Setelah tidak tidur sepanjang malam, keesokannya ibu Carlos bergegas menghampirinya.Mata ibu Carlos berkaca-kaca, "Carlos, perusahaan kita kenapa? Kenapa semua mitra minta aku bayar semuanya?"Mata panda Carlos begitu terlihat. Dalam semalam, dia terlihat bertambah tua 10 tahun."Bu, tamat sudah riwayat kita."Obrolan Carlos dengan ibunya terdengar oleh Cath yang ikut terbangun.Dia ikut panik.Sebodoh-bodohnya dia, Cath tahu Keluarga Winston kali ini tertimpa bencana. Kalau tidak, mengapa ibu Carlos tiba-tiba datang pagi-pagi sekali sambil menangis tersedu-sedu?Cosco masih tertidur lelap.Ibu Carlos tidak mengerti situasi ini, "Sebenarnya ada apa? Kamu sudah menyinggung seseorang?"Carlos tidak punya pilihan selain memberi tahu ibunya apa yang terjadi.Ibu Carlos menghela napas dan memarahinya, "Kamu sih. Sudah kubilang, jangan cerai, jangan cerai, tapi kamu nggak nurut. Sisca sudah sebaik itu, kenapa kamu malah ngotot sama wanita lain.""Cath itu pecundang. Lihat, baru berapa lama
Carlos pun melirik Cath, "Cepat minta maaf ke Sisca. Kasih tahu dia kalau kita nggak punya hubungan apa-apa."Cath sebenarnya tidak mau, tapi dia tidak punya pilihan lain. Ini semua demi putranya dan juga uangnya ke depannya."Maaf, Nona Sisca, aku benar-benar nggak bermaksud begitu. Sekarang Carlos dan aku sudah nggak punya hubungan apa-apa, jadi kamu mau ya memaafkan Carlos? Cuma kamu yang ada di hatinya."Sisca rasanya ingin menyembur mendengar ucapan Cath.Ya ampun, apa mereka berdua menganggapnya ini orang bodoh?Sisca pun memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini demi balas dendam, "Iya, nggak masalah. Terus, gimana dengan anak itu?"Ekspresi Cath pun berubah, "Itu semua sudah berlalu.""Iya, iya," timpal Carlos. "Kamu juga bukannya sayang pada Cosco, Sisca? Mulai sekarang, kamulah yang jadi ibu kandung Cosco. Aku juga pasti akan mendidik Cosco supaya dia berbakti padamu."Berbakti ....Dulu Sisca juga berpikir begitu, dia berharap kebaikannya membesarkan Cosco akan terbayar d
"Nggak usah dengarkan jalang ini, Sisca!" sela Carlos. "Aku benar-benar menyesal! Aku baru sadar betapa aku sangat mencintaimu.""Cuih! Kemarin bahkan kamu habis menjelek-jelekkan Sisca di hadapanku!" teriak Cath.Mereka berdua pun mulai bertengkar lagi.Sisca tersenyum kecil menyaksikan pertengkaran kedua orang itu, lalu mengeluarkan ponselnya dan merekam mereka. Setelah itu, dia mengirimkannya kepada Nana."Nana, aku punya tontonan bagus nih. Selamat menikmatinya."Reina pun menunjukkan video rekaman perkelahian Carlos dan Cath kepada Liane.Liane langsung tertawa terbahak-bahak, "Rasakan itu!"Sisca yang merasa bosan dengan semua percekcokan ini akhirnya angkat bicara."Sudah, sudah. Kalian nggak perlu saling fitnah lagi. Biar kuperjelas sekarang sama kalian. Aku nggak akan berhenti, apalagi kembali bersamamu, Carlos."Akibat pertengkaran mereka, wajah Carlos habis dicakar oleh Cath. Pipi Cath juga bengkak terkena tamparan Carlos, rambutnya acak-acakan.Mereka refleks memandang Sisc
Ibu Carlos berusaha menenangkan cucunya, lalu bertanya kepada Carlos di ujung telepon sana, "Gimana? Sisca belum memaafkanmu?"Carlos tidak berani memberi tahu ibunya bahwa dia sudah diusir Sisca.Dia akhirnya menghela napas, "Wanita satu itu benar-benar berhati dingin. Dia bertekad melawanku.""Bu, tunggu aku pulang dan jangan biarkan mereka menyentuh barang-barang kita. Aku akan segera sampai rumah.""Oke."Carlos pun menutup telepon.Tidak lama kemudian, satu per satu telepon datang silih berganti.Ada yang menagih utang, ada pula karyawan perusahaan yang berbuat onar, ada pula yang minta mengundurkan diri dan lain sebagainya.Keluarga Winston mendadak berada di ambang kehancuran.Tangan Carlos pun gemetar, dia belum pernah menghadapi krisis seperti ini. Dia mendadak tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya bisa berseru meminta bantuan.Cath sendiri hanya bisa mendengarkan dalam diam. Hatinya mulai gelisah.Apa mungkin Keluarga Winston akan benar-benar bangkrut?Jika itu terjadi, buk
Keesokan paginya, Carlos meminta ibunya untuk mengambilkan perhiasannya.Namun, saat membuka lemari perhiasannya, lemari itu malah kosong."Kok nggak ada!" pekik Ibu Carlos dengan kaget.Carlos juga hanya bisa terdiam dengan kaget. Dia sudah berharap perhiasan ibunya bisa mendatangkan banyak uang untuknya."Apa jangan-jangan Ibu lupa taruh mana?""Nggak mungkin," bantah Ibu Carlos. Dia bergegas mencari perhiasannya di tempat lain, tapi tidak ketemu juga.Carlos dan ibunya mencari selama seharian, tetapi tidak ada satu perhiasan pun yang terlihat.Ibu Carlos akhirnya menyadari sesuatu, jadi dia bertanya, "Mana Cath? Dia belum bangun?""Entahlah," jawab Carlos sambil menggelengkan kepalanya. "Kemarin malam dia suruh aku tidur sendiri karena dia mau tidur bareng anaknya."Ibu Carlos sontak menyadari sesuatu, jadi dia bergegas ke kamar Cath.Cosco sedang tertidur pulas di dalam kamar, tapi sosok Cath sama sekali tidak terlihat."Carlos, Cath kabur!"Carlos ikut menyusul ke kamar Cath. Kepa
Liane menggelengkan kepalanya membantah kata-kata "beruntung" yang Lisia utarakan, "Nggak, dia justru sial sekali. Ibunya nggak peduli dengannya dan ayahnya siapa juga nggak ada yang tahu.""Lalu ...." Lisia ikut menghela napas.Anak yang masih kecil itu harus dirawat sendirian di rumah sakit.Syena hanya ingat keberadaan anak itu saat dia ingin memanfaatkannya.Liane juga mendengar beberapa waktu lalu Syena memanfaatkan penyakit anaknya untuk mendapatkan uang sumbangan.Sisca yang mendengarkan percakapan mereka pun jadi merasa penasaran."Anak siapa sih?"Reina akhirnya menceritakan tentang Talitha secara singkat kepada Sisca."Bukannya itu berarti anak itu anggota Keluarga Sunandar?" tanya Sisca dengan mulut yang menganga kaget."Biarpun Syena jahat banget, nggak mungkin juga Keluarga Sunandar menelantarkan anak-anak mereka, 'kan?"Reina menggelengkan kepalanya, "Katanya itu bukan darah daging Morgan."Reina tidak tahu siapa ayah kandung anak itu, dia juga tidak tahu bahwa ini semua
Di sisi lain, Sisca sudah melihat Talitha di kamar rawat.Kondisi Talitha sudah stabil, jadi dia yang tadinya di ICU sudah pindah ke kamar rawat biasa.Tidak ada seorang pun di sekitarnya kecuali suster.Namun Talitha sangat patuh. Seakan tahu sudah ditinggalkan orangtuanya, Talitha tidak menangis atau rewel. Dia duduk tegak di kasurnya sambil melamun menatap ke luar jendela.Lisia memberi tahu Sisca, "Anak ini sangat kuat. Waktu disuntik dan dioperasi, dia nggak menangis atau rewel sedikit pun."Sisca mengangguk, berjalan ke depan dan memanggil lembut anak itu."Talitha."Tubuh mungil Talitha bergerak sedikit saat mendengar panggilan Sisca.Talitha menoleh dan menatap Sisca.Sisca menatap mata Talitha yang indah dan sontak tertegun.Anak yang baru berumur satu tahun lebih itu matanya tidak bercahaya sedikit pun.Sisca langsung mengambil keputusan.Dia berjalan maju menghampiri Talitha."Talitha, kamu mau nggak jadi putri Tante?" Sisca tidak yakin Talitha bisa mengerti, jadi dia menamb
Liane ikut merasa senang untuk Talitha, "Talitha beruntung kalau kamu mau mengadopsinya."Sebenarnya Liane sudah berpikir kalau Keluarga Sunandar tidak menginginkan Talitha, maka dia sendiri yang akan membesarkannya.Sayangnya, umur Liane juga tidak lama lagi.Sungguh beruntung jika Sisca bersedia mengadopsi Talitha."Aku merasa beruntung bisa mengadopsi dia."Sisca menatap Talitha dan sudah merasa anak ini benar-benar seperti putrinya sendiri.Liane mengangguk, "Ya. Tapi, aku nggak tahu ada kendala apa dalam proses mengadopsinya."Di pihak Syena, begitu dia dijatuhi hukuman penjara maka dia akan kehilangan hak asuhnya.Jadi, tergantung Morgan.Bagaimanapun, Morgan adalah ayah sah Talitha.Sisca juga mengerti, "Aku akan menemui Syena hari ini dan tanya ke dia. Kalau dia sudah setuju, aku akan ketemu Morgan.""Oke."Reina sekarang sudah boleh pulang dari rumah sakit.Dia berkata pada Sisca, "Kalau ada kesulitan, ingat kasih tahu aku ya."Reina rasa tidak akan mudah bagi Sisca untuk meng
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba