Di lantai paling atas Hotel Fourse, seorang wanita intelektual dan anggun berdiri di lantai paling atas, memandang ke seluruh Kota Simaliki.Dia menyalakan sebatang rokok di tangannya dan asapnya mengepul.Sorot mata tajam wanita terlihat sedang memikirkan sesuatu."Tok, tok, tok!"Pintu diketuk.Wanita itu mematikan rokok di tangannya, "Masuk."Syena dengan hati-hati membuka pintu dan masuk."Bu."Liane balik badan, matanya yang tajam melembut, "Kemarilah."Syena melangkah menghampiri.Liane merapikan pakaiannya dan berkata, "Gimana kabarmu?"Selama ini dia terlalu sibuk dan menghabiskan sebagian besar waktunya mengerjakan proyek di luar negeri. Ketika mendengar Treya membunuh seseorang, dia datang untuk melihat keadaan Syena.Di depannya, Syena bertingkah seperti kelinci kecil yang polos."Bu, hidupku sangat buruk, sangat buruk."Tatapan Liane berubah, "Siapa yang berani melukai putriku? Morgan?"Dia mengepalkan tangannya.Keluarga Sunandar berengsek! Mereka pikir karena punya kuasa,
Mobil berhenti tepat satu sentimeter dari Reina.Mata Reina menyipit, tapi dia berusaha tetap tenang.Dengan sistem penjagaan di sini, Reina yakin Liane tidak akan berani melakukan sesuatu padanya secara terang-terangan.Liane memandang wanita cantik dan acuh tak acuh di depannya. Jika bukan karena putrinya, dia akan merasa sedikit kasihan padanya."Kamu benar-benar akan melawan putriku?"Reina berkata dengan jujur, "Aku nggak ada hubungannya dengan Morgan, sekarang atau nanti."Dia sudah memutuskan untuk bersama Maxime, mana mungkin dia bisa menerima Morgan?Meski pada akhirnya tidak jadi bersama Maxime pun, Reina tidak akan memilih Morgan. Bagaimanapun, dia sudah punya anak."Sebaiknya begitu."Liane memerintahkan bawahannya dan sopirnya pergi.Dalam perjalanan, Liane melihat ke arah Reina lewat kaca spion lalu menyalakan rokok.Tidak jelas apakah Reina benar-benar baik hati atau hanya pura-pura.Liane menelepon Joanna, entah apa yang mereka obrolkan.Malam itu, Joanna mengundang Sye
"Kamu dengar apa?"Joanna sangat prihatin dengan semua urusan putranya.Syena sengaja membuatnya penasaran, "Ah, nggak apa-apa. Pasti itu bohong, Morgan bukan orang seperti itu."Joanna jadi makin penasaran."Ada apa sih? Cepat kasih tahu Bibi."Syena kemudian perlahan berkata, "Kudengar dulu kakak ipar menyukai Morgan dan bahkan jatuh cinta padanya."Kata-kata ini bagaikan petir di telinga Joanna.Joanna yang awalnya tidak menyukai Reina, sekarang jadi sangat marah ketika mendengar Reina punya perasaan pada putra bungsunya."Dasar wanita gatal!" kata Joanna dingin.Syena memegang tangannya, "Bibi, jangan marah.""Sebenarnya aku nggak percaya kalau Morgan jatuh cinta padanya. Aku cuma khawatir ....""Khawatir tentang apa?""Aku khawatir ... kakak iparku nggak puas." Mata Syena penuh dengan kekhawatiran, "Awalnya aku nggak mau ngomong, tapi karena kita sudah bahas ini, sepertinya aku harus cerita.""Terakhir kali, aku melihat kakak ipar meminta Morgan menemuinya sendirian. Aku nggak tah
Reina terbangun di pelukan Maxime.Dia melihat sekeliling dan bingung saat mendapati Riki tidak ada di sampingnya.Gerakan kecil Reina membuat Maxime terbangun dan dia menarik Reina ke dalam pelukannya lagi."Sudah bangun?""Di mana Riki?""Kemarin kupikir tempatnya terlalu kecil, jadi aku tidurin dia di kamar tamu." Maxime berkata tanpa mengubah ekspresinya.Reina melihat ke tempat tidur besar yang lebarnya lebih dari dua meter.Reina bersiap-siap bangkit berdiri.Lengan kuat Maxime yang melingkar di pinggangnya menjadi semakin erat, Maxime menelan ludah dan berkata, "Ayo bobo lagi."Reina mengenakan piyama tipis, keduanya sangat dekat sehingga mereka bisa merasakan suhu tubuh satu sama lain."Nggak, aku udah nggak ngantuk."Dia berusaha menyingkirkan tangan Maxime.Maxime membungkus tangan kecil Reina dengan punggung tangannya."Nurut."Dia mendekat ke telinga Reina dan berbisik.Suara mendesah dan napas panas pria itu terdengar di telinganya, membuat Reina gemetar.Reina mengangkat
Riki menerima jawaban itu, pantas saja ibunya tidak segampang itu punya bayi.Walaupun sebenarnya tidak tahu banyak tentang hal ini.Selagi Riki memikirkannya, Reina sudah mengenakan pakaiannya dan keluar dengan wajah memerah."Ekki, kok kamu ke sini?"Ekki berbohong dan berkata, "Ada hal yang harus kutanyakan sama Pak Maxime."Reina mengangguk dan membawa Riki ke bawah dengan malu-malu.Maxime dan Ekki mengobrol sebentar, lalu keduanya pergi keluar rumah.Reina tidak menanyakan apa yang akan mereka lakukan.Di luar rumah, Ekki melaporkan kemajuan proyek yang mereka rebut dalam beberapa bulan terakhir.Setelah mendengarkan semuanya, Maxime berkata, "Kamu sudah bekerja keras untukku akhir-akhir ini. Besok malam Tahun Baru, hari ini istirahatlah."Ekki terkejut ketika mendengar ini.Karena baru pertama kali ini dia mendengar atasannya mengucapkan terima kasih atas kerja kerasnya.Apakah dunia benar-benar berubah?"Ah nggak, memang sudah kerjaanku." Ekki tersanjung dan kehilangan kewibawa
Alana hanya mengernyit saat mendengarkan orang-orang di dalam menertawakannya, "Jovan, Kakek memintamu pulang makan malam."Suasana seketika jadi hening.Semua orang menatap Alana dengan bingung lalu mencerna kata-katanya.Pulang makan?Mereka semua tersadar dan tertawa terbahak-bahak.Tuan muda Keluarga Tambolo dipanggil pulang untuk makan oleh seorang wanita?Ekspresi Jovan semakin berubah dan ingin berpura-pura tidak mengenalnya.Alana terlalu malas untuk mengulang kata-katanya, dia pun melirik pada Riko di sebelahnya.Riko terpaksa bicara, "Kata Kakek besok adalah malam Tahun Baru. Kalau terlambat pulang, selamanya nggak usah pulang."Setelah itu Riko menoleh pada Alana dan berkata, "Ma, kita sudah menyampaikan pesan Kakek, ayo pulang."Alana mengangguk.Tapi sebelum pergi, Alana memelototi teman-teman Jovan yang hadir dan berseru dengan mantap."Keluarga Crisie memang keluarga biasa, tapi kami nggak pernah ingin naik pangkat dengan mendekati Keluarga Tambolo. Keluarga Tambolo-lah
Alana tidak bisa berhenti bicara."Nana, sebenarnya kamu salah mengira dia adalah Morgan, jadi kamu selalu mengira dia nggak mencintaimu dan bajingan.""Lagian kalian berdua itu awalnya dua orang asing yang saling nggak punya perasaan, mana mungkin dia punya perasaan ke kamu?""Satu-satunya kesalahan yang dia lakukan cuma nggak seharusnya dia melimpahkan semua kesalahan ibu dan adikmu ke kamu.""Dengan kata lain, dia cuma pria kaya dengan harga diri yang terlalu tinggi. Dia bukan bajingan."Alana jadi lega saat terpikir hal ini.Reina juga mendengarkan dengan seksama, "Ya, aku sudah tahu."Tapi Alana mengubah topik pembicaraan, "Tapi selain kehilangan ingatannya, dia juga buta. Nana, kamu pasti susah kalau hidup sama dia."Bagaimana orang buta bisa menghasilkan uang.Alana menjadi khawatir lagi."Nana, pokoknya kamu nggak boleh gelap mata karena dia tampan ya. Menurutku Revin lebih baik dari dia."Reina tidak terlalu terkejut dengan Alana yang punya pemikiran yang berubah-berubah karen
"Alana, sudah jangan mikir macam-macam. Kakek menghargaimu sebagai pribadi. Bahkan kalau nanti kamu dan Jovan nggak punya anak, Kakek cuma akan mengakuimu sebagai cucu menantuku," lanjut Tuan Besar Jacob.Alana belum pernah dihargai oleh orang lain seperti hari ini, dia sangat terharu, "Kek, terima kasih."Dengan kondisi seperti ini, kalau dipikir-pikir sebenarnya tidak masalah menikah dengan Keluarga Tambolo.Orang tua Jovan meninggal dalam usia muda, Alana tidak akan punya konflik apa pun dengan mertua. Di rumah ini hanya ada Tuan Besar Jacob dan sebagai kakek dia memperlakukannya dengan sangat baik."Jangan sungkan, sama Kakek sendiri kok."Alana pun memberanikan diri mengucapkan hal yang dipendamnya, "Kek, boleh nggak besok aku ketemu teman?""Boleh, tapi Riko nggak ikut ya? Aku sudah janji sama teman-temanku mau mengenalkan Riko, cicitku yang pintar. Mereka sengaja datang dari jauh soalnya.""Oke."Alana juga ingin bicara dengan Maxime sendirian....Hari berikutnya.Di luar hujan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba