"Bukan apa-apa, dia cuma mau aku bersikap baik ke kamu." Maxime menjawab.Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman Alana, tapi Maxime tidak yakin siapa yang lebih penting bagi Reina, Maxime atau Alana.Saat itulah Reina menyadari Alana pasti melakukan hal ini karena apa yang mereka bahas kemarin yang membuat Alana gelisah."Pangsitnya sudah matang, ayo makan."Reina menatap ke arah mobil Alana pergi sekilas sebelum ikut masuk ke rumah.Saat makan pangsit.Maxime memberi tahu Reina dia sudah membuka perusahaan baru.Kedatangan Alana hari ini, membuatnya mengerti dia harus berpura-pura terlihat miskin agar kebohongannya terlihat alami."Perusahaan apa?" tanya Reina."Perdagangan luar negeri."Dulu Grup Rajawali perlahan mulai berkembang setelah Maxime meningkatkan perdagangan luar negeri.Reina masih ingat betapa sulitnya Maxime pertama kali memulai negosiasi bisnis dengan orang-orang dari luar negeri.Para orang asing dan orang dalam negeri semuanya menindasnya karena usianya yang mas
Maxime hendak mengatakan sesuatu ketika dihentikan oleh Reina."Sudah nggak apa-apa, biarin aja. Ini memang tahun baru, kita perlu suasana baru. Pak Luki, tolong sampaikan terima kasihku ke Nyonya Joanna ya."Luki mengernyit dan hampir saja tersedak mendengarnya."Oke."Riki memakan pangsit dalam diam, namun tatapannya sangat dingin.Nenek serigalanya baru saja masuk penjara dan sekarang nenek serigala lain ada di sini untuk menyiksa ibu lagi.Tidak, dia tidak bisa melihat ibu ditindas lagi kali ini.Setelah memikirkannya, Riki meletakkan sendok dan berkata, "Ma, aku kenyang.""Aku boleh jalan-jalan?"Reina juga meletakkan sendok dan berkata, "Yuk, Mama temani.""Bukannya tadi Mama bilang masih perlu menyiapkan makan malam Tahun Baru? Aku jalan-jalan sendiri aja, bentar aja kok nanti balik, nggak apa-apa.""Kalau begitu Om Deron temani ya?"Sejak Riki diam-diam pergi ke kediaman Keluarga Sunandar terakhir kali, Reina tidak berani membiarkannya keluar sendirian lagi.Riki menghela napas
Riki pulang ke rumah sedangkan Maxime menelepon Joanna dan memintanya berhenti mencampuri urusannya.Joanna jarang dimarahi oleh Maxime, jadi dia dengan enggan menceritakan kisah tentang Reina dan Morgan dengan cara yang lebih berlebihan."Max, meski kamu buta dan hilang ingatan, kamu tetap cucu sulung Keluarga Sunandar. Kamu mau wanita kayak apa juga ada. Wanita seperti Reina yang bisa-bisanya suka sama adik ipar sendiri nggak layak di Keluarga Sunandar.""Kalau bukan karena dua ...." Joanna berhenti sebelum mengucapkan kata "anak".Semuanya masih belum jelas, jadi dia tidak bisa memberi tahu Maxime."Siapa yang kasih tahu?" Maxime menyipitkan matanya.Joanna ketakutan dan agak gugup, "Apa perlu seseorang kasih tahu aku? Aku sudah lihat sendiri Reina dan Morgan bersikap intim."Terkadang orang yang berbohong harus membohongi dirinya sendiri lebih dulu.Maxime meremas ponselnya erat-erat."Nggak perlu dibahas lagi. "Begitu selesai bicara, Maxime menutup telepon.Joanna mengernyit mena
"Baiklah, aku kasih satu kesempatan terakhir."Marshanda diberikan kesempatan."Tuan Muda Morgan, kita sepakat kalau aku berhasil, kamu harus membantuku kembali ke industri hiburan.""Tentu."Marshanda diam-diam memberi tahu Morgan rencananya.Meskipun rencana ini kejam, namun itulah yang membuat Reina paling menyerah.Morgan setuju....Sesampainya di rumah, Maxime mendapati laporan dari orang suruhan yang dia minta mengawasi situasi di luar vila kalau Morgan ada di luar vila dan melakukan kontak dengan Marshanda.Maxime mengangkat alisnya. Ingin sekali dia mengirimkan adiknya ini sesegera mungkin ke luar negeri.Sayangnya sekarang dia buta, jadi sangat merepotkan untuk melakukan sesuatu.Di dalam rumah.Reina sudah menyiapkan semua makanan untuk malam Tahun Baru.Nanti dia hanya perlu menumis beberapa lauk kalau sudah mau makan.Ketika dia melihat Riki kembali, dia bertanya, "Bukannya tadi kamu pergi jalan-jalan sama Om Max?"Riki menguap, "Aku mau istirahat aja deh.""Oke sayang, is
Reina tertegun sejenak, menatap Maxime dan menjawab dengan jujur, "Aku nggak tahu, sekarang aku cuma mau merawat anak-anak dengan baik."Hal lain yang Reina inginkan adalah mengambil balik semua milik Keluarga Andara, lalu menunggu anak kembar yang sedang dikandungnya ini lahir dan menggunakan darah tali pusar untuk mengoperasi Riki.Hati Maxime tercekat."Kalau kamu keberatan, mendingan kita ...." Sebelum Reina menyelesaikan kata-katanya, Maxime menyela, "Aku nggak keberatan."Tidak keberatan?Bagaimana mungkin keberatan.Kalau Maxime bilang keberatan, Reina akan pergi lagi.Maxime belum pernah mengalami perasaan patah hati seperti sekarang. Hembusan napas panasnya jatuh ke kepala Reina."Di luar dingin, ayo gendong ke kamar ya?" suara Maxime terdengar serak.Reina buru-buru menggelengkan kepalanya, "Nggak, aku bisa pergi sendiri."Dia melepaskan diri dari pelukan Maxime dan buru-buru masuk ke rumah.Maxime mengikutinya perlahan.Saat ini hujan turun dengan deras, tapi Reina tidak mer
Kedua gadis itu tampak berusia sekitar delapan belas tahun dan wajah mereka memerah malu-malu.Reina sedikit terkejut. Maxime setidaknya 10 tahun lebih tua dari mereka, bukan?Maxime sedikit mengernyit dan mendesis, "Pergi sana."Satu kata dari Maxime membuat wajah kedua gadis itu semakin memerah.Kalau tadinya memerah karena malu, sekarang memerah karena kesal dan terkejut.Reina juga terkejut. Dia tidak menyangka Maxime akan punya temperamen yang buruk.Sejak Maxime kehilangan ingatannya, dia tidak pernah bicara kasar apalagi mengusir orang.Benar saja, sifat aslinya masih ada dan dia tidak bisa berpura-pura bersikap lembut sama sekali.Reina melangkah maju untuk menyelamatkan muka kedua gadis itu."Aku sudah selesai beli, ayo pergi."Saat Maxime mendengar suara Reina, wajah dinginnya sedikit melembut.Ketika kedua gadis kecil itu melihat wajah cantik Reina, mereka terkejut.Reina tersenyum sopan pada mereka.Kedua gadis itu semakin malu dan saling menarik tangan satu sama lain."Ayo
Reina masih ingat wajah Maxime sangat marah saat itu. Dia menariknya ke tempat di mana tidak ada orang di sekitarnya dan memarahinya."Apa kamu nggak malu?"Maxime melemparkan mawar di tangan Reina ke tempat sampah, "Mendingan pergi aja kerja daripada nganggur. Jangan buang waktu untuk hal-hal nggak berguna setiap hari."Saat itu, Reina hanya diam berdiri sambil menatapnya dengan hati yang terluka."Biasanya laki-laki yang bilang cinta duluan. Kupikir kamu akan senang kalau aku yang bilang duluan ke kamu ...."Lagipula, keduanya sudah menikah dan belum ada kemajuan, jadi Reina berinisiatif ...."Jangan pernah ngomong cinta atau apalah itu, kekanak-kanakan banget." Maxime langsung menyahut dengan dingin.Sejak saat itu, Reina tidak pernah berani mengungkapkan kata cinta.Reina sering melihat begitu banyak pasangan mesra yang melalui hari-hari dengan penuh cinta. Tapi Reina tidak pernah merasakannya."Duar!"Hari ini pemerintah mengizinkan untuk menyalakan kembang api. Hari belum terlalu
Maxime mendengar langkah kaki dan melihat ke arah pintu.Reina tidak menyapa Maxime dan hanya berjalan menghampirinya sambil bertanya, "Kamu melukai Revin?"Maxime menarik napas."Jangan bohong."Maxime benar-benar tak berdaya dan menjawab dengan suara tertahan, "Ya.""Hah? Kamu yang menghajarnya?" tanya Reina tidak percaya.Maxime 'kan buta, bagaimana mungkin memukuli Revin sampai terluka parah.Reina sangat marah hingga dia tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa meninju bahu Maxime.Maxime mengernyit karena terkejut. Dia tidak menyangka Reina akan memukulnya karena Revin.Meski tidak sakit, dia sangat keberatan menerimanya.Revin 'kan seorang pria? Masih untung hanya dipukul dan tidak langsung dikubur hidup-hidup.Maxime hanya membatin, tapi tidak berani mengutarakannya."Nana, wajar kalau pria saling punya konflik. Apalagi kami bersaing dalam hal cinta. Nggak apalah berkelahi sedikit.""Apa maksudmu nggak apa-apa berkelahi? Deron bilang Revin masih sekarat." Reina sangat marah dan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba