar dirinya sudah sangat bersalah dan betapa besar kesalahannya.Gaby tidak ingin memaafkan Ekki begitu saja, karena kalau tidak mungkin lain kali akan ada Nona A, Nona B yang menggoda Ekki.Waktu kembali ke kantor, Gaby juga merasa sangat tertekan, dia tidak tahu harus bicara dengan siapa.Gaby datang ke Kota Simaliki karena dibujuk oleh Ekki setelah kencan buta mereka berhasil. Jadi, di kota ini Gaby sebenarnya tidak punya teman.Tapi Gaby sendiri gengsi kalau harus menarik balik ucapannya. Sekarang dia harus cari tempat tinggal di mana?Tiba-tiba dia teringat pada
Saat taksi itu berhenti, Ekki mendapati penumpangnya ternyata bukan Gaby."Sialan!"Di saat seperti ini, Christy masih meneleponnya.Ekki menjawab telepon dengan tidak sabar, "Nona Christy, ada apa?"Christy bisa mendengar nada bicara Ekki yang terdengar kesal.Namun, Christy pikir dia sudah salah dengar dan tidak terlalu memikirkannya, "Kak Ekki, kamu sudah tidur ya?""Nggak."Dalam hati sebenarnya Ekki ingin bilang, "Tidur apanya? Gara-gara kamu malam ini aku beneran nggak tidur!"Christy pun berkata, "Kak Ekki, aku takut. Semalam di kamarku ada suara aneh. Kak Ekki boleh nggak kasih tahu Kak Max supaya aku boleh tinggal di vila dia aja?"Setelah Ekki mendengar ucapan Gaby, suaranya menjadi dingin."Aku nggak bisa mutusin buat soal kayak gini. Mendingan kamu telepon bos aja sendiri.""Kalau nggak ada urusan lain, sudah dulu ya."Christy tampak bingung saat teleponnya ditutup.Tiba-tiba, dia teringat pertemuannya dengan Gaby dua malam lalu.Apa wanita itu mengadu pada Ekki?Christy la
Gaby berterima kasih dengan tulus pada Reina.Reina sendiri merasa sudah melakukan kebaikan untuk orang lain.Setelah Reina menutup telepon, dia melihat Christy berjalan melewatinya dengan ekspresi murung.Tiba-tiba, Christy berhenti melangkah dan menatap Reina, "Kak, aku boleh tanya sesuatu nggak?""Apa?""Kamu kenal tunangan Ekki nggak?" Ini adalah pertama kalinya Christy begitu tertohok.Christy merasa kejadian barusan pasti ada hubungannya dengan tunangan Ekki. Entah apa yang sudah wanita itu katakan pada Ekki sampai Ekki menghapus kontaknya.Reina tidak menjawabnya dan balik bertanya, "Memangnya kenapa? Ada urusan apa kamu nyari tunangan Ekki?"Christy pun duduk dan ngobrol dengan Reina."Kak Reina nggak tahu ya. Dua hari yang lalu aku ketemu sama tunangannya dia. Ternyata wanita itu sangat sombong dan kasar."Christy mulai bermain jadi pihak yang tersakiti di depan Reina.Reina berpura-pura tertarik, "Oh? Beneran? Kok kamu bisa ngomong gitu?""Jadi, tunangannya Ekki itu cerita sa
Reina pikir, kompetisi ini baru akan berjalan adil kalau dia bertanding sebagai orang biasa.Mungkin Sisil juga paham akan maksud Reina, dia pun menjawab, "Bos, kamu itu rendah hati banget deh. Kalau orang lain pasti langsung memanfaatkan kesempatan ini buat jadi juara satu."Pendaftaran pun selesai.Reina tidak tahu kalau dibalik kompetisi kali ini, Syena sedang memperhatikan para kandidat untuk mencari komposer yang berdedikasi untuk diajak bekerja sama.Liane juga berinvestasi dalam kompetisi para komposer ini demi Syena, anak angkatnya.Syena pun bisa dengan mudah mendapatkan daftar nama peserta, dia cukup kaget saat melihat nama 'Reina'."Reina?"Dia langsung menelepon asistennya, "Coba mintain data tentang Reina, salah satu peserta kompetisi ini."Apa ini Reina yang sama seperti yang dikenalnya?Syena sudah tahu kalau Reina punya cacat dalam pendengaran, dia tidak tahu kalau Reina bisa menulis lagu.Tidak lama kemudian, asisten Syena kembali dan melaporkan, "Nona, penyelenggara b
Syena ingin menerobos masuk, tetapi Jess menghentikannya."Nona Syena sudah pikir baik-baik? Gimana kalau Tuan Muda Morgan marah? Nona harus tanggung jawab sendiri."Begitu mendengar ucapan Jess, Syena pun hanya bisa mundur dan memilih menunggu di kantor CEO hingga Morgan menyelesaikan rapatnya.Jess mengabaikannya, dia masuk ke ruangan dan diam-diam memberi tahu Morgan tentang kedatangan Syena.Morgan mengernyit, "Oke, kamu kerja aja, nggak usah urusin dia.""Ya."Reina yang duduk tidak jauh dari Morgan pun samar-samar mendengar ucapan Jess.Syena datang?Dilihat dari ekspresi Jess barusan, Syena mungkin sedang merencanakan sesuatu yang buruk.Firasat Reina pun mengatakan ini pasti karena kehadirannya di sini.Morgan menyadari Reina sepertinya melamun, dia pun menyentuh lengan Reina dan berbisik, "Kenapa?"Reina langsung tersadar dan menggeleng."Nggak apa-apa, maaf.""Kamu capek?"Morgan terus berbisik padanya."Nggak."Reina jadi sungkan.Mereka melanjutkan rapat. Selama rapat, Morg
Mata Syena langsung memerah ketika Morgan membentaknya di depan Reina.Syena takut pada Morgan, jadi dia menahan diri dan pergi ke kantor Morgan dengan enggan.Begitu Syena pergi, Morgan langsung menatap Reina. "Mulai sekarang kamu harus bisa begitu. Siapapun yang berani nindas, kamu harus tindas balik."Setelah itu, Morgan langsung pergi di bawah tatapan bingung Reina.Saat ini, di kantor Morgan.Begitu melihat Morgan datang, mata Syena langsung berkaca-kaca, dia tampak sangat sedih."Morgan, kenapa kamu malah membentakku di depan Reina? Kamu masih suka sama dia?"Morgan tidak menjawab secara langsung, tetapi bertanya, "Kamu tahu nggak tadi itu rapat apa?"Syena menatap Morgan dengan ragu."Di depan begitu banyak direksi, kamu sebagai tunanganku malah cari ribut sama Reina. Menurutmu apa yang akan dipikirkan mereka?"Syena tidak bisa menjawab.Morgan menambahkan, "Ibuku yang mutusin Reina kerja di sini.""Ibu mau dia bisa bantuin Kak Max, kamu tahu 'kan Kak Max buta dan banyak orang y
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re