Setelah Diego pergi, perawat mengganti perban di wajah Reina. Setelah itu Maxime datang menjemputnya keluar rumah sakit.Setelah masuk ke dalam mobil, dia berkata pada Reina, "Aku sudah menyuruh orang menyelidiki pria bercodet itu. Selama dia berada di Kota Simaliki, kita pasti akan dapat kabar segera.""Ya."Reina mengangguk.Reina juga sudah meminta Deron mengirim orang untuk menyelidiki orang-orang di sekitar Syena dan Melisha.Sesampainya di Vila Magenta.Riki langsung menghambur ke pelukan Reina. "Ma, Kakak nggak apa-apa?"Riki pasti tahu dari berita.Reina langsung menghiburnya, "Kakak baik-baik aja. Dia ikut Tante Alana dan tinggal di rumah Om Jovan."Riki menghela napas lega.Lalu Riki terlihat bingung saat melihat perban di wajah Reina."Muka Mama kenapa?"Reina takut Riki akan khawatir, jadi dia berbohong, "Ah, nggak sengaja tergores. Nggak apa-apa kok, dokter bilang beberapa hari juga sembuh."Riki sangat bijak dan cermat, dia tahu Reina berbohong, tapi dia juga tahu bahwa R
Reina tidak bisa tidur, jadi saat Maxime berbaring di sampingnya, Reina makin terjaga.Reina bergeser menjauh.Tiba-tiba Maxime menggenggam tangan Reina, dia pun langsung memejamkan mata dan pura-pura tidur.Maxime memegang tangan mungil Reina dan mengusapnya dengan lembut.Reina menutup matanya rapat-rapat untuk waktu yang lama sebelum dia sadar kalau Maxime buta. Pria itu tidak akan tahu Reina tidur bohongan atau beneran.Jadi Reina membuka matanya lagi.Dan pemandangan yang muncul di hadapannya adalah wajah dingin Maxime.Sebelah tangan Maxime menggenggam tangan Reina dan tangan satunya yang masih bebas meraba-raba kepala Reina.Setelah memastikan posisi dahi Reina, Maxime menunduk.Reina menutup matanya dan sebuah ciuman pun mendarat di keningnya.Entah mengapa, jantung Reina berdegup kencang.Maxime tidak melakukan apa pun, hanya berbaring di sampingnya dan dengan hati-hati menarik Reina mendekat padanya.Maxime tidak memeluk Reina erat-erat seperti biasanya, mungkin karena dia ta
Entah bencana atau berkat, yang jelas Riko jadi terkenal setelah penculikan itu.Banyak orang mencari informasi tentangnya di internet, namun anehnya mereka tidak bisa menemukan apa pun.Semua orang bingung, "Aku suka banget anak yang kalem ini, siapa sih namanya? Aku mau kenalan.""Ya, ya! Dia kayak artis cilik deh.""Dia bahkan lebih ganteng daripada artis beneran, nanti kalau sudah besar pasti jadi pria super tampan."...Saking antusiasnya netizen, Riko kembali jadi berita panas.Alana yang saat ini sudah kembali bekerja juga kaget mendapat Riko jadi topik berita panas."Aku memang tahu si Riko itu ganteng, tapi nggak aku sangka dia bisa sepopuler ini.""Berita tentang dia bahkan lebih populer daripada bintang top Ari pulang ke tanah air? Keterlaluan!"Waktu pulang kerja, Alana langsung menunjukkan pada Riko seberapa populer dirinya sekarang.Riko tidak terlalu terkejut dengan berita itu."Tante Alana, kalau Tante nggak ada kerjaan mending mikirin gimana caranya naikin gajimu yang
Keesokan harinya.Di bandara.Ari menelepon Reina langsung sesudah dia turun dari pesawat."Nana, aku sudah sampai. Kamu bawa kedua anakmu buat menyambutku nggak?"" ... " Reina tidak bisa berkata-kata. Membawa anaknya? Ari mau membuat Riki dan Riko tenggelam dalam lautan manusia?Ari itu sangat terkenal dan punya banyak penggemar wanita. Kalau mereka melihat Reina, bisa jadi Reina dihujat habis-habisan oleh para penggemar Ari."Nanti kita janjian kalau kamu sudah sampai rumah."Reina menutup telepon....Di sisi lain, di perusahaan IM yang baru Maxime dirikan.Ekki menyerahkan informasi tentang Ari pada Maxime. "Bos, Ari ini keturunan campuran. Dia punya basis penggemar yang besar baik di luar maupun di dalam negeri.""Penggemarnya punya rasio seimbang antara para pria dan wanita, dia sangat cocok jadi ambasador perusahaan kita.""Kalau kita bekerja dengannya, Perusahaan IM pasti langsung dikenal di seluruh Kota Simaliki."Maxime pun menyetujui ide Ekki dan memintanya menemui Ari untu
Ari tersenyum dan tidak berkata apa-apa.Reina memang baik. Dulu, kalau bukan karena dorongan Reina dan lagu karangannya, mungkin sekarang dia akan kurus kering seperti ikan asin.Setelah itu Ari menyuruh manajernya pulang dan langsung menelepon ayahnya tentang penipuan laporan medis kanker otak yang dilakukan Treya.Ayah Ari melaporkan, berkat koneksinya mereka sudah menemukan bahwa laporan yang Treya berikan bukan dari pemeriksaan dirinya sendiri."Bagus! Tolong kirimkan buktinya padaku ya, Yah.""Boleh. Tapi kapan kamu mau bawa menantu ke depanku?" tanya balik Ayah Ari.Ari langsung lemas.Saat ini ibu Ari sedang menyajikan makanan ke meja makan, dia ikut menimpali sambil tersenyum, "Lihat berita di internet, berapa banyak wanita yang mau menikahimu? Tapi faktanya, pacar aja nggak punya."Ayah Ari menghela napas."Bu, artis itu nggak boleh pacaran," sahut Ari sambil tersenyum.Orang tuanya juga tidak berdaya menghadapi kelakuan Ari. Mereka pun tidak lagi mendesaknya.Ayah Ari tetap
Reina menceritakan kehidupannya secara garis besar.Selesai makan, Ari menawarkan diri untuk mengantar Reina pulang."Aku bisa pulang sendiri, lagian kalau sampai ketahuan penggemarmu gimana?"Reina cuma ingin menjadi teman di belakang layar, dia tidak ingin dikenali orang lain."Jangan khawatir, aku sudah sangat tertutup seperti ini, pasti nggak ada yang mengenaliku." Ari ingin melihat di mana Reina tinggal sekarang.Reina menolak beberapa kali tetapi tetap tidak berhasil, akhirnya dia hanya bisa menyetujui ajakan Ari.Di luar cuacanya sedang dingin dan berangin.Ari langsung berdiri di depan Reina dan menghalangi angin menerpa tubuh Reina.Dia tersenyum dan berkata, "Aku nggak nyangka ternyata di Kota Simaliki sedingin ini. Kamu tahu nggak sebelum pulang, aku itu pergi ke pantai, di sana cuacanya hangat."Ari adalah orang yang sangat ceria.Reina mengobrol hangat dengan Ari.Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, tanpa sadar di dekat mereka ada sebuah mobil Maybach hitam.Deron mengikut
"Aku ... entahlah. Untuk sekarang hubungan kami masih nggak jelas." Reina tidak bisa menggambarkan situasi hubungannya saat ini.Ari pun tidak enak hati untuk terus bertanya."Nggak apa-apa kok. Kalau nggak mau cerita ya nggak usah cerita.""Ya.""Kalau gitu aku pulang dulu. Ingat ya lain kali bawa Riko dan Riki sekalian."Riko dan Riki sama-sama sangat menyukai Ari dan dia juga menyukai kedua anak itu.Reina mengangguk, "Oke."Sesudah melihat Ari pergi, Deron juga turun dari mobil dan berjalan menghampiri Reina. Dia ingin melaporkan hasil penyelidikannya."Kalau informasi yang kudapat benar, orang yang menculik Riko ada hubungannya dengan Syena.""Syena?"Pupil mata Reina menegang.Meski Reina sudah menduga kasus ini ada hubungannya dengan Syena, Reina tetap berusaha mengenyahkan pemikiran itu karena bagaimanapun Syena punya hubungan darah dengannya.Terlebih lagi, kebencian Syena padanya cuma karena dia bertemu Morgan beberapa kali."Kamu yakin?""Orang yang disketsa Riko namanya Riz
Riki berpikir sejenak lalu berjalan menghampiri Maxime, "Gampang. Aku mau ke kantor baru Om."Maxime terkejut, "Kamu mau ngapain ke kantorku?""Aku cuma mau lihat kantor Om sebesar apa."Dengan situasi saat ini, Riki melihat sepertinya mamanya akan kembali berbaikan dengan ayah bajingannya.Kalau mereka mau mulai dari awal, tentu Riki perlu tahu kekuatan ayah bajingannya ini. Kalau tidak cukup hebat, dia tidak akan membiarkan mereka bersatu kembali."Oke, besok aku ajak ke sana. Ayo sekarang bilang." Maxime tidak tahu apa yang ada di benak Riki.Riki pun menjawab, "Hari ini Mama makan sama Ari. Awalnya dia cuma penyanyi biasa, tapi waktu di luar negeri dia ketemu Mama dan Mama bantu dia. Sekarang dia jadi superstar internasional yang sangat populer."Superstar internasional? Ari?Maxime mengernyit, rasanya dia pernah mendengar nama ini.Padahal baru siang ini Ekki memberitahunya. Maxime memang tidak pernah mengingat nama yang tidak terlalu penting baginya."Om, dia itu ganteng banget l
Akhirnya, Sophia merasa lega setelah berhasil meyakinkan orang tuanya untuk kembali ke rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, dia menggenggam erat tangan ayah dan ibunya, tidak mau melepaskannya."Dokter bilang kalau penyakit kalian disebabkan karena kelelahan jangka panjang. Selama kalian menerima perawatan satu atau dua tahun, kalian bisa pulang dengan sehat."Sophia tersedak, lalu melanjutkan, "Sekarang, pengobatan tinggal setengah tahun lagi, lalu kita bisa hidup dengan baik. kalian jangan pernah punya pikiran buat melarikan diri lagi.""Ya." Erna menghibur dan memeluknya dengan lembut, "Maafkan Ibu karena sudah membuatmu khawatir, Nak."Robi juga berkata, "Kali ini Ayah dan Ibu memang salah, kami minta maaf sama kalian."Sophia tersenyum. "Lain kali kalian nggak boleh seperti ini lagi.""Hmm, ya." Robi mengangguk berulang kali, nadanya lembut.Diego yang duduk di kursi depan menatap Sophia, Erna dan Robi yang terlihat bahagia, entah kenapa jadi teringat masa kecilnya.Dia teringat
Reina langsung menghubungi Diego setelah meminta pengawal itu mengirimkan alamat hotel di mana keduanya berada.Saat itu masih pagi sekali.Diego dan Sophia masih berada di luar.Ketika Diego menerima telepon itu, bagian bawah matanya berbinar. "Kak, terima kasih banyak, kamu benar-benar sangat membantuku."Reina tidak banyak bicara saat mendengar ucapan terima kasihnya."Cepat pergi dan jemput mereka kembali. Selain itu, perlakukan temanmu itu dengan baik.""Ya, ya, ya."Diego langsung mengiakan. Karena cuaca terlalu dingin, jadi suaranya sedikit bergetar.Setelah menutup telepon, Diego langsung memberi tahu Sophia."Ayo, aku tahu di mana Om sama Tante."Wajah Sophia pucat, pipinya memerah karena kedinginan. Dia mencoba mengucapkan terima kasih, tetapi ia terlalu dingin untuk berbicara.Diego segera menghentikan taksi.Keduanya duduk di dalam, penghangat di dalam mobil sangat memadai, membuat tubuh Sophia menghangat. Dia berkata, "Di mana orang tuaku sekarang? Apa mereka baik-baik saj
Reina sedikit tidak percaya saat mendengar itu.Teman Diego? Bukankah itu wanita yang bernama Sophia?Sekarang, Diego tidak punya uang atau kedudukan, teman-temannya dulu sudah mengabaikannya."Ya, berikan informasi orang tua temanmu, aku akan menyuruh seseorang mencarinya.""Ya, terima kasih, Kak. Kamu benar-benar sangat baik."Diego tidak pernah berterima kasih pada Reina setulus hari ini.Bahkan jika Reina pernah melunasi tagihannya, rasa terima kasihnya kepada Reina tidak sebanyak hari ini.Reina juga mendengar ketulusan di dalam suaranya, masih belum percaya bahwa pria itu benar-benar telah berubah."Kita masih belum menemukannya, jadi jangan bilang makasih dulu.""Hmm, baiklah."Setelah menyelesaikan panggilan, Diego menemui Sophia, meminta informasi orang tua Sophia dan sebagainya.Setelah Reina melihatnya, dia menyadari bahwa semuanya seperti yang dia duga. Teman yang dimaksud Diego adalah Sophia."Aku mau tanya sesuatu," kata Reina."Kak, tanya saja.""Kenapa demi seorang tema
Diego membungkuk dan berjongkok di sisi Sophia, menghiburnya dengan lembut, "Jangan terlalu sedih, Tante sama Om bakal baik-baik saja, ayo kita cari lagi. Kamu nggak boleh terlalu sedih, nanti kamu nggak bakal punya kekuatan buat cari Om sama Tante."Mendengar perkataannya, Sophia perlahan-lahan menjadi tenang."Ya, aku harus tenang, harus tetap tenang.""Hmm." Diego mengangguk. "Ayo cari lagi.""Ya."Namun, ketika Diego baru melangkah beberapa langkah ke depan, tiba-tiba pandangannya menghitam dan tubuhnya jatuh ke bawah.Sophia bergerak cepat untuk menopangnya, menahannya tepat sebelum Diego jatuh ke aspal."Diego," teriak Sophia.Diego menjawab dengan gugup, "Ada apa?""Barusan kamu hampir jatuh." Sorot mata Sophia penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran.Diego mengusap-usap kepalanya. "Hah? Aku nggak sadar, mungkin aku kurang istirahat. Ayo, kita lanjut cari."Sophia menatap Diego yang linglung, mana mungkin dia berani membiarkan pria itu terus mencari."Kita pulang dan istirahat d
Tatapan Sophia menghangat dan dia sangat tersentuh.Sekarang, dia benar-benar tidak punya banyak uang dan tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Jadi, dia mengambil uang Diego terlebih dahulu, lalu membayarnya kembali setelah dia dapat gaji.Sophia mengambil uang itu, kemudian pergi untuk membuat sarapan.Anehnya, biasanya pada jam-jam seperti ini kedua orang tuanya sudah bangun, tetapi hari ini tidak satu pun dari mereka yang terlihat. Pintu kamar mereka pun tertutup rapat.Sophia mengira kedua orang tuanya masih beristirahat, jadi dia tidak tega mengganggu mereka.Setelah sarapan siap, Sophia pergi ke depan pintu kamar mereka, mengetuk pintu dan berkata, "Ayah, Ibu, bangun, ayo sarapan."Namun, setelah memanggil mereka beberapa kali, mereka tidak mendengar satu jawaban pun.Jantungnya berdebar kencang dan dia pun mendorong pintu kamar.Ketika pintu kamar terbuka, dia melihat bagian dalam kamar sudah dibersihkan dengan rapi. Semua barang terlipat rapi dan kamar dalam keadaan koson
"Kamu dengar sendiri, aku sudah jelasin sama dia." Reina menyimpan ponselnya kembali dan menatap mata Maxime tanpa sedikit pun rasa bersalah.Memang benar bahwa dia tidak memberikan sinyal apa pun kepada Ari, jadi dia tidak melakukan kesalahan apa pun.Sekelebat kerumitan melintas di mata Maxime. Dia mengangkat tangannya, ujung jarinya membelai wajah Reina."Aku mengerti. Istriku sangat luar biasa, wajar kalau ada yang menyukainya."Reina menjadi agak malu ketika tiba-tiba dipuji olehnya.Keduanya berdiri diam di tengah kerumunan, indah seperti sebuah lukisan."Salju turun, salju turun ...."Banyak orang di sekitar mulai berseru.Reina kembali tersadar dan menatap kepingan salju yang berjatuhan, bagian bawah matanya berkilau."Cantik sekali."Maxime menggenggam tangannya dan tetap berada di sisinya tanpa berbicara.Dia berharap waktu tetap berada di momen ini sekarang....Saat ini musim dingin, ada tumpukan salju di mana-mana.Beberapa orang menganggapnya indah, tetapi bagi sebagian o
"Baguslah kalau kamu mengerti," kata Imran.Ari tidak ingin berbicara dengan mereka lagi dan melangkah menuju kamarnya.Retno mencoba mengejarnya untuk menjelaskan, tetapi Imran menghentikannya."Biarkan dia sendiri dan merenungkan semuanya. Sebagai orang tua, kita nggak bisa mendiktenya seumur hidup."Mata Retno berkaca-kaca dan mengangguk kaku. "Ari sangat hebat, kenapa dia nggak memilih gadis baik-baik, menikah dan memulai sebuah keluarga?""Kalau tahu begini, seharusnya aku nggak membiarkannya terjun ke dunia hiburan." Imran selalu memandang rendah industri aktor. "Jadi dokter sepertiku dan menikah dengan wanita dengan profesi yang sama, bukankah itu bagus?"Keduanya tidak bisa memahami pikiran anak muda saat ini, jadi mereka membiarkannya.Ari tinggal sendirian di kamar, mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Reina, tetapi Reina tidak bisa dihubungi.Entah sudah berapa lama dia tinggal di dalam kamar, tetapi melihat hari sudah mulai gelap, dia tidak bisa menahan diri lagi dan
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa