"Kamu itu benar-benar nggak tahu malu ya? Sudah ngincar Reina, sekarang malah ngincar istri Ethan? Kamu gila ya? Memang nggak bisa jatuh cinta sama wanita yang masih lajang aja?"Jovan langsung memaki Revin.Karena masih belum benar-benar tersadar, Revin sampai tidak sempat mengelak saat tiba-tiba dipukul.Saat Jovan hendak kembali memukulnya, Revin buru-buru menghindar."Kayaknya kamu salah paham?" Revin bertanya.Jovan mengepalkan tinjunya dan berkata, "Salah paham apanya! Pria kayak kamu ini sangat menjijikkan, kamu pantas dihajar!"Saat dipukuli pertama dan kedua kali sih Revin masih diam, tapi saat Jovan hendak menghajarnya lagi, Revin tidak diam dan langsung menyerang balik.Kemampuan bela diri Revin sangat terlatih sejak kecil, jadi bertarung dengan Jovan sih tidak ada artinya.Jovan langsung tersungkur dan mengerang kesakitan.Revin berjalan selangkah demi selangkah mendekati Jovan.Jovan bukan seorang pengecut, dia bangkit berdiri dan berusaha menyerang Revin, tapi Revin berka
Brigitta tertegun sesaat dan langsung mundur.Meski cukup sigap, tubuh Brigitta tetap kecipratan muntahan Ethan.Brigitta belum pernah sekali pun melayani orang lain. Dia langsung berlari ke toilet, mandi, ganti baju dan berniat kembali ke kamarnya untuk lanjut tidur.Tetapi saat melewati ruang tamu dan melihat penampilan Ethan yang acak-acakan dan kotor, Brigitta tidak tega.Brigitta jadi ingat bertahun-tahun yang lalu saat keduanya baru menikah, waktu itu keluarga Brigitta bangkrut dan binasa, sehingga Brigitta hanya bisa mabuk untuk melupakan kesedihannya.Setiap kali Brigitta selalu mabuk berat seperti Ethan, tapi keesokan harinya dia pasti bangun di kasur dan sudah berpakaian bersih. Ethan juga selalu berjaga di sampingnya.Brigitta pun menghampiri Ethan dan mengganti pakaiannya.Namun menggantikan baju pria tidak semudah yang Brigitta pikirkan.Tubuh Ethan terlalu tinggi dan Ethan tidak kooperatif.Brigitta berjuang cukup lama sebelum akhirnya berhasil melepas jaket Ethan.Brigit
Ethan tidak tahu apa harus berterima kasih atau menertawakannya.Ethan pun berdiri dan terlihat angkuh, "Belain aku buat apa? Kamu salah paham?"Karena semalam mabuk, Ethan tidak ingat sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.Jovan menghela napas dan tidak memberitahunya, dia hanya berkata, "Kemarin aku tanya Revin. Dia sama Brigitta nggak punya hubungan apa-apa. Semalam mereka makan bareng karena Brigitta mau berterima kasih sama dia sudah dibantu kerjaan selama ini. Nggak ada maksud lain."Ethan pun merasa lega.Namun kemudian, dia merasa bingung."Kok kamu tahu? Kok kamu bisa nanya Revin?"Jovan tahu Ethan suka menjaga citra diri. Dia pun tidak menceritakan kelakuan Ethan saat mabuk dan hanya berkata, "Ya cuma nebak aja. Tepat 'kan tebakanku?""Hahhh, yuk makan. Lapar banget nih aku. Minta pembantu bikinin sarapan dong."Setelah itu, Jovan pergi ke toilet.Ethan yang ditinggal seorang diri di toilet pun tersenyum tak berdaya, lalu menatap dirinya sendiri.Jaketnya sudah dilepas,
"Ngawur, mana mungkin aku suka sama wanita kayak dia?" Jovan menyangkal. "Dia itu kekanak-kanakkan, aku nggak akan suka sama dia. Aku cuma takut dia sendirian di tempat asing, nanti malah ditindas orang pula.""Gimana pun juga dia itu istriku, gimana kalau dia sampai ditindas orang lain?"Riko bisa melihat Jovan yang berbohong, tapi dia diam dan tidak mempermalukan Jovan."Oh, kalau gitu Om nggak perlu khawatir. Katanya si Om Ari ikut pergi sama Tante Alana.""Ari?" Jovan memicingkan matanya, "Si aktor itu?""Ya, aktor yang sangat tampan dan sekarang lagi jadi idola," jawab Riko.Suasana hati Jovan tiba-tiba berubah buruk, "Kok mereka pergi bareng? Dari mana Alana bisa kenal dia?""Om Ari itu artis di perusahaan mama. Jadi wajar 'kan kalau Tante Alana kenal? Lagian, kita berdua tahu sifat si Tante Alana, dia paling suka pria ganteng."Kelicikan muncul di mata Riko, "Tante Alana dengar Om Ari pergi ke ibu kota buat syuting video iklan, makanya Tante Alana usul buat pergi duluan.""Om Ar
Melisha masih berpura-pura baik dan membujuk, "Nana jangan khawatir, kami nggak akan mempersulitmu. Kami pasti akan bekerja sama dengan baik dengan Grup Yinandar."Reina langsung berdiri, "Nggak usah bertele-tele, kalau kalian mau mengajukan tuntutan hukum padaku, silakan."Saat hendak pergi, Reina menoleh menatap mereka berdua."Departemen hukum Grup Yinandar akan menghubungi kalian."Setelah itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Reina langsung pergi tanpa menoleh ke belakang.Di ruang rapat, Aarav dan Melisha terlihat sangat kesal.Awalnya mereka pikir kalau mereka menakuti Reina, Reina akan berkompromi, tidak disangka Reina akan begitu tangguh."Ayah, terus sekarang kita harus apa?""Ya kita bisa gimana lagi? Kontrak ini nggak berlaku kok." Aarav mengepalkan tangannya dan menggebrak meja.Dulu dia pikir tanpa ada kehadiran Liane, mereka akan bisa dengan mudah menipu Reina, ternyata semuanya tidak sesederhana itu."Bukannya kita bisa menuntut dia?" tanya Melisha.Aarav memelototiny
Riki tampak bingung dan menarik lengan baju Riko.Riko memberinya tatapan meyakinkan.Mungkin karena kembar, mereka punya hubungan spiritual. Riki membaca sesuatu di mata Riko, lalu menatap Rendy."Om Rendy, aku juga mau."Rendy tidak menyangka segalanya begitu mudah. Dia pun tersenyum lebar."Oke, bawa kedua adikmu sekalian ya.""Nggak usah, adikku masih terlalu kecil untuk makan makanan dingin." Riko langsung menolak.Rendy mengerutkan kening, "Nggak apa-apa, bukannya mereka sudah berumur lebih dari satu tahun?""Masih nggak boleh." Riko berkata dengan wajah serius, "Nanti mama nyalahin kami kalau ngasih mereka makan es krim."Riko tahu Rendy tidak punya niat baik, jadi dia berpura-pura tidak mau pergi, "Kalau kamu ngotot minta adikku ikut, aku minta ijin mama dulu. Kalau mama setuju kita baru boleh bawa mereka.""Ah, nggak usah!" Rendy yang terlalu bersemangat hampir saja membuka kedoknya. Dia langsung menutup mulutnya, "Ya sudah kalian aja yang ikut aku. Mereka memang masih terlalu
Rendy bergegas kembali dengan membawa banyak tisu dan menyerahkannya pada Riko dengan jijik."Nih tisunya, jangan lama-lama ya. Habis itu kita makan es krim.""I ... yaa ...." Riko sepertinya sedang mengejan, lalu berkata, "Oke."Riko mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Rendy tiba-tiba merasa tangannya sudah menyentuh sesuatu.Riko langsung memekik, "Oh Om Rendy, maaf! Aku nggak sengaja! Tanganmu jadi kena kotoranku deh."Meski Rendy bukan orang yang menderita mysophobia yang parah, dia tidak terbiasa dengan hal-hal kotor seperti itu sejak kecil.Dia langsung melompat! Menyingkirkan kotoran itu dari tangannya!"Ah!" Rendy langsung berteriak dengan sangat jijik.Riko menahan tawa.Riki menutup mulutnya."Huhuhuhu Om Rendy marah ya sama aku? Maaf, aku benar-benar nggak sengaja." Riko pura-pura minta maaf.Rendy hampir menangis, tetapi dia tidak bisa kehilangan kesabarannya di depan kedua anak itu."Hei, lain kali hati-hati dong! Cepat bersihkan!"Rendy pergi ke mobil, sepertinya dia i
"Brak!" Terdengar suara keras.Tubuh Rendy jatuh ke dalam got di pinggir jalan.Untung mobil Rendy cukup bagus. Meski menabrak tembok, Riko dan Riki selamat dan tidak terluka sedikit pun.Namun Rendy sangat menderita, samar-samar dia bisa melihat cairan keluar dari selangkangannya."Om Rendy ... nggak apa-apa?" Senyuman licik terlihat di wajah tampan Riko, tapi ucapannya penuh perhatian.Rendy bukan hanya ketakutan, dia juga merasa kakinya yang dulu patah dan sudah sembuh, sekarang patah lagi.Keributan ini menarik perhatian para pelayan dan satpam di vila.Satpam langsung menghampiri dan melihat rupa Rendy yang memalukan.Rendy, seorang tuan muda begitu ketakutan sampai kencing di celana?Ya ampun!Untung saja mereka semua bisa bersikap profesional. Mereka menahan tawa dan berlari menghampiri Rendy, "Tuan Rendy, Anda baik-baik saja?"Rendy mengernyit menahan sakit dan keringat membasahi dahinya. Dia melihat ke para satpam yang datang dan berteriak, "Kalian buta ya! Memang aku kelihata
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim