Setelah Maxime menutup telepon, dia langsung meminta seseorang memeriksa nomor yang baru saja menghubungi Reina.Jovan mengirimkan video kamera pengawas dan meminta Maxime membantu mencari pria berbaju hitam yang masuk ke toilet kemarin.Jovan memberitahunya, "Kak Max, kemarin itu Riki juga masuk ke toilet. Orang-orang itu masuk setelah Riki masuk.""Maksudmu mereka mungkin mau menculik Riki, tapi salah orang?""Aku nggak yakin. Tapi kalau penculiknya itu musuhku, harusnya mereka telepon aku, 'kan?"Maxime teringat akan telepon yang Reina dapatkan tadi pagi."Oke, aku ngerti."Entah mengapa, seharian ini Reina merasa tidak nyaman.Reina teringat akan telepon tadi pagi dan terus melirik Riki di sampingnya, butuh waktu lama sampai akhirnya dia teringat akan Riko.Reina menepuk kepalanya dan berkata, "Kenapa setelah hamil otakku jadi bodoh?"Reina langsung menelepon Alana."Alana, Riko lagi sama kamu 'kan ya?"Jovan sudah berpesan pada Alana untuk tidak memberitahu Reina karena Reina seda
Reina melihat tubuh kecil Riko terikat di jembatan, seolah sedetik kemudian akan jatuh.Seketika, Reina tidak bisa berkata-kata."Nona Reina, bos bilang baru akan melepaskan anak itu kalau kamu meninggalkan Kota Simaliki.""Kalau kamu terus tinggal di sini, maka anak itu akan mati."Reina langsung menjawab tanpa banyak pikir, "Oke aku pergi sekarang juga, lepaskan anak itu sekarang."Namun, pria bercodet itu tidak langsung melepaskan Riko. Sebaliknya, dia mengikuti perintah Syena dan berkata, "Aku nggak akan percaya begitu saja."Reina bergegas menuju jembatan gantung sambil terus menelepon dengan si penculik. "Jadi kamu mau apa?""Di dekatmu ada pisau?"Reina melihat sekeliling, "Nggak.""Kalau gitu cari benda lain untuk melukai wajahmu."Pria bercodet sudah mengikuti Liane selama separuh hidupnya dan ini adalah pertama kalinya dia mengancam seorang wanita dengan seorang anak untuk merusak wajahnya.Dia menghela napas dalam-dalam.Pria bercodet itu pikir Reina tidak akan langsung meny
Saat ini Maxime juga sedang bergegas ke jembatan. Dia menelepon Reina, tapi selalu dijawab dengan nada sibuk.Berita tentang Riko sudah jadi berita panas, Reina pasti sudah tahu berita ini.Maxime tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada Reina!Sejumlah perahu telah dikerahkan ke sungai untuk berjaga-jaga kalau Riko terjatuh.Helikopter juga sudah mengudara di atas mereka.Waktunya sangat mendesak. Pria bercodet melihat ke helikopter di langit dan tidak bisa mengambil keputusan.Syena yang melihat berita pun berkomentar, "Dasar bodoh, perahu kek, helikopter kek, mana bisa mereka menyelamatkan anak ini.""Kenapa si Om nggak cepat-cepat potong talinya? Urusan beberapa detik aja kenapa lama banget sih?"Liane melirik putri angkatnya."Syena, apa anak itu juga menyinggungmu?"Syena tertegun sejenak, lalu baru ingat untuk mempertahankan wibawanya. "Bu, tahu nggak anak ini itu mungkin bukan keturunan Keluarga Sunandar.""Kamu mau dia mati karena dia bukan keturunan Keluarga Sunandar?"Lian
Reina hanya mau menyelamatkan Riko jadi dia tidak memperhatikan ucapan yang terucap dari mulutnya. Reina hanya memegang tangan Maxime erat-erat."Maxime, asal kamu bisa menyelamatkan Riko aku janji nggak akan minta cerai, aku akan tinggal dan nurut sama kamu ...."Air mata Reina mengalir bersama darah di wajahnya dan mendarat di punggung tangan Maxime.Maxime mengangkat tangannya untuk menyeka air mata Reina dan saat itulah dia menyentuh sesuatu yang lengket di wajah Reina. Maxime tercekat dan menyadari sesuatu, "Muka kamu kenapa?"Baru kemudian dia menyadari tubuh Reina dipenuhi bau darah."Mereka bilang selama aku merusak wajahku, mereka bakal lepasin Riko. Tapi ...."Hati Maxime tiba-tiba menegang.Dia tidak bisa melihat, tapi telapak tangannya lengket dengan darah."Ekki! Mana dokternya!"Mereka datang dengan tim medis yang siap bergerak dalam keadaan darurat.Ekki yang tersadar buru-buru bergerak, "Ah, ya.""Aku baik-baik aja, nggak perlu dokter ...." Reina menolak."Nana, nurut.
Setelah kejadian itu berakhir, Riko dan Reina sama-sama diantar ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Riko baik-baik saja, wajah Reina yang tidak."Cedera wajah Nona Reina sangat serius, meski sembuh sepertinya akan tetap bekas." Dokter sudah selesai memeriksa dan berkata, "Mungkin ke depannya butuh operasi."Reina tidak peduli dengan luka di wajahnya selama Riko baik-baik saja.Sekarang yang paling ingin Reina ketahui adalah siapa pelaku yang menculik Riko.Reina sudah memeriksa nomor yang meneleponnya tadi, tapi sekarang nomor itu sudah mati sehingga petunjuknya terputus.Riko mengandalkan ingatannya dan menggambar potret kasar pria bercodet."Dia cuma menerima perintah orang lain, aku dengar kok dia terus bertanya apa yang harus dilakukan sama orang di telepon."Riko terdiam sesaat dan berkata, "Orang di telepon sepertinya memintanya membunuhku, tapi mungkin dia nggak tega."Reina jadi makin ketakutan setelah mendengar ini dan memutuskan untuk mencari tahu orang di balik layar.Riko mel
Diego melirik karangan bunga segar di samping Reina, lalu duduk."Ibu dan aku sudah lihat beritanya, juga sudah cari tahu. Kami baru tahu terjadi sesuatu padamu dan keponakanku," jelas Diego.Diego berpura-pura bingung lagi, "Kok kamu nggak kasih tahu kami kalau kamu punya anak?""Terus sekarang anak itu mana?"Reina meminta Jovan dan Alana untuk membawa Riko ke Keluarga Tambolo. Sekarang Riko lebih aman di Keluarga Tambolo."Kalau aku nggak salah ingat, aku dan Nyonya Treya sudah bukan ibu dan anak lagi.""Kamu ini kayak anak kecil aja? Mana mungkin hubungan darah hilang begitu aja?"Diego mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya pada Reina, "Ini dari Ibu, katanya uang buat beli vitamin supaya kamu tetap sehat."Reina tidak menjawab.Setelah bertahun-tahun, dia tidak pernah percaya Treya akan benar-benar peduli padanya."Nggak perlu, aku punya uang."Diego sudah tahu Reina dengan harga dirinya yang tinggi tidak mungkin menerima kartu bank itu, jadi dia mengambilnya untuk diri send
Setelah Diego pergi, perawat mengganti perban di wajah Reina. Setelah itu Maxime datang menjemputnya keluar rumah sakit.Setelah masuk ke dalam mobil, dia berkata pada Reina, "Aku sudah menyuruh orang menyelidiki pria bercodet itu. Selama dia berada di Kota Simaliki, kita pasti akan dapat kabar segera.""Ya."Reina mengangguk.Reina juga sudah meminta Deron mengirim orang untuk menyelidiki orang-orang di sekitar Syena dan Melisha.Sesampainya di Vila Magenta.Riki langsung menghambur ke pelukan Reina. "Ma, Kakak nggak apa-apa?"Riki pasti tahu dari berita.Reina langsung menghiburnya, "Kakak baik-baik aja. Dia ikut Tante Alana dan tinggal di rumah Om Jovan."Riki menghela napas lega.Lalu Riki terlihat bingung saat melihat perban di wajah Reina."Muka Mama kenapa?"Reina takut Riki akan khawatir, jadi dia berbohong, "Ah, nggak sengaja tergores. Nggak apa-apa kok, dokter bilang beberapa hari juga sembuh."Riki sangat bijak dan cermat, dia tahu Reina berbohong, tapi dia juga tahu bahwa R
Reina tidak bisa tidur, jadi saat Maxime berbaring di sampingnya, Reina makin terjaga.Reina bergeser menjauh.Tiba-tiba Maxime menggenggam tangan Reina, dia pun langsung memejamkan mata dan pura-pura tidur.Maxime memegang tangan mungil Reina dan mengusapnya dengan lembut.Reina menutup matanya rapat-rapat untuk waktu yang lama sebelum dia sadar kalau Maxime buta. Pria itu tidak akan tahu Reina tidur bohongan atau beneran.Jadi Reina membuka matanya lagi.Dan pemandangan yang muncul di hadapannya adalah wajah dingin Maxime.Sebelah tangan Maxime menggenggam tangan Reina dan tangan satunya yang masih bebas meraba-raba kepala Reina.Setelah memastikan posisi dahi Reina, Maxime menunduk.Reina menutup matanya dan sebuah ciuman pun mendarat di keningnya.Entah mengapa, jantung Reina berdegup kencang.Maxime tidak melakukan apa pun, hanya berbaring di sampingnya dan dengan hati-hati menarik Reina mendekat padanya.Maxime tidak memeluk Reina erat-erat seperti biasanya, mungkin karena dia ta
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba