Kedua pria itu langsung terdiam lagi.Saat Reina masih kecil, mereka bahkan tidak pernah membelikannya permen. Mereka seperti orang asing, jasa membesarkan dari mana?Putra sulung Nyonya Liz tampak sedikit murung, "Kamu jangan ngomong gitu dong, mungkin kami nggak membesarkanmu secara langsung, tapi adik kami 'kan sudah membesarkanmu. Kalau bukan karena dia, kamu akan mati membeku di jalanan. Kamu nggak lupa akan hal ini, 'kan?"Reina sudah tahu mereka akan mengatakan hal itu.Reina duduk dengan tatapan kosong."Aku nggak ada hubungan apa pun sama Keluarga Libera, aku sudah balikin nyawaku ke Treya. Alasan kenapa aku bisa hidup sampai sekarang nggak ada hubungannya sama kalian.""Kalau kamu mau menggunakan masalah ini untuk menindasku, maaf. Aku nggak sebodoh dulu."Reina berujar dengan tegas.Putra sulung Nyonya Liz mau mengatakan sesuatu yang lain, tetapi dihentikan oleh adiknya.Putra bungsu Nyonya Liz jauh lebih pintar. Dia paham sekarang bukan momen yang tepat untuk memaksa Reina.
"Gimana caranya?" Putra sulung Nyonya Liz mengernyit, "Mereka semua sudah kayak anjing gila. Mereka bukan cuma balikin barang yang sudah dibeli, mereka bahkan ngasih penilaian buruk ke barang yang sudah lama banget mereka beli."Putra bungsu Nyonya Liz menghela napas, "Ya sekarang mau gimana lagi? Kita cuma bisa buat pernyataan maaf di depan publik."Sore itu.Kedua orang tersebut mengadakan konferensi pers dan memposting video permintaan maaf di internet."Netizen yang terhormat, maaf sudah membuat kekacauan ini. Kami minta maaf pada semua netizen dan Bu Reina. Ini semua salah kami yang tidak mengontrol ibu kami dengan baik dan membuat kalian semua mempunyai opini buruk padanya ...."Kedua putra Nyonya Liz meminta maaf di depan umum.Begitu mereka meminta maaf, emosi netizen mulai mereda."Yang salah orangtua, yang minta maaf anaknya.""Untung saja anaknya tahu diri.""Kalian polos banget. Menurutku, justru mereka baru keluar minta maaf karena kejadiannya jadi seheboh ini.""Ya, kenap
Tia turun dari mobil dan mengikutinya.Sudah bertahun-tahun dia tidak bertemu Reina, dia hanya melihat wajah Reina dari internet.Wajah Reina tidak banyak berubah, auranya yang banyak berubah.Tia mengikuti Reina ke mal.Reina dan Sisil sedang memilih pakaian untuk diri sendiri dan semua keluarga.Sisil melihat rok yang sangat indah dan langsung memanggil Reina."Bos, menurutmu rok ini gimana? Menurutku bagus sih, cocok untukmu." Sisil melepas rok itu dari gantungan dan menyerahkannya pada Reina.Namun, sebuah tangan tiba-tiba merebut rok itu.Siapa lagi orangnya? Tentu saja Tia.Tia mengambil rok itu dan melihatnya sejenak. Memang bagus.Sisil merasa tidak senang, "Nyonya, aku duluan yang melihat rok ini."Tia pura-pura bingung saat mendengar kata-katanya."Oh, benarkah? Kok aku nggak tahu? Lagian memangnya kenapa? Toh kamu belum bayar.""Kurang ajar banget!" Sisil mengernyit, tapi dia tidak tahu bagaimana menyangkal Tia.Reina yang datang menghampiri langsung mengenali Tia."Tia?" pa
Tia tampak bangga dan berkata pada Reina, "Nana, menurutku gaun itu lebih cocok untukku."Reina masih terlihat tenang.Dia menjawab, "Ya sudah, aku cari yang lain."Reina berpura-pura memilih pakaian lagi dan mencari pakaian termahal di toko itu.Tia yang tidak sadar terus mengikuti Reina dengan bodoh.Begitu Reina diam sebentar di satu titik, Tia akan langsung minta pelayan membungkus semua baju di barisan itu.Di mata Tia, dia bisa membeli toko ini. Jadi pasti baju yang dijual di sini bukan barang mahal.Sisil tidak menyangka wanita ini begitu kompetitif, dia pura-pura kesal dan berkata, "Nona Tia, kenapa kamu ambil semua yang ditaksir bosku?"Tia mengangkat alisnya dan berkata, "Kayaknya kamu salah paham? Aku punya banyak baju, ngapain rebutan sama Nana? Aku beli soalnya menurutku baju ini cocok buatku."Setelah berkata demikian, dia menatap Reina lagi."Benar, 'kan Nana?"Tentu saja, Reina tidak menunjukkan kalau sebenarnya dia tidak peduli. "Yang penting kamu suka."Tia merasa pua
Barulah Tia sadar ada kejanggalan.Dia menatap Reina, lalu bertanya pada pelayan toko, "Tadi kamu panggil dia siapa?"Pelayan toko menjawab, "Ini Bu Reina, pemilik mal kami. Apa Nona Tia mengenalnya?"Sisil hampir saja tertawa lepas, untuk dia masih bisa menahan dan berkata."Bos, aku benar-benar nggak menyangka bakal ketemu pelanggan yang begitu murah hati, padahal cuma mau lihat kondisi mal. Wah, beruntung banget.""Ya, terima kasih pada Nona Tia sudah jadi pelanggan yang dermawan."Setelah itu, Reina berkata pada pelayan toko, "Kamu buatkan kartu VIP buat Nona Tia ya, dia pasti akan senang datang belanja lagi di sini."Tia mematung di tempat.Dia tidak menyangka bahwa pusat perbelanjaan ini milik Reina dan dia sudah tertipu oleh Reina!Dia menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tangannya, "Aku mau balikin semua ini.""Maaf, kami tidak menerima pengembalian kecuali ada masalah kualitas. Semua tertulis di kontrak yang tadi Anda tandatangani."Baru pada saat itulah Tia ingat bahwa b
Tia terpaksa pulang meminta bantuan ayahnya.Namun begitu ayahnya tahu alasannya, Tia langsung dimaki habis-habisan."Bodoh! Masa beli baju sampai 11 miliar?""Ini semua salah Reina. Dia menjebakku, dia pikir aku nggak mampu beli. Dari kecil 'kan aku selalu lebih unggul, aku nggak boleh kalah dari dia.""Masih berani bicara ya kamu? Sekarang, dia itu CEO Grup Yinandar!"Putra sulung Nyonya Liz menghardik putrinya.Tia yang paham situasi pun berbisik, "Terus sekarang kita harus gimana? Ayah, pinjami aku uang 11 miliar dong, kalau nggak keluarga suamiku nggak akan tinggal diam.""Aku nggak punya uang! Kamu 'kan tahu situasiku sekarang? Nggak usah nambahin masalahku!"Putra sulung Nyonya Liz langsung menutup telepon.Ini adalah pertama kalinya Tia menghadapi situasi ini. Dia menelepon ibunya, tapi ibunya juga bilang tidak punya uang.Sekarang dia sadar betapa dirinya tidak berdaya. Tidak seharusnya dia bertindak seperti ini.Suami Tia masuk ke kamar dan saat melihat Tia berdiri diam, dia
Dulu Tia sangat sombong, tapi sekarang dia menyesalinya. Dia bertanya-tanya pada orang tetapi tidak dapat menemukan informasi kontak Reina."Apa aku harus ke rumahnya?"Tia tidak mau kehilangan muka, tapi dia harus pergi karena rumah tangganya yang jadi taruhan.Saat itu sudah larut malam, Tia pergi ke vila Keluarga Andara.Lampu di vila menyala, tetapi ternyata Reina tidak ada di rumah."Si Nana ke mana pula?"Tia kesal, tapi tidak lagi sombong seperti tadi."Setiap malam bos merawat ibunya di rumah sakit," jawab satpam itu dengan ramah."Oh, rumah sakit mana?"Satpam menjawab, "Tentu saja ini adalah rumah sakit terbaik di Kota Simaliki."Tia lalu pergi.Saat ini, di dalam rumah sakit.Kondisi Liane semakin memburuk dari hari ke hari, malam ini tiba-tiba kondisinya kritis, untung saja dokter berhasil menariknya dari jurang kematian.Reina berdiri di samping Maxime, menatap Liane yang masih tidak sadarkan diri.Maxime memegangi lengan Reina, "Jangan khawatir, dokter sudah bilang semua
Tatapan penuh kasih sayang antar Reina dan Maxime membuat Tia memikirkan hubungannya dengan suaminya.Awalnya, mereka juga sangat mesra.Namun seiring berjalannya waktu, hubungan mereka menjadi membosankan. Sekarang setelah terjadi sesuatu pada Keluarga Libera, suaminya bersikap sangat dingin padanya.Tia bertanya-tanya apa segalanya akan berbeda kalau dia bisa menikah dengan pria seperti Maxime.Reina mendatangi Tia."Nona Tia, ngapain kamu di sini?"Karena ada banyak orang dan Tia tidak mau kehilangan muka, dia berkata, "Nana, kita bicara di luar ya."Reina pergi bersamanya.Di luar agak dingin karena gerimis.Tia ragu-ragu sejenak sebelum bicara, "Nana, kamu pemilik mal yang tadi kita datangi, 'kan? Apa kamu bisa membantuku?""Apa?" Reina pura-pura tidak tahu."Pakaian yang kubeli tadi, setelah kucoba ternyata nggak cocok. Apa bisa bantu aku buat balikin baju itu?" Tia memberanikan diri untuk bertanya.Reina berakting, "Wah, nggak bisa dong. Kan kamu juga tahu itu baju mewah, nggak
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba