Belakangan ini Maxime sangat sibuk.Aarav merekrut banyak orang dan mulai menekan Grup IM dengan tuduhan palsu.Maxime menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor, namun seberapa larutnya dia pulang, dia selalu meluangkan waktu untuk menemui Reina dan anak-anaknya.Reina sudah bisa membaur sepenuhnya, dia tidak lagi merasa canggung.Hanya saja kondisinya tidak kunjung membaik. Meski sudah lama pulang, dia tidak bisa mengingat masa lalu dengan jelas, hanya saja terkadang momen masa lalu muncul sekelibat atau hadir dalam bentuk mimpi."Ya sudah, kalau nggak ingat ya nggak usah diingat lagi. Kita lanjutkan hidup kita, nanti 'kan lama-lama bisa ingat sendiri," kata Brigitta.Sisil juga setuju, "Ya Bos, kondisi fisikmu sekarang masih belum pulih, jadi nggak boleh panik."Reina mengangguk.Para wanita sedang sibuk di dapur tanpa kehadiran Gaby hari ini.Dia dan Ekki sedang pergi untuk mempersiapkan pernikahan, Gaby bahkan membagikan fotonya dengan Ekki pada Reina dan yang lainnya."Wah ca
Keduanya mengobrol tentang beberapa masalah penting dan saat Deron hendak pulang, Reina yang teringat akan Sisil pun langsung memanggil Deron lagi."Barusan di dapur, kami cuma ngobrol dan bercanda sama Sisil, dia itu cukup pemalu." Reina takut Deron salah paham.Deron mengangguk, "Ya."Melihat Deron yang begitu tenang, Reina pun bertanya, "Deron, aku mau tanya sesuatu boleh? Sebenarnya kamu suka Sisil nggak?"Di mata Reina, Sisil adalah gadis yang sangat sederhana dan baik hati, jadi dia tidak mau hati Sisil terluka.Deron adalah sosok yang serius dan dingin, jadi entah apa dia benar-benar menyukai Sisil atau tidak.Setelah hening lama, Deron akhirnya menjawab."Aku menganggap Sisil sebagai teman."Teman?Reina menggigit bibirnya, "Maksudmu, kamu nggak suka Sisil? Nggak ada ketertarikan antar pria dan wanita gitu?"Kalau memang begitu, Reina merasa Deron harus memberi tahu Sisil supaya gadis itu tidak berharap.Deron tiba-tiba menunduk, "Dia bukan teman biasa.""..."Reina benar-benar
"Kenapa ngomong gitu? Kamu belum jadi nenek-nenek, cuma lebih tua setahun dari Sisil ini," kata Reina sambil tersenyum.Brigitta menepuk bahu Reina, "Kita sudah jadi ibu."Tiba-tiba, ponsel Brigitta berdering.Dia langsung berjalan mendekat, mengangkat ponselnya dan mengernyit.Brigitta menjawab telepon dengan tidak sabar, "Ngapain kamu telepon aku? Bukannya sudah kubilang nggak usah telepon video?"Yang menelepon sudah pasti Ethan.Ethan merasa sangat tidak berdaya saat mendengar Brigitta yang marah-marah."Gimana aku bisa lihat Erina kalau nggak dengan telepon video?"Begitu mengungkit tentang Erina, Brigitta jadi sedikit lebih lembut."Kemarin 'kan sudah lihat.""Kemarin sudah, hari ini 'kan belum?" Ethan bertanya.Brigitta tersedak. Karena sadar salah, dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung ke kamar sambil membawa ponselnya.Erina sedang bermain dengan pengasuhnya. Ketika melihat wajah Ethan di ponsel Brigitta, dia langsung tersenyum bahagia dan memanggilnya, "Papa ....""H
Reina bisa memahami Brigitta."Setiap hari Ethan 'kan datang ke sini, pasti Erina punya kedekatan emosional, jadi wajar kalau dia mau ditemani papanya.""Iya aku paham, tapi aku nggak tahu sekarang harus bagaimana. Nggak mungkin 'kan selamanya terus begini?" Brigitta menghela napas."Semua akan membaik kalau Erina sudah besar."Reina masih tidak mengerti kenapa Brigitta bersikeras menceraikan Ethan."Oke, aku mandi dulu."Brigitta tahu kondisi kesehatan Reina tidak terlalu baik, jadi dia tidak mau lama-lama mengganggu Reina.Brigitta mandi dan kembali ke kamar.Di kasur kamarnya, Ethan dan Erina sama-sama sudah tertidur.Dia berjalan mendekat dan menyentuh Ethan dengan lembut.Pria itu perlahan membuka matanya, "Ada apa?""Erina sudah tidur, kamu bisa pulang sekarang," kata Brigitta tanpa ampun.Ethan cemberut, "Brigitta, kamu tega banget sih."Brigitta tidak mau kalah, "Kita sudah pisah rumah, aku nggak punya alasan membiarkanmu di sini."Ethan terdiam beberapa saat."Oke, bagus sekal
Kalimat ini membuat Reina terkesiap.Dia menunduk, wajahnya terasa panas seperti baru disiram air mendidih."Tapi 'kan Brigitta sudah lama pisah rumah sama dia, kayaknya nggak mungkin 'itu' deh.""Mereka pernah menjalani kehidupan suami-istri, jangan pikir nggak mungkin." Maxime mulai menanggalkan bajunya.Reina bergidik ketakutan. Bukannya Maxime baru bilang pasangan yang sudah pernah jadi suami-istri bisa ... "Ngapain kamu buka baju?"Maxime meletakkan jaketnya. Karena melihat sepertinya Reina sudah salah paham, dia malah menggodanya lagi."Aku mau mandi, kamu mau ikut?""Nggak, aku sudah mandi." Reina malu setengah mati begitu teringat perkataan Maxime tadi.Setelah Maxime benar-benar pergi mandi, Reina kembali ke kamarnya.Sekarang, Maxime mandi air dingin setiap hari.Setiap hari yang bisa Maxime lakukan hanya sebatas menggoda Reina. Dia harus menahan nafsu dan gairahnya mati-matian, meski begitu dia merasa sangat senang.Di sisi lain.Dalam pertarungan antara Brigitta dan Ethan,
Jovan mengintip ke luar dan detik berikutnya dia mendengar lelaki tua itu mengetuk pintu, "Ayo tidur, ngapain ngintip ke luar?""Kakek nggak tidur?""Orang tua seumurku cuma butuh enam jam aja buat tidur. Mau tidur pas malam kek atau siang kek, tinggal pilih aja." Nah lihat, sakit apanya kalau begini? Sudah pasti pria ini sehat walafiat!Jovan menghela napas.Tuan Besar Jacob melanjutkan, "Sudah nggak usah menghela napas. Sana tidur sama Alana, kalau tidur di lantai, kamu bisa masuk angin lho."Sekarang baik Alana maupun Jovan pun gelisah.Alana angkat bicara, "Kakek! Kalau Kakek terus begini, aku nggak mau ngomong sama Kakek lagi!"Jovan juga berkata, "Ya, mulai sekarang kami nggak mau ngomong sama kamu lagi!"Tuan Besar Jacob benar-benar berani, sudah setua ini saja masih menyiksa pasangan muda.Ketika Tuan Besar Jacob mendengar ini, dia hanya bisa menghela napas dengan sedih."Hahhh, sudah tua begini saja masih dibenci cucuku. Hahhh ..."Dia berjalan pergi perlahan, suaranya semakin
Alana melangkah mundur, "Sudah sudah, lupakan. Ayo bangun."Alana tahu, tidak ada yang bisa mengontrol situasi saat tidur.Jovan mengambil selimut dan menutupi dirinya.Alana mengernyit bingung, "Ngapain kamu bawa-bawa selimut?"Tentu saja, Jovan tidak bisa mengaku kalau sebenarnya dia sudah agak tertarik pada Alana.Jovan langsung kabur, Alana pun tidak jadi bertanya.Alana bangun dari kasur, cuci muka dan gosok gigi.Tuan Besar Jacob dan Riko yang sudah bangun dari tadi, saat ini ada di ruang tamu di lantai bawah.Riko sedang mengobrol santai sambil bermain catur dengan Tuan Besar Jacob. Begitu mendengar gerakan di lantai atas, Tuan Besar Jacob tersenyum gembira."Kayaknya kali ini berhasil!" Tuan Besar Jacob terlihat anak kecil yang senang mendapatkan apa yang dia mau.Riko menghela napas, "Kakek buyut curang lagi. Tadi 'kan posisi bidak itu ada di sini."Tuan Besar Jacob menggaruk kepalanya, "Aduh Riko, kamu ini jeli sekali sih?""Nantinya Alana harus punya cicit sebaik kamu."Riko
Kalau tidak segera memutuskan hubungan, semua bisa kacau balau.Setelah kejadian kemarin, Brigitta bertekad memutuskan hubungan dengan Ethan dan bercerai secepatnya.Reina terkejut, "Dulu aku pernah mengajukan gugatan cerai?"Brigitta baru ingat, Reina yang sekarang lupa banyak hal.Brigitta menghela napas dan saat dia hendak menceritakan apa yang terjadi saat itu, dia merasakan hawa dingin di punggungnya.Brigitta menoleh ke belakang dan melihat Maxime yang datang entah sejak kapan dan menatapnya dengan dingin."Brigitta, sudah jam 8 lewat nih. Kamu masih nggak sarapan?" desak Maxime.Brigitta pun mengurungkan niatnya bercerita pada Reina."Oh, aku pergi sekarang."Brigitta langsung pergi.Reina masih memikirkan ucapan Brigitta.Ketika Maxime mendatanginya, dia langsung bertanya, "Apa dulu aku pernah mengajukan gugatan cerai ke kamu?"Maxime terdiam beberapa saat dan menjawab jujur."Ya, dulu kita ada salah paham," jawab Maxime."Terus kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Reina terlihat
"Tuan, Keluarga Tuan Daniel datang," kata pelayan itu.Mendengar kata-kata itu, keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.Kekesalan di bawah mata Aarav makin tidak bisa disembunyikan. "Sial! Mau apa mereka ke sini?"Rendy menyela, "Apa lagi, mereka pasti datang karena mau lihat masalah di keluarga kita."Aarav menatapnya dengan tatapan kosong.Kemudian, dia hendak meminta pembantu untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa dia tidak ada di rumah.Tidak disangka Daniel dan yang lainnya datang tanpa dipersilakan masuk.Aarav tidak pernah sebenci ini kepada Daniel.Hal pertama yang Reina lihat setelah masuk adalah Melisha, yang diikat dan berlutut, serta pria simpanannya.Keduanya memiliki memar di tubuh mereka, terlihat jelas bahwa mereka habis dipukuli.Reina kemudian melihat Aarav duduk di ujung meja, di sebelahnya ada Rendy yang ditahan oleh beberapa pengawal."Daniel, kenapa kalian datang ke mari selarut ini? Aku bikin kalian melihat lelucon keluarga kami." Setelah itu, Aarav melir
Daniel mengerutkan kening. "Itu masalah keluarga mereka, ngapain kalian mau ke sana?"Joanna membalas dengan acuh."Bukannya kamu dan kakakmu itu keluarga? Sekarang, sesuatu terjadi di keluarganya, kenapa kamu malah bilang keluarga mereka?"Ketika Daniel mendengar ini, dia tersedak lagi dan benar-benar tidak bisa berkata-kata.Reina merasa sedikit tidak enak hati.Untungnya, Maxime menimpali, "Pergilah kalau kamu mau melihatnya. Kami juga prihatin sama keluarga Om Aarav."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Jangan sampai Om Aarav bertindak impulsif karena marah."Melisha dan Klinton sudah ditangkap, entah apa yang akan dilakukan Aarav dan Rendy kepada mereka.Mendengar ini, Daniel mengangguk dan mengerti maksud perkataan Maxime."Kamu benar, kita harus pergi ke sana."Dia juga mengkhawatirkan kakaknya....Sisi lain.Rumah Aarav.Baik Melisha dan Klinton berada dalam kondisi yang menyedihkan, berlutut di lantai.Mereka habis dipukuli dan tubuh mereka penuh dengan luka.Aarav duduk
"Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem
Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d
Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka
Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia
Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe
Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang
Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru