Setelah berkata demikian, Diego menatap Sophia dalam-dalam, "Apa kita masih berteman?"Sejak dulu Diego tidak punya teman sejati, semua kenalannya tidak sudi bicara dengannya saat Diego tidak punya uang.Tapi Sophia berbeda. Dia menerima Diego saat Diego tidak punya uang dan memperlakukannya dengan sangat baik.Baru sekarang Diego mengerti apa itu teman sejati dan dia tidak mau kehilangan Sophia.Sophia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Dia membuang muka dan berkata, "Kita omongin lagi nanti."Dia buru-buru meninggalkan kamar rawat dan menutup pintu.Diego menyunggingkan senyum.Entah kenapa meski sekujur tubuhnya terasa sakit, dia merasa sangat bahagia.Sophia keluar membeli semangkuk bubur dan sup penambah tenaga yang mahal untuk Diego.Diego agak terkejut saat melihat semangkuk besar dan kecil sup dan bubur yang dibawanya."Ini ... mahal ya?"Diego terbiasa berhemat saat tinggal bersama Sophia. Begitu dibelikan barang mahal, Diego sampai sungkan memakannya."Dokter bilang kamu ha
"Kalau gitu, kalian masih berhubungan?" Diego bertanya.Sophia menggeleng, "Sudah nggak, kudengar dia sudah menikah dan punya anak."Sophia tampak sangat santai.Diego melihat ada kekecewaan di mata Sophia dan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman."Setelah tahu kondisi keluargamu, dia setuju buat putus?" tanya Diego.Sophia jadi kesal saat diinterogasi Diego, "Kamu kenapa sih hari ini?""Aku cuma nanya."Diego buru-buru menunduk dan menyeruput habis bubur di mangkuknya.Padahal buburnya gurih, tapi entah kenapa terasa pahit saat dimakan."Buat apa? Dunia orang dewasa 'kan memang seperti ini? Ini bukan serial TV. Semua orang bekerja keras untuk hidup dan nggak ada yang mau disusahkan," jawab Sophia.Diego selalu menunduk, tidak berani menatap Sophia lagi, "Kalau aku, nggak mungkin begitu.""Itu karena kamu hidup enak dulu." Sophia sekarang yakin Diego dulu adalah anak orang kaya.Bagaimanapun, sekali lihat saja Sophia tahu Deron bukan orang sederhana.Deron juga menyuruhnya membuat Di
Diego mau menyusul Sophia, tapi perutnya sakit dan kepalanya pusing.Karena tidak bisa apa-apa, Diego tidak punya pilihan selain berbaring.Dia mau istirahat, tapi begitu matanya terpejam, semua obrolannya dengan Sophia barusan kembali terngiang.Diego tidak menyangka Sophia yang punya temperamen buruk itu bisa punya pacar.Entah mengapa, Diego merasa tidak nyaman.Dia benar-benar tidak bisa tidur, jadi dia membuka matanya dan mengeluarkan ponselnya untuk melihat berita.Dia sangat terkejut.Baru sekarang dia tahu bahwa neneknya pergi mencari Reina dan membuat segala macam keributan yang kini menyebabkan masalah di dua perusahaan pamannya.Kalau dulu, Diego pasti tidak akan peduli. Tapi sekarang dia mengerti, nenek berbuat seperti ini pasti karena uang 160 miliar yang dia ambil.160 miliar!Diego tidak tahu apa dia bisa mengembalikannya.Diego juga masih punya banyak hutang. Kalaupun pendapatannya 400 juta sehari, tetap saja dia tidak mampu melunasinya."Hahh, kenapa dulu aku bodoh ban
Padahal belum lama ini Diego meninggalkan rumah, Nyonya Liz tidak percaya dengan perubahan besar Diego.Kalau dulu, Diego pasti bilang barang Reina adalah miliknya dan Reina harus menjaganya karena dia adalah adik Reina.Sekarang ... Diego kenapa?Nyonya Liz bahkan meragukan apa dia sungguh sedang bicara dengan cucunya."Cucuku sayang, kamu tertipu sama si Reina itu ya? Kamu tahu nggak berapa banyak orang yang memarahi nenek dan pamanmu di internet gara-gara dia? Sekarang perusahaan pamanmu juga dalam masalah."Diego sudah melihat beritanya di internet, "Ya, aku tahu. Tapi ini semua salah Nenek, Nenek nggak bisa memeras Reina."Nyonya Liz sangat terkejut dengan ucapan Diego sampai tidak bisa menjawab.Diego melanjutkan, "Sekarang, Nenek minta maaf sama kakakku. Dia itu baik, asal Nenek minta maaf dengan tulus, dia pasti nggak akan membuat kalian menderita."Diego tahu bahwa kalau Nyonya Liz dibiarkan ngomong sembarangan di internet, bisnis kedua pamannya pasti hancur.Nyonya Liz sangat
Kedua pria itu menunggu sambil mengobrol."Si Reina itu beruntung banget sih? Ternyata dia nona Keluarga Yinandar." Putra bungsu Nyonya Liz berkata, "Kalau tahu dari awal, harusnya kita baik-baikin dia."Putra sulung Nyonya Liz juga mengangguk berulang kali, "Ya, semoga kita belum terlambat."Dia terdiam dan secercah harapan muncul lagi di matanya."Coba putriku bisa bekerja di Grup Yinandar."Umumnya para pekerja di Grup Yinandar berasal dari universitas ternama dalam hal kualifikasi akademik.Putri dari anak sulung Nyonya Liz juga belajar di universitas ternama, bayar pula.Putra bungsu Nyonya Liz juga mengangguk berulang kali, "Ya, bagus banget sih kalau anak kita kerja di sini. Hahh, ini semua salah ibu. Kenapa pula dia menyinggung perasaan Reina? Dia nggak bisa baca situasi ya?"Makin mengobrol, mereka makin mengandai-andai masa depan.Vior yang baru kembali ke kantor setelah berhasil mendapat sebuah kesepakatan bisnis, awalnya ingin memberi tahu Reina kabar bahagia ini. Namun, ke
Di kantor CEO.Resepsionis sudah menelepon Sisil.Sisil tahu Vior telah membawa orang Keluarga Libera dan hendak menghentikannya.Reina pun menghentikannya, "Nggak apa-apa, nggak ada gunanya menghentikannya sekarang.""Oke."Benar saja, tidak lama kemudian, Vior membuka pintu dan masuk dengan senyuman lebar."Kak Nana, kesepakatan bisnisku berhasil lho."Reina berdiri, "Hebat, Vior memang hebat."Saat bicara, mata Reina spontan tertuju pada dua paman yang mengikuti Vior.Kedua putra Nyonya Liz tersenyum saat sadar Reina menatap mereka."Nana, ternyata kamu ada di kantor." Putra tertua Nyonya Liz berkata, "Tadi resepsionis bilang kamu nggak di tempat."Reina mengabaikan mereka berdua dan berkata pada Vior, "Vior, kamu istirahat dulu gih. Kan sudah kerja keras."Vior menggeleng, dia belum sadar ada yang salah di sini."Nggak masalah. Kak, tolong kasih aku lebih banyak proyek dong. Aku yakin kalau makin banyak proyek berhasil, kita akan makin besar."Sisil yang bisa membaca situasi langsu
Kedua pria itu langsung terdiam lagi.Saat Reina masih kecil, mereka bahkan tidak pernah membelikannya permen. Mereka seperti orang asing, jasa membesarkan dari mana?Putra sulung Nyonya Liz tampak sedikit murung, "Kamu jangan ngomong gitu dong, mungkin kami nggak membesarkanmu secara langsung, tapi adik kami 'kan sudah membesarkanmu. Kalau bukan karena dia, kamu akan mati membeku di jalanan. Kamu nggak lupa akan hal ini, 'kan?"Reina sudah tahu mereka akan mengatakan hal itu.Reina duduk dengan tatapan kosong."Aku nggak ada hubungan apa pun sama Keluarga Libera, aku sudah balikin nyawaku ke Treya. Alasan kenapa aku bisa hidup sampai sekarang nggak ada hubungannya sama kalian.""Kalau kamu mau menggunakan masalah ini untuk menindasku, maaf. Aku nggak sebodoh dulu."Reina berujar dengan tegas.Putra sulung Nyonya Liz mau mengatakan sesuatu yang lain, tetapi dihentikan oleh adiknya.Putra bungsu Nyonya Liz jauh lebih pintar. Dia paham sekarang bukan momen yang tepat untuk memaksa Reina.
"Gimana caranya?" Putra sulung Nyonya Liz mengernyit, "Mereka semua sudah kayak anjing gila. Mereka bukan cuma balikin barang yang sudah dibeli, mereka bahkan ngasih penilaian buruk ke barang yang sudah lama banget mereka beli."Putra bungsu Nyonya Liz menghela napas, "Ya sekarang mau gimana lagi? Kita cuma bisa buat pernyataan maaf di depan publik."Sore itu.Kedua orang tersebut mengadakan konferensi pers dan memposting video permintaan maaf di internet."Netizen yang terhormat, maaf sudah membuat kekacauan ini. Kami minta maaf pada semua netizen dan Bu Reina. Ini semua salah kami yang tidak mengontrol ibu kami dengan baik dan membuat kalian semua mempunyai opini buruk padanya ...."Kedua putra Nyonya Liz meminta maaf di depan umum.Begitu mereka meminta maaf, emosi netizen mulai mereda."Yang salah orangtua, yang minta maaf anaknya.""Untung saja anaknya tahu diri.""Kalian polos banget. Menurutku, justru mereka baru keluar minta maaf karena kejadiannya jadi seheboh ini.""Ya, kenap
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba