Sewaktu masih berada di lantai bawah, Reina melihat ruangan paling mewah yang terletak di lantai atas. Ruangan itu adalah tempat terbaik untuk menonton pelelangan.Kaca yang dirancang khusus diletakkan di bagian luar ruangan itu sehingga orang luar tidak bisa melihat ke dalam, tetapi orang yang berada di dalam bisa melihat ke luar.Reina sengaja memilih tempat duduk yang terlihat jelas dari ruangan itu.Kemudian, Reina menengadahkan kepalanya dengan senatural mungkin.Walaupun hanya kelihatan sekilas, terlihat jelas sorot pandangan Reina tampak biasa saja.Sementara itu, Ekki yang berada di dalam ruangan itu sontak berseru dengan kaget, "Nona Reina!"Maxime menahan diri untuk tidak segera turun menghampiri Reina. Dia memerintahkan Ekki."Berhenti menawar.""Baik."Ekki memerintahkan sekretaris yang berada di lantai bawah untuk berhenti menawar.Awalnya, semua orang yang lain mengira mereka akan menyaksikan adu tawar-menawar hari ini. Tidak disangka Maxime malah menyerah begitu saja.Me
Reina tidak mau berbasa-basi lagi dengan Maxime, jadi dia menyerahkan selembar cek kepada Maxime."Nih, sudah kubayar. Barangnya kuambil, ya."Maxime memegang cek itu sambil menatap kepergian Reina, lalu memerintahkan tanpa menoleh ke belakang, "Awasi dia."...Di Vila No. 9.Setelah Reina kembali, dia minum anggur sambil berdiri di balkon.Dulu, Reina tidak pernah minum-minum. Namun, sejak pergi ke luar negeri, setiap kali Reina merasa begitu kesepian, dia akan menggunakan alkohol untuk membuat dirinya mati rasa.Kebiasaan buruk Reina ini perlahan-lahan berubah dengan kehadiran Riko dan Riki. Namun, pertemuannya dengan Maxime hari ini membuat Reina kehilangan kendali ....Sebenarnya, Reina juga tidak sepenuhnya bohong tentang lupa ingatan. Semenjak ke luar negeri, Reina benar-benar merasa tersiksa secara fisik maupun batin.Depresi dan kehamilan yang Reina alami membuat ingatannya memburuk, dia bahkan berulang kali melupakan siapa Lyann ....Reina benar-benar menderita selama kurun wa
Terdengar suara yang manja, tetapi juga lemah dari ujung telepon sana. Seorang anak kecil yang persis dengan Riko sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang terlihat pucat. Dia menyapa Reina dengan hangat.Hati Reina terasa tersentuh."Mwah, Riki.""Mama bahkan nggak meneleponku kemarin malam untuk mengucapkan selamat tidur," protes Riki dengan kesal.Dibandingkan dengan Riko si putra sulung yang suka mengomel, Riki si putra bungsu sama seperti anak-anak pada umumnya yang suka bertingkah manja dan kekanak-kanakan. Tentu saja ini hanyalah penilaian Reina."Ya, maaf, Riki, Mama lupa. Jangan marah, ya."Reina memang lebih memperhatikan Riki karena putra bungsunya itu sudah sakit-sakitan sejak kecil. Ditambah lagi, kali ini Riki didiagnosis menderita leukemia."Ya sudah, kali ini kumaafkan," kata Riki."Tapi, lain kali nggak kumaafkan."Semua rasa sedih dan pahit dalam benak Reina langsung hilang dengan tingkah Riki yang manja dan lucu itu. Reina mengangguk-angguk mengerti.
Tenggorokan Maxime sontak terasa tercekat. Sebersit cahaya aneh berkilat dalam sorot matanya.Namun, Maxime tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengikuti Ekki berjalan keluar.Grup Sunandar sendiri sudah mendengar tentang kedatangan seorang bos besar yang hendak berdonasi untuk membantu Proyek Harapan Grup Sunandar. Proyek itu merupakan kegiatan amal.Para karyawan perusahaan pun saling berdiskusi."Bos besar mana yang mau berdonasi?""Entahlah. Mungkin dia kebanyakan uang sampai nggak tahu lagi mau dihambur-hamburkan dengan cara apa.""Katanya bos ini dari luar negeri ...."Sementara itu, Reina yang duduk di dalam mobil akhirnya tiba di gedung Grup Sunandar.Gedung itu terlihat sangat megah, sepertinya sudah berkembang dengan lebih pesat jika dibandingkan dengan empat tahun lalu. Semua ini pasti karena gaya kepemimpinan Maxime yang tegas, serta fondasi yang kuat dari Keluarga Sunandar ....Akan tetapi, Reina juga tidak berpangku tangan selama empat tahun ini. Dengan bantuan Revin, Rei
Maxime sudah mencari tahu soal laporan kesehatan Reina, dia tahu wanita itu menderita depresi berat.Maxime juga tahu soal penyakit itu yang dapat menyebabkan daya ingat seseorang menurun, tetapi tidak ada informasi yang mengatakan pasien bisa melupakan seseorang.Maxime dan Reina sudah saling mengenal selama sepuluh tahun lebih.Karena Maxime hanya diam, Reina pun menatapnya sambil bertanya, "Jangan bilang kamu pernah menyakitiku? Kalau nggak, mana mungkin aku nggak ingat padamu?"Pertanyaan Reina itu seperti pisau yang menghujam jantung Maxime."Nona Reina jangan salah sangka, kita 'kan cuma kebetulan bertemu," jawab Maxime dengan dingin.Maxime akhirnya mengerti. Karena Reina ingin berpura-pura, Maxime akan membiarkan wanita itu tetap berpura-pura.Lagi pula, sedari awal Maxime tidak pernah menganggap Reina istrinya.Sebelum pergi, Maxime menyuruh bawahannya untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan Reina.Setelah itu, Maxime kembali ke kantor.Di sana, dia mulai merokok lagi.
Suasana hati Jovan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, sebenarnya dalam hati dia ingin sekali buru-buru merangkai kata-kata untuk mengobrol dengan Reina.Bagaimana caranya memulai pembicaraan ini? Minta maaf?Atau bertanya ke mana saja Reina selama ini?Atau ... apa?Namun, sebelum Jovan menemukan jawaban, Reina sudah lebih dulu melewatinya tanpa meliriknya sedikit pun.Jovan tercengang.Saat Jovan tersadar dari lamunannya, Reina sudah masuk ke dalam mobil dan berujar dengan sopan pada sopir, "Ayo pergi."Jovan termangu menatap sosok Reina yang pergi, butuh waktu cukup lama sampai dia tersadar kembali. Jovan pun mengambil ponselnya dan hendak menelepon Maxime.Tetapi tangannya berhenti bergerak begitu teringat perlakuan Maxime pada Reina selama ini.Dengan egois, dia menuliskan nomor plat mobil Reina. Lalu mengutus orang untuk menyelidiki alamat tinggal Reina saat ini.Mobil Bentley hitam milik Reina melaju perlahan di jalan raya.Reina menatap ke luar jendela dengan tenang, tidak
Marshanda menekuk wajahnya. Dia juga tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas sejak empat tahun lalu sikap Jovan berubah drastis, dia seperti orang yang berbeda dan selalu menutup mata terhadap berbagai permintaannya.Kalau Maxime ... Marshanda tidak yakin pria itu akan membantunya.Tetapi, Marshanda memegang prinsip untuk harus mendapatkan apa yang dia inginkan."Cari cara lain. Lakukan segala cara untuk mendapatkan lagunya."...Setelah Reina menutup telepon dari Happi Media, sinar dingin melintas di matanya yang tenang.Tidak ada yang mengenal Marshanda lebih baik darinya.Selama ini sebenarnya tidak ada yang bagus dari karier Marshanda di dunia hiburan maupun tarik suara.Dia hanya bisa menjiplak karya orang lain untuk merampas karier orang lain.Kalau bukan karena Maxime dan Jovan yang sukarela membantunya, dia pasti tidak bisa bertahan di industri ini.Tidak ada yang tahu betapa sulitnya penyandang tuna rungu untuk dapat menggubah musik.Selama ini Reina selalu bekerja keras untuk
Reina mengepalkan tinjunya.Maxime bisa merasakan tubuh Reina yang kaku. Dia melingkupi tangan mungil Reina dengan tangannya yang besar sambil terus menciumnya dengan penuh gairah.Punggung Reina menempel lekat ke dinding, hati kecilnya sekuat tenaga menekan perasaan perlawanan di hatinya.Riko dan Riki masih menunggunya pulang....Reina berencana mengikuti permainan Maxime, kebetulan dengan begini mungkin dia bisa langsung hamil.Begitu terpikir akan kemungkinan ini, Reina pun mulai menyambut ciuman Maxime.Maxime berhenti sejenak dan seketika tatapannya menjadi tajam. Dia langsung membuka kancing kerah bajunya dan melepaskan ikat pinggangnya.Reina baru selesai mandi, aroma segar tubuhnya langsung tercium oleh Maxime dan membuat detak jantungnya berdebar tidak karuan. Maxime tidak bisa mengontrol dirinya, dia langsung membaringkan Reina di sofa dan membuka jubah mandinya.Kepalan tangan Reina semakin erat.Dia tidak menatap Maxime, entah karena tidak berani atau tidak ingin. Namun, s
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba