Begitu Reina tiba dan selesai sarapan, dia menerima pesan dari Joanna.Ibu mertuanya itu mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.Reina memberi tahu Maxime.Maxime berkata terus terang, "Kalau kamu nggak mau pergi, tolak aja."Reina tidak tahu Maxime itu tulus atau hanya basa basi."Nggak apa-apa."Reina pun bangkit berdiri dan pergi menemui Joanna.Di taman, Joanna yang mengenakan gaun tradisional sedang menyiram bunga. Waktu melihat Reina datang, dia menyerahkan selang siram pada pelayan."Buang semua tanaman yang nggak berbunga.""Baik."Joanna sengaja berkata seperti ini di depan Reina sebagai perumpamaan dia akan dibuang kalau tidak punya anak.Reina paham maksud Joanna, dia tetap tenang.Keduanya berjalan depan belakang dan masuk ke mobil.Dalam perjalanannya, Joanna terlihat gelisah."Nana, kamu tahu nggak? Belakangan ini aku ketemu seorang anak yang sangat lucu, dia mirip banget sama Maxime waktu masih kecil."Mata Reina menegang dan mengira Joanna sudah tahu rahasianya,
Joanna menyerahkan berbagai mainan mewah yang dibawanya untuk Riko, berharap bisa membuat anak itu bahagia.Siapa yang sangka Riko sama sekali tidak peduli dan menjawab, "Terima kasih Nenek Joanna, tapi Mama bilang nggak boleh terima barang dari orang asing."Reina berusaha keras bersembunyi supaya Riko tidak melihatnya.Reina masih tidak tahu apa Joanna mengenali siapa Riko atau tidak, jadi Reina tidak boleh gegabah.Joanna yang berjongkok di depan Riko merasa tidak nyaman saat Riko menganggapnya sebagai orang asing."Kok Riko bilang Nenek orang asing? Kan kita sudah kenal beberapa bulan? Nenek sayang banget lho sama Riko."Joanna langsung teringat sosok Alana waktu Riko menyebut kata 'Mama', Joanna pun menjawab, "Mamamu nggak percaya sama Nenek?""Nanti setelah Festival Kue Bulan, Nenek ajak mama Riko ngobrol ya. Setelah itu Riko nggak anggap Nenek orang asing lagi, 'kan?"Riko tidak menyangka Nenek yang sudah menindas mamanya ini akan terus mengejarnya. Selama sebulan ini, dia terus
Sesampainya di rumah.Joanna meminta Reina untuk kembali memikirkan dan jangan buru-buru menolak."Kita sama-sama tahu Keluarga Andara sudah bangkrut. Kamu 'kan sudah bercerai, pasti nggak gampang punya penghasilan tetap."Reina berdiri di balkon kamar Maxime, melihat pemandangan di luar sambil memikirkan perkataan Joanna.Apa seorang janda, apa seorang wanita tidak bisa menghidupi dirinya sendiri?Suatu hari nanti, Reina akan membuktikan pada Joanna bahwa dia tidak perlu bergantung pada orang lain.Reina menjernihkan pikirannya, lalu meletakkan gelasnya dan melakukan panggilan video ke Alana."Kenapa Na?" jawab Alana sambil makan buah."Alana, aku mau ngomong sama Riko.""Oke, tunggu sebentar."Alana mengarahkan kamera ponselnya ke arah Riko. Anak laki-laki itu berpakaian rapi dan sedang duduk tegak di depan meja."Mama.""Ya." Reina tersenyum penuh arti.Reina sedang berpikir bagaimana cara bertanya pada Riko tentang Joanna bisa mengenalnya, tak disangka Riko seolah bisa membaca piki
Kalau bukan karena ada Tommy di sini, Maxime masih bisa berkata lebih pedas dari ini.Ketika Rendy dan istrinya keluar dari kamar Kakek, wajah mereka terlihat memerah karena malu.Rendy merasa sangat terhina dan kehilangan martabatnya, "Kurang ajar si Maxime, memang dipikir dia siapa? Berani banget mengajariku? Aku itu lebih tua dari dia!"Melisha berdiri di samping Rendy sambil menggandeng Tommy, dia juga terlihat sangat geram."Dia benar-benar nggak menghargai kita, bisa-bisanya menghina kita di depan Tommy dan Kakek."Melisha melirik ke tempat tinggal Maxime dan menyeringai, "Sepertinya dia belum tahu ya sedang berhadapan sama siapa."Rendy menoleh kaget, "Apa maksudmu?"Melisha mendengus dingin, "Kamu nggak tahu? Gosipnya Maxime membawa pulang si tuli itu.""Terus kenapa?" Begitu teringat akan sosok Reina, Rendy jadi iba. Reina itu cantik, sayangnya dia agak tuli dan butuh alat bantu dengar."Sayang, tenang aja. Aku pastikan si Maxime menyesal sudah menghina kita hari ini." Melisha
Reina tidak menyangka seorang Maxime, yang dikenal di luar sebagai CEO berhati dingin ternyata punya sisi yang begitu tidak tahu malu.Selama ini Reina pikir bahwa Maxime sangat cuek.Maxime menatap Reina dan membatin alangkah indahnya kalau dia bisa terus bersama Reina selamanya.Reina baru terlelap saat pagi menjelang.Keluarga Sunandar tetap merayakan Festival Kue Bulan dengan meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.Banyak kerabat Keluarga Sunandar datang untuk merayakan bersama.Namun tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, festival kali ini Reina kembali bersama Maxime.Mereka yang sudah tahu kabar ini diam-diam sudah menggunjingkannya.Mereka sedang bergosip apa yang akan Reina lakukan tahun ini untuk mempermalukan dirinya sendiri dan berusaha menyenangkan orang lain."Aku sungguh nggak ngerti pikiran Maxime. Untuk apa sih mempertahankan wanita seperti itu? Sudah pergi ya pergi aja.""Mungkin bukan Maxime yang cari, tapi dia balik sendiri."Semua orang saling bergosip.Suasana di ha
"Lama nggak ketemu. Wah, sekarang kamu beda banget," sapa Melisha sambil mengulurkan tangannya.Reina tidak menyambut jabatan tangan Melisha dan hanya tersenyum sopan, "Kamu sendiri nggak banyak berubah."Melisha tersenyum kaku sembari menarik tangannya kembali."Kamu mau keluar dan ngobrol denganku sebentar nggak?"Melisha sudah lebih dulu jadi menantu Keluarga Sunandar.Waktu Reina bertunangan dengan Maxime, dia sering datang mengobrol dengan Reina seperti seorang kakak yang akrab.Sifat asli Melisha baru terlihat setelah Reina menikah. Waktu itu ayah Reina meninggal dan Keluarga Andara perlahan-lahan mengalami kemunduran.Harus diakui bahwa beberapa orang memang punya bakat akting alami.Mereka berbasa-basi sebentar, lalu Melisha berkata dengan lembut, "Tahu nggak, lima tahun yang lalu waktu dengar kamu meninggal, aku sampai nggak bisa tidur tiap malam. Waktu itu aku lagi hamil Tommy, hampir aja keguguran."Dunia orang dewasa adalah tentang memahami segala sesuatunya tanpa perlu ber
Reina mengarahkan pandangannya ke halaman yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sambil memikirkan kata-kata Melisha. Sambil melamun, Reina melangkah masuk ke sana.Halaman itu bersih dan rapi, di sampingnya ada pohon Osmanthus dengan wangi yang khas. Reina tidak merasa asing dengan tempat ini, dia yakin dulu pernah ke sini, hanya saja dia lupa karena sudah terlalu lama.Waktu masih kecil, Reina pernah datang ke rumah Keluarga Sunandar bersama ayahnya.Reina berdiri di bawah pohon Osmanthus yang harum dan menatap sebuah rumah kayu yang tidak jauh darinya. Reina berjalan menghampiri rumah itu dan membuka pintunya."Ckiiit ...."Pintu terbuka perlahan dan Reina bisa melihat dengan jelas semua yang ada di dalam.Semua perabotan dan barang di ruangan itu ditutupi kain putih, seolah menyembunyikan suatu rahasia.Reina bingung, apa yang sebenarnya Melisha ingin dia lihat?Reina menyingkapkan kain putih itu."Bruk." Sebuah benda jatuh ke lantai.Reina berjalan mendekat, ternyata yang jatuh ad
Ekspresi sedih Reina membuat Maxime panik, Maxime langsung mengajaknya pulang.Sesampainya di rumah.Maxime mengambil sehelai kain dan memakaikannya pada Reina. "Kamu mau tanya apa?""Apa kamu punya saudara kembar?" Reina meremas erat-erat foto di tangannya dan tidak memperlihatkannya pada Maxime.Raut wajah Maxime berubah seketika.Maxime melepaskan tangannya yang memegang lengan Reina dan berkata, "Ya.""Kenapa aku nggak pernah dengar tentang dia? Di mana dia sekarang?" tanya Reina.Maxime menutup bibirnya rapat-rapat, matanya yang tajam terlihat sangat marah, "Kamu datangin aku tiba-tiba di acara makan cuma untuk tanya hal ini?"Reina menatap Maxime lekat-lekat.Maxime mencibir dan perkataan yang terlontar dari bibirnya terasa setajam sayatan pisau."Ini urusan keluargaku, kamu nggak perlu tahu."Urusan keluarga ....Ketika Reina mendengar jawaban Maxime, Reina tahu bahwa Maxime tidak akan memberi informasi apapun padanya.Reina senang karena tidak menunjukkan foto itu padanya dan d
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba