Reina menceritakan kehidupannya secara garis besar.Selesai makan, Ari menawarkan diri untuk mengantar Reina pulang."Aku bisa pulang sendiri, lagian kalau sampai ketahuan penggemarmu gimana?"Reina cuma ingin menjadi teman di belakang layar, dia tidak ingin dikenali orang lain."Jangan khawatir, aku sudah sangat tertutup seperti ini, pasti nggak ada yang mengenaliku." Ari ingin melihat di mana Reina tinggal sekarang.Reina menolak beberapa kali tetapi tetap tidak berhasil, akhirnya dia hanya bisa menyetujui ajakan Ari.Di luar cuacanya sedang dingin dan berangin.Ari langsung berdiri di depan Reina dan menghalangi angin menerpa tubuh Reina.Dia tersenyum dan berkata, "Aku nggak nyangka ternyata di Kota Simaliki sedingin ini. Kamu tahu nggak sebelum pulang, aku itu pergi ke pantai, di sana cuacanya hangat."Ari adalah orang yang sangat ceria.Reina mengobrol hangat dengan Ari.Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, tanpa sadar di dekat mereka ada sebuah mobil Maybach hitam.Deron mengikut
"Aku ... entahlah. Untuk sekarang hubungan kami masih nggak jelas." Reina tidak bisa menggambarkan situasi hubungannya saat ini.Ari pun tidak enak hati untuk terus bertanya."Nggak apa-apa kok. Kalau nggak mau cerita ya nggak usah cerita.""Ya.""Kalau gitu aku pulang dulu. Ingat ya lain kali bawa Riko dan Riki sekalian."Riko dan Riki sama-sama sangat menyukai Ari dan dia juga menyukai kedua anak itu.Reina mengangguk, "Oke."Sesudah melihat Ari pergi, Deron juga turun dari mobil dan berjalan menghampiri Reina. Dia ingin melaporkan hasil penyelidikannya."Kalau informasi yang kudapat benar, orang yang menculik Riko ada hubungannya dengan Syena.""Syena?"Pupil mata Reina menegang.Meski Reina sudah menduga kasus ini ada hubungannya dengan Syena, Reina tetap berusaha mengenyahkan pemikiran itu karena bagaimanapun Syena punya hubungan darah dengannya.Terlebih lagi, kebencian Syena padanya cuma karena dia bertemu Morgan beberapa kali."Kamu yakin?""Orang yang disketsa Riko namanya Riz
Riki berpikir sejenak lalu berjalan menghampiri Maxime, "Gampang. Aku mau ke kantor baru Om."Maxime terkejut, "Kamu mau ngapain ke kantorku?""Aku cuma mau lihat kantor Om sebesar apa."Dengan situasi saat ini, Riki melihat sepertinya mamanya akan kembali berbaikan dengan ayah bajingannya.Kalau mereka mau mulai dari awal, tentu Riki perlu tahu kekuatan ayah bajingannya ini. Kalau tidak cukup hebat, dia tidak akan membiarkan mereka bersatu kembali."Oke, besok aku ajak ke sana. Ayo sekarang bilang." Maxime tidak tahu apa yang ada di benak Riki.Riki pun menjawab, "Hari ini Mama makan sama Ari. Awalnya dia cuma penyanyi biasa, tapi waktu di luar negeri dia ketemu Mama dan Mama bantu dia. Sekarang dia jadi superstar internasional yang sangat populer."Superstar internasional? Ari?Maxime mengernyit, rasanya dia pernah mendengar nama ini.Padahal baru siang ini Ekki memberitahunya. Maxime memang tidak pernah mengingat nama yang tidak terlalu penting baginya."Om, dia itu ganteng banget l
Reina tidak tahu kalau Maxime sudah lama tahu dirinya adalah seorang komposer profesional di luar negeri. Maxime juga tidak bertanya karena melihat Reina sepertinya tidak mau mengaku padanya.Ditolak dua kali oleh Reina membuat Maxime jadi makin khawatir Reina akan tertipu oleh Ari si pemuda berdarah segar ini.Keesokan harinya, Maxime pergi ke kantor sebelum matahari terbit dan meminta Ekki menyelidiki artis bernama Ari.Tentu saja, Maxime lupa akan janjinya pada Riki untuk membawanya ke kantor.Ekki terlihat agak bingung, "Bos, Ari itu penyanyi yang baru pulang ke Kota Simaliki. Kita 'kan sedang bersiap untuk mengundangnya ke kantor."Baru pada saat itulah Maxime sadar kenapa nama ini terdengar begitu familiar."Jadi, gimana perkembangannya?"Ekki menjawab dengan jujur, "Ari berbeda dari artis lainnya. Sekarang kami masih belum tahu apa hobinya. Kemarin dia menolak kontrak kerja sama karena bilang dia ingin bebas, nggak suka terikat siapa pun.""Tapi aku sudah menyuruh orang menyelid
Meski tindakan Maxime cukup kasar, dia bukan orang yang pelit.Maxime mempromosikan Yansen dan menggandakan gajinya.Wajah dingin Yansen tidak menunjukkan emosi apa pun. Namun sebelum pergi, dia menanyakan pertanyaan yang selama ini mengganjal hatinya."Pak Maxime, apa Alana akan menikah dengan Keluarga Tambolo?"Yansen tahu, Maxime dekat dengan Jovan.Maxime juga tidak menyembunyikannya, "Ya, mereka sudah bertunangan."Mata Yansen memancarkan sinar aneh setelah mendengarnya."Pak Maxime, Alana dan istri Anda 'kan teman, apa boleh Pak Maxime beri tahu Jovan untuk tidak menikahi Alana?"Maxime tidak mengerti maksudnya.Maxime tidak bertanya alasannya dan menjawab dengan dingin, "Yansen, hubungan kita cuma sebatas atasan dan bawahan. Aku juga nggak suka mencampuri urusan pribadi orang lain.""Kalau kamu nggak mau Alana menikah dengan Jovan, kamu bisa langsung bilang ke mereka berdua."Maxime paling benci ikut campur dalam perasaan orang lain.Setelah ditegur seperti itu, Yansen pun tidak
Riki melihat hadiah yang dibawakan Treya dan berpura-pura penasaran, "Apa ini pesawat?""Ya. Nenek bantu bukain ya.""Oke."Treya merasa anak-anak mudah dibujuk, dia tidak tahu kalau Riki punya motif tersembunyi.Setelah itu, Treya menyerahkan pesawat mainan itu pada Riki sambil bertanya, "Mau Nenek ajarkan cara mainnya?"Riki mengambil pesawat mainan itu dari tangan neneknya dan memainkannya sehingga mata Treya tercolok oleh sayap pesawat itu."Aduh." Treya yang tidak sempat mengelak dan berteriak kesakitan."Nenek nggak apa-apa?" Riki pura-pura tidak sengaja.Treya mengira Riki tidak sengaja, jadi dia melambaikan tangannya, "Nggak apa-apa."Riki tidak melepaskan Treya begitu saja. Dia mengambil remote dan menyalakan mesin pesawatnya mengelilingi kepala Treya.Treya pusing mendengarkan suara mendengung itu."Riki, kamu terbangin pesawatnya keluar.""Oke."Riki berpura-pura ceroboh dan mengarahkan pesawat itu terbang ke wajah Treya.Treya buru-buru menghindar, tetapi sayap pesawat itu
Jeritan itu juga terdengar oleh Reina yang sedang menulis lagu. Dia yang bingung langsung keluar kamar dan pergi ke ruang tamu.Dari kejauhan, Reina bisa melihat Treya duduk di ruang tamunya. Sebelah tangannya menutupi wajahnya dan sebelah tangannya yang lain sedang menuding Riki."Kamu sengaja 'kan!"Sekali atau dua kali bisa dimaafkan.Riki masih memasang wajah bingung dan tidak bersalah, "Nenek kenapa? Kok bentak aku?"Pengasuh Riki langsung melindunginya, "Nyonya, Riki jelas-jelas nggak sengaja. Dia itu anak yang nurut dan baik."Treya tidak percaya."Jelas-jelas ini alkohol, bukan betadine. Sekarang wajah aku terbakar dan sakit.""Riki aja nggak sekolah Bu, mana mungkin dia bisa bedain mana betadine mana alkohol?" Pengasuh Riki merasa Treya ini agak tidak masuk akal.Katanya dia nenek Riki. Mana ada nenek yang begitu kasar dengan cucunya?Treya tercekat mendengar ucapan pengasuh ini. Anak di depannya memang baru berusia sekitar lima tahun.Namun, dia benar-benar tidak suka wajahny
Reina berpesan pada pengasuh untuk tidak membiarkan Treya masuk lagi.Mana mungkin Treya mengakui Riki sebagai cucunya kalau dia sendiri tidak mengakui Reina sebagai putrinya?...Di sisi lain, perut Treya masih terasa sakit.Kenapa perutnya sakit? Reina 'kan cuma mendorongnya saja.Treya awalnya ingin ke dokter, tapi setelah didiamkan beberapa saat, rasa sakitnya hilang.Treya pun tidak terlalu memperhatikan. Dia menyalakan TV rumah sakit dan melihat video tarian Syena yang sedang diputar di salah satu saluran TV.Melihat putrinya yang begitu bersinar membuat Treya sangat bahagia.Tidak berapa lama, Diego menyerahkan setumpuk surat pengacara, "Bu, ini surat pengacara dari Reina. Dia minta kita balikin aset yang dulu punya Keluarga Andara."Treya tertegun sejenak, lalu mengambil surat pengacara dan salinan dakwaan dan melihat bahwa memang demikian adanya."Reina benar-benar ingin melawanku.""Bu, bukannya dulu Ibu bilang kita meminjamkan uang itu pada Keluarga Hinandar untuk sementara?
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba