"Kok nggak usah? Kamu 'kan ... Mmph ...."Sebelum Reina bisa menyelesaikan kata-katanya, Maxime sudah membungkam bibir Reina dan mulai melepaskan pakaian Reina dengan tidak sabar.Maxime yakin ini bukan karena pengaruh obat."Max, kamu jangan ...."Reina memanfaatkan kesempatan sekecil apa pun untuk menghindar dan menolak.Maxime kembali menciumnya dan saat ini Reina sadar ada rasa darah di mulutnya."Maxime ....""Aku gigit lidahku sendiri soalnya nggak bisa mengendalikan diri," jawab Maxime dengan suara serak.Ketika Reina tertegun, Maxime langsung memeluknya.Jubah mandi yang dipakai Maxime jatuh sehingga Reina bisa melihat tubuh Maxime yang memerah karena kedinginan setelah mandi air dingin.Reina tertegun sejenak.Maxime pun memanfaatkan momen ini untuk membaringkan Reina di kasur dan menindihnya....Setelah pergulatan romantis semalaman.Reina membuka matanya dan melihat pakaian mereka berserakan di lantai. Reina menoleh dan mendapati dirinya berada dalam pelukan Maxime.Semalam
Morgan membaca pesan itu dengan ekspresi dingin.Dia sudah tahu bahwa Marshanda gagal.Para pengawal yang dia bayar untuk berjaga di luar hotel semuanya disingkirkan pengawal Ekki. Para awak media pun tidak ada yang pergi ke hotel sesuai perintahnya.Morgan meletakkan ponselnya dan terbatuk-batuk."Tuan Morgan, apa perlu kami panggil dokter?" tanya seorang bawahannya.Morgan menggeleng, "Nggak perlu."Setelah itu Morgan membuka ponselnya dan membuka nomor Reina di daftar kontaknya. Dia hanya menatap nomor itu cukup lama, setelah itu dia kembali menutupnya.Di sisi lain.Reina mendengar dari Maxime bahwa semua kejadian semalam adalah ulah Morgan.Reina tidak percaya, karena semalam Morgan sengaja membantunya mencari Maxime.Kalau bukan karena Morgan menunjukkan foto itu, dia tidak akan mencari Maxime."Aku mau ketemu Marshanda.""Oke."...Marshanda sangat ketakutan dikurung di ruang bawah tanah yang gelap. Siapa yang bisa datang menyelamatkannya kali ini?Tiba-tiba, pintu ruang bawah t
Marshanda mengaku bahwa Morgan-lah yang memintanya datang memuaskan Maxime, tapi dia tidak memberi tahu Reina terlalu detail tentang prosesnya.Hati Reina terasa dingin, dia tidak menyangka Morgan akan menggunakan cara seperti ini.Reina pun melepaskan Marshanda seperti yang dia janjikan.Marshanda keluar dari ruang bawah tanah dengan rupa yang menyedihkan. Begitu keluar dari rumah itu, dia langsung memesan tiket untuk meninggalkan Kota Simaliki.Marshanda tahu betul, kalau dia tidak pergi sekarang, baik Jovan maupun Morgan tidak akan melepaskannya.Maxime tahu Reina telah melepaskan Marshanda, dia sendiri tidak memperpanjang masalah tersebut.Lagipula, orang-orang seperti Marshanda bukan ancaman untuknya. Kalau bukan karena Morgan dan Keluarga Baclig bergabung mencelakainya, mereka tidak mungkin bisa mendekatinya.Reina juga punya pemikiran yang sama. Marshanda memang paling mahir menyakiti hati orang lain dengan kata-kata.Orang seperti Marshanda pasti akan bertemu dengan lawan yang
Setiap kata Morgan rasanya menghujam jantung Maxime.Dia terdiam.Morgan jadi makin menyombongkan diri, "Kak, menurutmu Nana benar-benar cinta sama kamu? Dia itu cuma memindahkan cinta dia ke aku, ke kamu.""Kalau bukan karena aku, Reina nggak mungkin mau sama kamu.""Kamu tahu nggak dulu Nana sering menggandeng aku sambil bilang dia mau terus bersamaku.""..."Reina tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Morgan, dia hanya bisa melihat ekspresi Maxime sangat buruk. Mereka mengobrol cukup lama sampai akhirnya Maxime mengembalikan ponsel Reina."Kalian ngobrolin apa?" tanya Reina bingung.Maxime menarik Reina dalam pelukannya, lalu menjawab dengan nada serak, "Nggak ada."Reina mendorong Maxime menjauh."Lepasin."Reina tidak nyaman karena banyak pengawal mengawasi mereka, selain itu Reina tadi sudah bilang masih perlu memikirkan apa dia tetap ingin hidup bersama Maxime atau tidak.Maxime tidak peduli.Para pengawal pun balik badan satu per satu.Maxime merendahkan suaranya, "Reina, apa
Mata Reina menegang, dia langsung panik."Apa? Siapa kamu?"Pria itu tidak menjawab, langsung menutup telepon dan tertawa mengejek, "Anak hilang dari semalam aja nggak tahu? Dasar ibu nggak punya hati!"Hilang dari semalam?Spontan, Reina teringat akan Riki.Reina langsung menelepon ke vila.Di Vila Magenta, Riki baru saja makan sarapan yang dimasak oleh pengasuhnya saat dia menerima telepon dari Reina. Riki pun bertanya dengan penasaran, "Ma, gimana? Om Maxime sudah ketemu?"Suara riang Riki langsung membuat Reina rileks.Reina tidak menyangka kalau yang dimaksud si penculik bukan Riki, melainkan Riko yang berada di rumah Jovan."Riki, kamu baik-baik saja di rumah?""Iya? Nggak ada apa-apa kok? Kenapa Ma?" tanya Riki yang bingung."Ah, nggak apa-apa. Riki nggak boleh main ke luar sembarangan ya. Baik-baik di rumah." Reina memperingatkan.Karena Riki baik-baik saja, Reina tidak ambil pusing karena dia pikir telepon itu hanya telepon penipuan....Di dalam sebuah pabrik.Setelah Riko sa
Pria bercodet itu langsung menolak."Kamu mau pakai ponselku untuk telepon polisi, 'kan? Nak, pintar juga ya kamu.""Om, aku cuma mau main game bukan telepon."Riko menatapnya dengan tulus.Pria bercodet ini ternyata tidak mudah ditipu, "Diam, atau kujahit mulutmu."Riko tidak punya pilihan selain menyerah dan melihat sekeliling mencari apakah ada peluang untuk melarikan diri.Namun sayangnya tidak ada ....Riko yang hanya seorang anak kecil sulit melawan pria dewasa, apalagi pria ini tidak sendirian.Satu-satunya cara adalah mengirimkan titik lokasinya pada Jovan.Karena semalam tidak pulang, Jovan pasti masih mencarinya.Namun pria bercodet ini tidak berbaik hati padanya, dia tidak mau memberi Riko alat komunikasi sehingga Riko harus putar otak mencari jalan keluar lainnya....Hari ini Keluarga Tambolo heboh. Setelah Tuan Besar Jacob mengetahui bahwa Riko hilang, dia langsung memberi perintah untuk menemukan Riko, jika perlu Kota Simaliki dijungkirbalikkan."Siapa yang berani melawa
Setelah Maxime menutup telepon, dia langsung meminta seseorang memeriksa nomor yang baru saja menghubungi Reina.Jovan mengirimkan video kamera pengawas dan meminta Maxime membantu mencari pria berbaju hitam yang masuk ke toilet kemarin.Jovan memberitahunya, "Kak Max, kemarin itu Riki juga masuk ke toilet. Orang-orang itu masuk setelah Riki masuk.""Maksudmu mereka mungkin mau menculik Riki, tapi salah orang?""Aku nggak yakin. Tapi kalau penculiknya itu musuhku, harusnya mereka telepon aku, 'kan?"Maxime teringat akan telepon yang Reina dapatkan tadi pagi."Oke, aku ngerti."Entah mengapa, seharian ini Reina merasa tidak nyaman.Reina teringat akan telepon tadi pagi dan terus melirik Riki di sampingnya, butuh waktu lama sampai akhirnya dia teringat akan Riko.Reina menepuk kepalanya dan berkata, "Kenapa setelah hamil otakku jadi bodoh?"Reina langsung menelepon Alana."Alana, Riko lagi sama kamu 'kan ya?"Jovan sudah berpesan pada Alana untuk tidak memberitahu Reina karena Reina seda
Reina melihat tubuh kecil Riko terikat di jembatan, seolah sedetik kemudian akan jatuh.Seketika, Reina tidak bisa berkata-kata."Nona Reina, bos bilang baru akan melepaskan anak itu kalau kamu meninggalkan Kota Simaliki.""Kalau kamu terus tinggal di sini, maka anak itu akan mati."Reina langsung menjawab tanpa banyak pikir, "Oke aku pergi sekarang juga, lepaskan anak itu sekarang."Namun, pria bercodet itu tidak langsung melepaskan Riko. Sebaliknya, dia mengikuti perintah Syena dan berkata, "Aku nggak akan percaya begitu saja."Reina bergegas menuju jembatan gantung sambil terus menelepon dengan si penculik. "Jadi kamu mau apa?""Di dekatmu ada pisau?"Reina melihat sekeliling, "Nggak.""Kalau gitu cari benda lain untuk melukai wajahmu."Pria bercodet sudah mengikuti Liane selama separuh hidupnya dan ini adalah pertama kalinya dia mengancam seorang wanita dengan seorang anak untuk merusak wajahnya.Dia menghela napas dalam-dalam.Pria bercodet itu pikir Reina tidak akan langsung meny
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba