Jalan sambil tidur?Riki mengernyit, "Mana mungkin? Aku nggak pernah begitu?"Maxime tidak menjawab dan berkata, "Cepat siap-siap, kita ke kantor.""Oke."Riki tiba-tiba menjadi bersemangat saat diajak ke kantor Maxime.Reina juga sudah tahu rencana mereka dan tidak melarang. Dia cuma berpesan untuk tidak lari-lari dan hati-hati.Sepanjang jalan, Riki melihat pemandangan di luar jendela dan dalam suasana hati yang baik.Satu jam kemudian, mobil mereka berhenti di depan sebuah gedung kantor yang mewah.Grup IM ... Riki merasa sangat familiar.Bukannya ini perusahaan yang diceritakan Riko? Katanya belakangan ini perusahaan IM untung besar dengan mencuri bisnis banyak perusahaan lainnya.Orang-orang dari Keluarga Sunandar juga sedang menyelidiki orang di balik Grup IM."Om Maxime, ini kantormu?""Ya, kenapa?""Besar banget."Riki berkata dengan tulus.Dia seperti mengetahui sebuah rahasia sekarang yang tidak diketahui orang lain."Kalau dibandingkan sama perusahaan ayahmu?" tanya Maxime.
Riki tersenyum, tapi membatin dalam hati, "Mau jadi mama tiriku? Huh, kuberi kamu pelajaran!"Sekretaris itu mematung, dia bingung kenapa anak yang tadi tampak baik-baik saja tiba-tiba berubah sikap.Ekki yang tahu niat jahat sekretaris itu pun menatapnya dengan dingin, lalu membawa Riki kembali.Ekki berniat akan menata kembali anggota kesekretariatan CEO.Malamnya.Sopir mengemudikan mobil ke arah Vila Magenta.Riki duduk di mobil bersama Maxime dan bertanya, "Om, padahal di kantor banyak tante-tante cantik lho. Kok Om suka sama Mama?"Maxime langsung menjawab tanpa banyak pikir."Nggak tahu juga."Kalau dia tahu kenapa dia busa menyukai Reina, dia akan tahu dari mana harus memulai dan tidak perlu menyusahkan diri seperti ini.Riki tersedak.Riki masih mau menyahut saat tiba-tiba sopir berkata."Pak Maxime, ada mobil yang mengikuti kita."Sejak Grup IM mulai mencuat di publik, banyak perusahaan yang berusaha mencari tahu siapa dalang di balik perusahaan ini.Maxime sudah terbiasa den
Riki terus merengek dan sebenarnya sekarang penyakitnya sedang kambuh jadi dia merasa sangat tidak nyaman.Reina membujuknya dengan sabar.Sampai akhir Riki tetap menolak, "Ma, aku mau ditemenin Om Maxime.""Ya sudah, Mama minta Om Maxime ke sini. Tapi kamu nggak boleh nakal ya."Reina benar-benar tidak punya pilihan.Reina pun keluar kamar.Dia pergi ke kamar Maxime dan mengetuk pintu dengan malu-malu.Maxime menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah pintu."Kamu ... masih belum selesai kerja?""Paling bentar lagi, kenapa?" tanya Maxime.Reina mengumpulkan keberanian dan berkata, "Nanti kalau sudah selesai, tidur sama kami ya?"Begitu Maxime mendengar hal ini, tentu dia langsung mengesampingkan semua pekerjaannya. Namun, dia tetap memasang tampang tenang dan menyanggupi permintaan Reina.Reina pun kembali ke kamar duluan dan memberi tahu Riki bahwa Maxime sebentar lagi akan datang.Awalnya Reina pikir Maxime akan datang sekitar setengah jam lagi, tidak disangka hanya dalam beberap
Riko meminta Riki menceritakan detail kejadiannya.Setelah Riki selesai cerita, Riko pun terdiam cukup lama."Terkadang dia memang nggak jahat sih.""Iya, 'kan? Menurut Kakak juga gitu?" Riki menatap penuh harap.Riko mengangguk, "Ya, tapi itu nggak berarti apa-apa sih. Dia juga pernah nyuruh orang menyelamatkanku."Riki kembali kecewa."Jadi, Kakak masih nggak mau terima dia?"Riko terdiam, lalu menjawab, "Aku maafin kalau Mama maafin."Tidak mudah bagi Reina membesarkan mereka berdua. Mereka tidak akan lupa bagaimana kesusahan Reina selama di luar negeri dulu hanya karena Maxime memperlakukan mereka dengan sedikit lebih baik."Oke, aku ikut Kakak aja."Riki sudah memikirkannya baik-baik, pelan-pelan dia akan membantu papanya agar mamanya bisa jatuh cinta lagi padanya.Riko tidak mengatakan apa-apa lagi dan menutup telepon. Dia masih ingin memejamkan mata sebentar lagi, tetapi Jovan membuka pintu kamarnya, lalu melemparkan sebuah tas sekolah besar ke atas kasurnya."Hei, ayo bangun ja
Saat ini Riki yang bosan di rumah sedang berjalan-jalan di sekitar vila. Saat itulah dia melihat Tommy dengan dua temannya.Tommy tidak bisa masuk pagar. Jadi, begitu melihat Riki, dia buru-buru berkata, "Riki, sini keluar kalau kamu berani."Riki melihat dua anak di belakang Tommy, mereka pasti bukan hanya sekadar menemani Tommy.Dia tidak bodoh.Karena kondisi fisik yang tidak mendukung, jangankan bertarung tiga lawan satu. Duel satu lawan satu dengan Tommy saja Riki tidak akan menang."Kamu manggil aku? Kenapa aku harus nurut sama kamu?"Riki memutar bola matanya.Tommy menjadi semakin marah."Dasar anak haram, berani banget kamu melototin aku!"Mata Riki langsung menatap tajam setelah dibilang anak haram.Hari ini, dia harus memberi pelajaran pada anak-anak nakal ini."Tommy, kamu berani masuk sendirian nggak?"Tommy yakin dia bisa menang dari Riki, karena anak ini cuma punya tampang yang mirip Riko, tapi dia tidak sehebat Riko."Kenapa takut?"Tommy pun berpesan pada kedua temanny
Riki benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Tommy masih belum keluar dari bebatuan itu.Reina pun menyahut dengan bingung, "Anakmu? Mana kami tahu?"Tidak melihat keberadaan putranya, ditambah dengan keberpihakan Tuan Besar Latief saat Tahun Baru Imlek, membuat Melisha semakin membenci Reina."Tadi setelah pulang sekolah, anakku datang ke sini. Teman sekelasnya bilang dia belum keluar dari tadi setelah masuk ke vila. Kalau bukan nanya sama kalian, aku nanya sama siapa lagi?"Reina mengernyit, "Aku nggak lihat?""Kamu pikir karena nggak lihat dia, artinya dia nggak ada di sini?"Melisha memerintahkan orang-orang yang dibawanya, "Cari anakku. Gali rumah ini kalau perlu dan cari anakku sampai ketemu.""Ya."Bawahan Melisha menggeledah setiap sudut Vila Magenta, bahkan sampai ke kamar pribadi.Reina mengepalkan tangannya."Melisha, jangan keterlaluan ya. Kamu sudah menggeledah rumah pribadi kami."Melisha tidak takut pada Reina karena saat ini tidak ada Maxime. Dia melangkah maju dan b
Karena sedang hamil, Reina pun terhuyung mundur beberapa langkah. Untung seorang pengawal di belakangnya cukup sigap menopangnya.Ini adalah pertama kalinya Melisha ditendang. Dia yang tidak terima langsung menyingsingkan lengan bajunya dan hendak bertarung dengan Reina.Untung ada pengawal yang menghentikan mereka.Meski orang-orang yang dibawa Rendy tidak sekuat pengawal Vila Magenta, tapi dengan begitu banyak orang yang menghalangi membuat Reina kesulitan membawa Riki pergi.Tiba-tiba, seorang pria berlari sambil menggendong Tommy yang membeku kedinginan."Nyonya, Tuan Muda Tommy sudah ketemu, dia ada di bebatuan di luar."Saat ini Tommy sedang menggigil kedinginan.Melisha tidak punya waktu untuk memedulikan Reina, dia langsung berlari menghampiri Tommy. "Nak, kamu nggak apa-apa?"Tommy gemetar hebat dan tidak bisa mengucapkan satu kalimat pun.Melisha hanya bisa mendengar, "Ini semua salah ... anak haram itu ...."Melisha masih ingin cari ribut dengan Reina.Tapi Reina dan Riki su
Begitu Rendy mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Tuan Besar Latief langsung berubah.Dia menatap Reina, "Benarkah?"Reina menatap tatapan tajam lelaki tua itu tanpa rasa takut."Jadi Riki boleh diperlakukan nggak adil karena dia bukan cicit dari Keluarga Sunandar?"Melisha pun mencibir, "Apa seorang anak haram layak dibandingkan dengan Tommy?"Kata "anak haram" langsung membuat Reina marah.Dia menatap Melisha dengan tajam.Melisha jadi ingat tendangan Reina barusan, dia pun mundur selangkah."Ngapain melototin aku? Memangnya aku salah? Kalau terjadi sesuatu pada Tommy, kupastikan kamu dan anakmu mati!"Reina mengepalkan tangannya.Tiba-tiba, terdengar sebuah suara pria berwibawa. "Lalu kalau anakku yang kenapa-kenapa? Kamu mau apa?"Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan melihat Maxime datang bersama pengawalnya.Maxime berjalan di depan. Wibawa yang terpancar dari tubuhnya membuat Melisha dan Rendy takut untuk mengatakan apapun.Tuan Besar Latief langsung memasang muka suram sa
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba