Melupakan masa lalu?Maxime mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan cermat. Isi yang tertulis di setiap halaman menunjukkan bahwa mereka berdua tidak lagi punya hubungan.Terakhir, dia melihat jumlah uang diberikan Reina, 16 triliun!Uang sebanyak ini?Reina dapat dari mana?Maxime pernah menyuruh orang menyelidiki perusahaan Reina, asetnya saat ini paling banyak hanya ratusan miliar.Kalaupun perusahaan itu dijual, tidak mungkin menghasilkan keuntungan sebanyak itu.Maxime mencibir dan langsung membuang dokumen itu ke tempat sampah."Apa yang membuatmu yakin aku akan menandatanganinya?""Klienku bilang, kalau kamu nggak mau tandatangan, itu membuktikan bahwa kamu nggak peduli dengan uang. Tapi sama saja, semua kejadian masa lalu dianggap sudah beres.Mandy merendahkan suaranya, "Aku harap kamu nggak menggunakan kejadian ini untuk menekan Reina lagi.""Ingat, kamu yang nggak mau uang itu, bukan Reina yang nggak mau balikin."Mandy menyaksikan Reina tumbuh dewasa dan Mandy sudah l
Maxime berdiri di depan pintu dan melihat Reina yang ada di dalam. Padahal baru sekitar dua minggu tidak bertemu, kenapa rasanya sudah sangat lama sekali.Para pengawal berjaga di luar.Saat Maxime masuk, udara di dalam ruangan terasa dingin."Kupikir, aku sudah menjelaskannya dengan sangat jelas," jawab Reina.Maxime datang mendekat, ekspresinya tidak terlalu jelas karena terkena sinar lampu.Maxime tidak mengatakan sepatah kata pun, dia hanya menatap Reina dalam-dalam dan tidak pernah mengalihkan tatapan matanya.Reina tidak terbiasa ditatap seperti ini oleh Maxime, dia pun mundur selangkah."Pengacara Mandy sudah kasih uangnya ke kamu, 'kan? Urusan kita udah selesai."Maxime masih tidak bicara dan menatap Reina dengan tajam. Dia mengangkat tangannya perlahan, namun belum juga sampai di bahu Reina, dia melihat Reina mundur beberapa langkah untuk menghindarinya.Reina menarik napas dalam-dalam, "Kamu mau apa?"Tangan Maxime yang terangkat berhenti, lalu berujar dengan mantap."Aku mau
Maxime dan Revin sama-sama emosian dan kasar, mereka berbanding seimbang.Namun, karena Revin punya luka parah, sekarang dia bukan tandingan Maxime. Saat Maxime hendak memukulnya lagi, Reina menghadang dan berdiri tepat di depan Revin."Sudah puas cari ributnya?" Reina menatap Maxime dengan dingin.Maxime mematung di tempat, sudut mulutnya masih terasa sakit.Dia menyeka darah yang merembes dari sudut mulutnya, menatap Reina dalam-dalam dan tidak berkata apa-apa."Silakan pergi atau aku akan panggil polisi!" kata Reina lagi.Maxime tidak bisa mengungkapkan perasaannya di dalam hatinya. Dulu, tidak peduli siapapun yang berhadapan dengannya, Reina pasti akan berdiri di sisinya.Sekarang Reina telah memilih orang lain.Maxime mengalihkan pandangannya, berbalik dan berjalan keluar.Setelah Maxime pergi, Reina langsung memeriksa kondisi Revin, "Kamu nggak apa-apa?"Begitu tangan Reina menyentuh lengannya, Revin menahan napas."Nggak apa-apa," jawabnya.Reina mendapati ujung jarinya terkena
Malam harinya, Reina masuk ke kamarnya untuk istirahat.Dia berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata, saat itu pula raut wajah Maxime saat pergi tadi berkelebat di benaknya.Ekspresi ini sama seperti Maxime tahu dia sudah ditipu dalam pernikahan mereka.Merasa bersalah membuat Reina tidak bisa tidur nyenyak.Di sisi lain, Maxime yang tinggal di sebuah hotel ternama tidak jauh dari situ, memperhatikan sesuatu di jalan dengan ekspresi dingin.Revin paham Kota Simaliki adalah wilayah Maxime, tapi dia tidak menduga Maxime akan melebarkan daerah kekuasaannya keluar dari Kota Simaliki.Jadi, Revin lengah saat di luar negeri.Setelah sesuatu terjadi pada Revin semalam, keluarganya membawanya pergi dan memblokir berita tersebut.Reina tidak tahu Revin kecelakaan. Keesokan harinya, Reina mengundang tukang untuk memperbaiki pintu rumahnya.Padahal dia berencana untuk tinggal di sini sementara waktu dan terus menulis lagu.Setelah Maxime berhenti mengganggunya, dia akan menyusul Lyann dan ya
Reina pikir setelah itu Maxime akan segera pergi dengan sukarela, tidak disangka beberapa hari kemudian dia malah mendirikan kantor cabang di Muskie.Kantor itu dibangun tidak jauh dari tempat tinggal Reina.Harus diakui bahwa Maxime adalah seorang ahli bisnis dan dapat berkembang di mana saja.Beberapa orang terkaya di kota itu mulai mengenalnya satu per satu.Setiap pagi, Reina akan menerima karangan bunga dan hadiah berharga.Tapi setiap kali menerima sesuatu, Reina langsung membuangnya ke tempat sampah.Hari ini, Maxime membeli seluruh area tempat tinggal Reina dan pindah ke rumah di sebelah Reina.Setiap Maxime berdiri di teras, dia bisa melihat Reina.Reina sadar akan hal ini saat sedang menulis lagu di teras."Kalau kamu suka tinggal di sini, kita bisa menetap di sini."Reina tidak menggubrisnya, mengambil lembaran lagunya dan langsung kembali ke kamar.Sementara itu, saat ini Ekki kebetulan membawa seseorang untuk merenovasi rumah. Saat melihat Maxime berdiri sendirian di teras
Hati Reina tiba-tiba menegang.Ini pertama kalinya dia jadi suami? Lalu kenapa? Ini juga pertama kalinya Reina jadi seorang istri?Mata Reina penuh dengan ketidakpedulian, dia berkata, "Maxime, mending kamu pulang ke Kota Simaliki, jangan sampai aku jadi benci kamu."Maxime merasa tubuh Reina terasa kaku, dia pun berujar dengan suara serak, "Aku nggak akan pulang. Aku sabar dan punya waktu kok."Reina menjadi makin bingung, dia menatapnya."Bukannya kamu nggak suka sama aku? Kenapa kamu nggak mau lepasin aku?"Maxime merasa ada yang mengganjal di tenggorokannya."Karena aku nggak pernah berpikir untuk bercerai!" Setelah selesai bicara, Maxime menyibak selimut dan bangkit berdiri."Kapanpun kamu butuh sesuatu, cari aku aja. Rumah ini sudah aku beli."Reina tidak tahu bagaimana Maxime pulang. Malam itu Reina sibuk menghubungi pemilik rumah dan mendapati kalau rumah ini sudah dijual.Reina hanya bisa mengganti kunci rumahnya.Baru-baru ini Reina menulis lagu baru dan ada pengusaha yang ma
Tidak disangka, orang-orang tadi tidak menyusul mereka.Ketika sudah berada di luar, Reina terengah-engah. Saat Reina mengangkat kepalanya, Maxime menyadari ada luka di wajah Reina, "Apa yang terjadi?"Reina secara kasar memahami apa yang dikatakan Maxime dengan membaca gerak bibirnya."Aku nggak apa-apa."Reina melepaskan tangan Maxime dan hendak pergi ke tempat ramai karena tidak mau terus mengobrol dengan Maxime.Maxime langsung menyusul Reina dan meraih tangannya, "Kamu dipukul?"Akhir-akhir ini, Maxime selalu mengikuti Reina.Hari ini juga Maxime mengikutinya."Lepaskan." Reina tidak ingin Maxime melihat dirinya yang menyedihkan seperti ini.Maxime bersikeras tidak melepaskannya dan menopang dagu Reina dengan telapak tangannya yang besar.Maxime melirik kembali ke pintu hotel, di mana dua pria asing masih menatap mereka.Maxime langsung paham. Terlepas dari perlawanan Reina, Maxime menggendong Reina dan memasukkannya ke dalam mobil.Maxime sadar alat bantu dengar Reina jatuh sehin
Hati Maxime tiba-tiba penuh harapan.Namun, kata-kata Ekki membuatnya merasa seperti jatuh ke dalam lautan es, "Hasilnya, nggak ada hubungan darah."Tidak ada hubungan darah ....Berarti Reina tidak bohong padanya, anak mereka meninggal sebelum dilahirkan.Riki dan Riko adalah anak Reina dan Revin.Tangan Maxime terkepal erat, buku-buku jarinya memutih dan tenggorokannya terasa seperti terbakar."Oke."Dia menutup telepon.Suhu di dalam mobil sedingin kulkas. Maxime melihat sisa bekas gigi di punggung tangannya dengan ekspresi dingin.Padahal dulu Maxime masih berharap Reina bohong padanya soal anak mereka. Sekarang dia sadar betapa konyol harapannya.Alih-alih meminta sopir mengantarnya kembali ke hotel, Maxime malah pergi ke bar terdekat.....Sesampainya di rumah, Reina masih merasa terkejut.Tiba-tiba, Lyann dan anak-anaknya menelepon."Mama.""Mama."Dua anaknya muncul di depan kamera.Reina baru berani menjawab panggilan anaknya setelah yakin Maxime tidak mengikutinya pulang, "Ha
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim