Menghasut anaknya?Reina merasa Intan sudah keterlaluan. Kapan dia menghasut anaknya untuk menyakiti Tommy?Padahal pelakunya jelas-jelas adalah Melisha, kenapa tuduhan ini malah berbalik padanya?Reina benar-benar tidak tahu bagaimana Melisha menceritakan tentang dirinya pada orang lain.Suara Intan begitu keras sampai para wanita di sekitar menoleh, semuanya membelalak tidak percaya."Menghasut anak sendiri untuk menyakiti orang lain? Keterlaluan.""Bukannya ini putri kandung Liane dari Grup Yinandar yang baru saja ditemukan? Dia juga menantu perempuan dari Keluarga Sunandar.""Ya, itu dia. Dulu dia putri dari Keluarga Andara, tapi ternyata salah. Beruntung banget dia jadi putri Keluarga Yinandar.""Kalau nggak kejam, gimana bisa merebut posisi sebagai menantu Keluarga Sunandar?"Para wanita tidak ingin memperkeruh suasana dan mulai bergosip dengan berbisik.Mereka tahu posisi Reina sekarang, jadi tentu mereka tidak berani menggosipkannya secara terang-terangan.Reina melirik Intan,
"Nggak usah nuduh Riki bisa berkelahi deh. Bahkan dengan kesehatannya waktu itu, dia nggak bisa main sama anak-anak lain."Para ibu yang mendengar ucapan ini pun bersimpati."Ya ampun, kenapa bisa sakit separah itu? Padahal dia masih kecil.""Kayaknya aku pernah lihat siaran langsungnya deh. Waktu dia di rumah sakit, dia patuh banget tuh. Anak kayak dia nggak mungkin mukul orang lain.""Maksudmu ... selebgram bernama Riko?""Iya benar. Belakangan kita baru tahu kalau si Riki dan Riko itu kembar dan dia yang selama ini gantiin Riko siaran langsung. Riki itu anak yang imut sekali."Setelah menjadi selebgram, Riki punya puluhan juta penggemar dan kebanyakan adalah para wanita.Reina tidak menyangka di antara kalangan istri orang kaya ini, ada juga penggemar setia Riki.Dia terus berkata pada Melisha, "Kak, bukannya waktu itu kita sudah menyelidikinya? Waktu itu Tuan Besar Latief masih hidup, apa kamu lupa?"Ekspresi Melisha menjadi semakin jelek.Mau mengaku atau tidak, dia serba salah.K
"Jadi maksudnya, Kak Melisha ngaku kalau sudah cerita bohong sama Nona Intan?" sahut Reina.Melisha melirik Reina dengan penuh kebencian.Reina acuh tak acuh dan pura-pura tidak lihat.Melisha terdiam, sama saja dia mengakui ucapan Reina.Para wanita kaya lain pun paham situasi."Aku sudah pernah ketemu Tommy, dia anak nakal. Barusan aku mau bilang, mana mungkin si Tommy dipukul anak lain? Ternyata benar, dia yang memukul orang lain.""Buah memang nggak jatuh jauh dari pohon. Lihat aja ibunya yang suka bohong, anaknya juga pasti ikutan.""Ya, aku ingat putranya pernah menindas teman sekolahnya. Dia itu berlagak kayak raja, dia selalu pamer katanya mamanya bilang dia akan jadi pewaris tunggal Grup Sunandar."Para ibu pun tertawa terbahak-bahak."Ya ampun, kayak apa sih didik anak? Dia pikir siapa dia kalau dibanding sama keempat putra Maxime?""Ya, gimana bisa Grup Sunandar jadi punya anaknya? Dasar nggak tahu malu."Melisha bisa mendengar semua hinaan ini. Wajahnya terlihat makin jelek
Reina menatap Ines yang berdiri tidak jauh dari sana.Ines melihat sekeliling, mencoba melihat siapa yang punya modal untuk membeli kalung ini.Sisil mengernyit bingung, "Milih siapa?""Orangtua Hanna itu ingin sekali mencarikan suami buat Hanna. Menurutku acara ini mereka selenggarakan untuk cari keluarga menantu yang cocok."Orangtua Hanna bukan orang bodoh, pastinya mereka akan memilih keluarga kaya untuk putri tunggalnya.Sekaya apa pun keluarga menantunya, mereka tidak akan menyerahkan Hanna begitu saja. Maka dari itu, Ines menggunakan kesempatan ini untuk memilih pria baik dengan bibit, bebet dan bobot yang sesuai."Oh begitu.""Aku cuma nebak sih, nanti juga kita tahu," ucap Reina.Sisil mengangguk, "Ya."Di atas panggung, pembawa acara masih terus menjelaskan tentang sejarah dan nilai kalung ini. Barulah setelah itu dia mulai membuka harga.Semua orang di sini adalah orang kaya raya atau bangsawan. Mereka tahu ini saatnya bagi mereka untuk unjuk gigi, menarik perhatian Hanna. M
Diego tahu betul dengan situasinya saat ini, dia tidak berarti apa-apa tanpa Reina.Dia duduk di sebelah Reina dan merasa tidak nyaman saat melihat orang lain menawar.Dia duduk sebentar, lalu kembali ke belakang dan menelepon neneknya untuk meminta uang.Nenek Diego mengernyit bingung saat mendengar cucunya meminta uang lagi."Cucuku sayang, bukannya kemarin Nenek sudah kasih kamu puluhan miliar? Kok sekarang minta lagi?""Nenek, tolong bantu aku pikirkan cara lain dong. Aku butuh banget uang ini. Dengan uang ini, aku bisa menikahi Hanna. Kalau kami sudah menikah, uang akan datang sendirinya bukan?" Diego berujar dengan percaya diri.Nenek Diego sangat menyayangi cucunya."Tunggu, aku mintain yang ke pamanmu.""Oke." Diego langsung setuju.Nenek Diego sangat hebat, dalam waktu beberapa menit saja, Diego berhasil mendapat uang 80 miliar.Saat ini harga kalung yang dilelang sudah mencapai harga 60 miliar.Meski mereka semua orang kaya, mereka tahu nilai 60 miliar sudah melebihi harga ka
Hans menatap Diego dan dia tidak melanjutkan penawaran.Dia bertanya pada Melisha, "Kakak, kamu kenal dia?"Melisha mengernyit, "Dia Diego, adik Reina. Kamu kenal nggak?"Diego ... nama ini agak familier.Hans tidak bisa mengingat Diego dan ragu apa dia harus terus menaikkan harga lelang.Dia kenal Reina dan tahu Reina adalah CEO Grup Yinandar.Lebih baik dia tidak menyinggung perasaan Reina."Mending aku beli yang selanjutnya aja deh, masa kalung kayak gitu 80 miliar."Melisha tahu tidak ada gunanya menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk sebuah kalung, tetapi jika Hans menyerah begitu saja, artinya mereka malah menyodorkan Hanna ke depan hidung Diego?"Hans, kamu nggak bisa menyerah begitu saja. Hanna dan orangtuanya sedang mengawasi."Hans mengernyit, "Kak, kamu 'kan tahu aku nggak tertarik sama Hanna."Meski istrinya biasa saja, Hans tetap tak mau meninggalkannya."Ini bukan masalah kamu suka atau nggak. Hanna dan keluarganya bisa membantumu dalam karir masa depanmu. Dia itu ga
"Nurut aja sama aku, kalau Diego menaikkan harga lagi, kamu nggak usah ikutan. Menurutku Diego nggak punya uang sebanyak itu," ucap Melisha.Dia tahu orang seperti apa Diego, pria pemalas dan tidak bisa apa-apa. Dari dulu juga dia hanya bisa mengandalkan Reina dan Keluarga Sunandar dalam segala hal.Jadi Melisha berpikir, kalau Diego yang tidak punya uang begitu berani, bukankah Reina yang tanggung jawab?Jadi, biar saja Reina yang membayar kalung ini.Namun di sisi lain, Reina sudah berdiri dari kursinya dan menghentikan Diego, "Kamu ngapain sih?"Diego tercengang, "Kakak ngapain di sini?""Menghentikan kamu," jawab Reina.Awalnya dia tidak berencana memedulikan Diego.Tapi setelah dipikir-pikir, semua orang di sini tahu dirinya adalah kakak Diego.Kalau Diego tidak bisa membayar, bukankah nanti ujung-ujungnya dia yang harus membayar?Kalau Reina tidak mau bayar, dia pasti akan dikritik oleh orang-orang kalangan atas dan hal ini akan mempengaruhi koneksinya.Reina datang ke sini hari
Ayah dan ibu Hans bukan orang yang murah hati. Jika mereka tahu putra mereka datang ke pesta lelang amal dan membeli kalung seharga 160 miliar, mereka pasti akan marah besar.Melisha mengepalkan tangannya dan berkata, "Jangan, aku akan cari sisa uangnya.""Oke, terima kasih Kak." Hans tersenyum.Melisha mau menangis, tetapi tidak bisa.Meski Hans bilang hanya meminjam, Melisha tidak yakin Hans akan mengembalikannya.Melisha berdoa supaya pertemuan Hans dan Hanna berjalan lancar dan tidak terjadi masalah. Lebih bagus kalau keduanya sungguh bisa bersama, dengan begitu dia bisa balik modal.Barang lelang pertama terjual dengan harga tinggi, 160 miliar.Sehingga barang-barang selanjutnya tidak berarti apa-apa.Orangtua Hanna awalnya ingin mengambil kesempatan ini untuk melihat kekuatan para pemuda kalangan atas, tetapi sekarang mereka benar-benar menghasilkan banyak uang.Hanya 10% dari produk yang mereka jual akan disumbangkan.Namun nilai dari 10% ini adalah nilai yang fantastis bagi mas
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba