Ketika Jess dan Morgan menuju ke perusahaan hari ini, mereka lewat tempat ini dan Morgan berkata dia mau keluar melihat-lihat.Jess menunggu Morgan kembali di luar gerbang universitas.Kebetulan, dia melihat pemandangan ini.Jess sadar Reina kehabisan napas, "Tuan Morgan, lepaskan Nona Reina, sepertinya dia nggak bisa bernapas."Morgan tersadar oleh suara Jess.Dia langsung melepaskan Reina dan melihat wajah Reina sudah pucat pasi, jelas kesulitan bernapas."Nana!" Morgan terlihat sangat cemas.Reina terengah-engah dan tidak punya waktu untuk menjelaskan.Jess menghampiri Reina."Nona Reina, bernapaslah pelan-pelan."Reina mengangguk.Setelah sekian lama, akhirnya keadaannya membaik.Rasa bersalah melintas di mata Morgan. Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh Reina, "Kamu nggak apa-apa?"Reina langsung mundur beberapa langkah untuk menghindarinya."Aku hampir mati."Reina ketakutan, dia merasa jika Morgan berada di dekatnya, dia akan benar-benar mati.Tangan Morgan yang terangkat me
Morgan duduk di samping Jess, meski tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka, samar-samar Morgan tahu Jess sedang bicara dengan pria lain."Jess, kamu punya pacar?" tanya Morgan dengan agak kaget.Jess terkejut dan tertegun sejenak, "Hmm ... entahlah. Kami masih dalam tahap mengenal satu sama lain."Morgan mengangguk, "Baguslah, kalau kamu nggak yakin, kasih tahu aku saja siapa orangnya, biar aku bantu nilai."Jess tidak menyangka Morgan akan mengucapkan kata-kata seperti itu dengan mudah tanpa ada rasa cemburu sama sekali.Hal ini membuatnya lebih yakin bahwa Tuan Morgan tidak punya perasaan sama sekali padanya.Jess tersenyum pahit, tapi tidak seperti biasanya, dia menolak Morgan."Nggak perlu, Tuan Morgan.""Kenapa?" Morgan bertanya.Jess juga tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, namun dia merasa kesal tanpa alasan sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya, "Ini urusan pribadiku."Morgan tercekat.Jess menambahkan, "Tuan Morgan, kamu melarangku mencampuri urusan pribadimu,
Morgan duduk di dalam mobil, mengamati Jess yang berkencan dengan seorang pria.Morgan memotret pria pasangan Jess dan menyelidiki identitasnya.Tak lama kemudian, bawahan Morgan melapor."Tuan Morgan, pria itu bernama Erik, dia sahabat Revin."Erik?Pantas saja Morgan merasa pria itu tidak asing di matanya.Morgan tahu latar belakang keluarga Jess, dia berasal dari keluarga biasa. Morgan tidak menyangka Jess bisa berhubungan dengan orang seperti Erik.Morgan memicingkan matanya dan seketika hendak bertanya pada Jess apa Jess mengetahui identitas Erik.Morgan mengawasi mereka cukup lama dan baru pergi setelah melihat Jess hendak keluar restoran.Awalnya Jess mau bayar, tapi ternyata Erik sudah membayarnya lebih dulu.Jess jadi sungkan, "Berapa? Aku transfer nanti."Dengan gaji Jess sebagai asisten, meski mampu membayar namun harga sekali makan di restoran seperti ini sama dengan gajinya sebulan.Erik tidak menyangka Jess begitu royal."Nggak perlu, lain kali aja baru kamu traktir aku.
Ari ingin sekali mengusir Revin, jadi dia langsung merebut balik partitur lagunya."Sejak kapan Pak Revin bisa nulis lagu?"Revin spontan tersenyum, "Aku nggak bisa nulis, tapi bukan berarti aku nggak bisa menilai lagu?"Revin melirik partitur Ari dan berkata, "Menurutku ini masih mentah banget, mendingan kamu jangan buang waktu Nana."Setelah berkata demikian, dia berkata pada Reina, "Nana, Brigitta dan yang lain sebentar lagi pulang. Kamu samperin mereka gih."Reina merasa lega dan menatap Revin dengan penuh rasa terima kasih, lalu langsung meninggalkan tempat itu.Reina tidak bisa menahan antusiasme Ari karena pemuda ini menunjukkan partitur sambil memamerkan perutnya yang berotot.Reina sangat penasaran bagaimana ceritanya dia bisa bertemu dengan pria muda yang begitu ceria.Setelah Reina pergi, Ari langsung menarik senyuman di wajahnya.Dia menatap Revin dengan jijik, "Kenapa? Kamu nggak berani ngerebut dari Maxime, sekarang juga nggak ngizinin aku merebutnya?"Revin yang dulu pas
Dengan kehadiran Ethan di vila, suasana pun makin meriah.Ethan terus menyombongkan putrinya di depan Maxime. Hari ini Jovan juga datang, dia hanya bisa terdiam melihat kedua sahabatnya yang sudah punya anak. Yang satu punya empat putra dan yang satu lagi punya seorang putri.Jovan tiba-tiba menyadari ucapan kakeknya, bagaimana rasanya sendirian.Matanya pun tertuju pada Alana yang sedang bermain dengan para bocah, sebuah pemikiran aneh pun muncul di dalam hatinya.Namun, Jovan buru-buru menggeleng dan berkata pada dirinya sendiri, "Nggak, nggak ... enakan nggak punya anak."Maxime tidak mendengar dengan jelas apa yang Jovan gumamkan, dia malah menyerahkan sesuatu pada Jovan."Periksa apa ini."Maxime memberikan sejenis obat pada Jovan.Ekspresi Jovan langsung menjadi serius, "Kak Reina pernah mengonsumsi ini?"Maxime mengangguk."Oke, aku akan memeriksanya."Maxime mendapat daftar obat dari suruhannya yang diminta membuntuti Reina.Jovan memfoto dokumen itu, lalu mengirimkannya ke baw
Maxime pusing saat mendengar ini.Adik laki-lakinya ini benar-benar membuatnya gelisah.Maxime terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Aku tahu, kita awasi dia.""Oke."Setelah Ethan dan Maxime selesai membicarakan bisnisnya, mereka mulai membicarakan urusan rumah tangga.Situasi Ethan saat ini bahkan lebih buruk daripada situasi Maxime. Brigitta memaksa bercerai darinya dan membawa Erina pergi."Kak Max, aku benar-benar nggak ngerti deh. Apa aku nggak memperlakukannya dengan baik? Kenapa dia ngotot banget mau cerai sama aku?"Maxime tidak tahu bagaimana menjawabnya."Pokoknya bicara baik-baik, jelaskan semuanya supaya nanti nggak ada penyesalan," ucap Maxime.Maxime bisa berkata seperti ini karena antara dia dan Reina juga sering terjadi kesalahpahaman. Andai mereka langsung membicarakannya baik-baik, mereka tidak perlu bertengkar.Saat ini, di dalam ruang tamu.Reina dan Alana berbaring bersama.Alana merangkul lengan Reina dan berkata, "Ya ampun Nana akhirnya kamu pulang. Kamu tahu
Reina tidak menyangka Ari juga akan datang.Reina tidak mengabaikan kebaikan orang lain, dia melangkah ke arah Ari, namun sebelum langkah kedua, Maxime sudah meraih lengannya.Reina spontan menarik tangannya.Maxime menggenggam tangan Reina lebih erat dan menyatakan kedaulatannya.Reina agak kesal. Dia pun berujar dengan dingin, "Pak Maxime, tolong ...."Belum juga Reina sempat berkata 'jaga sikapmu', Maxime sudah melepaskan tangannya.Reina langsung menjauh dari Maxime.Meski sekarang dia memercayai Maxime, dalam hal perasaan, dia belum bisa menerima Maxime.Tangan Maxime kosong dan dia merasa sangat tertekan.Kenapa dia begitu takut pada Reina sekarang?Reina buru-buru menjauhi Maxime dan mendatangi semua orang.Ari buru-buru menyapanya, "Sini, duduk di sebelahku."Reina tidak berani duduk di sebelahnya.Untungnya, Riko dan Riki peka dan langsung berinisiatif, "Ma, ayo duduk sini, masih lega."Reina minta maaf pada Ari."Maaf, sebaiknya aku duduk bersama mereka."Setelah itu dia lang
Memang ya, kalau bukan kita sendiri yang tertampar, kita tidak akan tahu rasa sakitnya.Ketiga lelaki itu menatap Ari dengan kesal.Ari terbiasa disanjung sebagai bintang, dia sudah terbiasa ditatap sinis oleh para pria."Siapa yang ngundang dia?" Ethan bertanya.Ekki menghela napas, "Gaby bilang dia maksa mau datang, jadi Gaby ngasih alamat tempat ini."Jovan memutar matanya."Jadi kamu yang ngundang serigala masuk rumah? Lain kali, suruh aja istrimu sendiri yang main sama dia, jangan bawa-bawa pasangan kami."Ethan setuju.Ekki terdiam.Ari sengaja datang ke sini untuk bertemu Reina. Dia menyajikan makanan untuk Reina dengan sangat penuh perhatian.Maxime juga mau bersikap baik pada Reina, tapi selalu keduluan Ari.Riki menghela napas, "Pa, kamu nggak bisa bikin mama senang kalau gini."Maxime tentu saja mengerti."Terus kamu punya ide apa?"Riki berpikir sejenak, "Biasanya wanita itu suka bunga, terus hadiah kayak perhiasan dan pakaian. Papa harus siapin yang banyak."Sebenarnya Ked
Mendengar perkataan mereka, Aarav marah bukan main.Dia dengan susah payah mendapatkan informasi bahwa pemerintah akan mengambil alih tanah itu. Setelah itu terjadi, harganya tidak akan terhitung.Jika dia menyerahkannya begitu saja, bukankah ini akan menguntungkan Maxime?Dia tidak boleh melakukannya."Joanna, Max, begini saja, aku benar-benar ingin berbakti kepada nenek moyangku. Aku bisa menambahkan sejumlah uang dari harga aslinya, bagaimana?"Maxime menatapnya. "Mana boleh. Om itu keluargaku, mana mungkin aku ngambil uang dari Om?""Ngapain bilang begitu. Lebih baik perjelas saja semuanya. Begini saja, bagaimana kalau aku tambah dua puluh miliar?" kata Aarav.Maxime menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sudut mulut Aarav sedikit tertarik, dia segera mengubah kata-katanya, "Aku cuma bercanda, seratus miliar?"Seratus miliar?"Maxime mendapatkan ini hanya dengan menelepon dan bicara singkat.Dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya dengan pelan ke meja.Aarav sedikit terganggu, ingin
"Nggak usah terburu-buru mau memperluas makam keluarga. Kita harus minta orang buat periksa tempat itu, biar lebih aman," kata Aarav.Maxime melanjutkan perkataannya, "Dari apa yang Om katakan, Om kenal sama orang ahli?"Aarav mengangguk. "Ya, aku kenal satu orang. Dia yang mengurus pemakaman Ayah dulu."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Max, kalau kamu percaya padaku, bagaimana kalau kamu serahkan semua ini padaku?"Maxime menunjukkan ekspresi kesulitan.Dia sangat mengenal om-nya satu ini.Joanna juga merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika melihat putranya tiba-tiba berbicara baik-baik dengan Aarav.Dia menyela, "Kak, anakku beli tanah itu dengan harga mahal, tapi kamu bilang ingin mengurusnya. Rasanya kurang etis."Aarav meringis."Joanna benar. Begini saja, aku akan kasih setengah dari harga itu, Max kasih surat-surat tanahnya kepadaku. Aku akan atur pekerja buat ngurus konstruksinya. Masalah biaya pembangunan serahkan padaku."Maxime mendengus dingin dalam hati.Dia ingi
Maxime sudah meminta, bagaimana mungkin Obin tidak setuju?"Kalau Pak Maxime memang menginginkannya, aku bisa kasih secara gratis." Obin berkata sambil tersenyum, sangat murah hati."Nggak perlu. Aku bakal beli dengan harga sepuluh kali lipat lebih tinggi dari harga pasar," kata Maxime.Obin terkejut saat mendengar ini."Sepuluh kali lipat?""Ya.""Nanti Pak Maxime rugi besar. Nggak ada yang bagus dari sebidang tanah itu," kata Obin."Jangan khawatir, aku nggak akan rugi, Pak Obin juga nggak akan rugi," kata Maxime.Obin tidak ragu-ragu lagi setelah Maxime mengatakan itu. "Baiklah, aku akan lakukan seperti apa yang kamu katakan."Maxime menutup telepon dan meminta bawahannya mengurus kontrak dan yang lainnya.Setelah bekerja hari itu.Maxime membawa Reina dan yang lainnya kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel sangat gembira saat mendengar bahwa Maxime mendapatkan sebidang tanah itu.Joanna yang menyaksikan ini merasa sangat aneh. Jelas-jelas dia sudah memberitahu Max, kenapa Ma
Di ujung telepon, Obin menghela napas dan melanjutkan, "Kamu juga tahu sendiri, om mu bukan orang yang mau rugi, tapi dia mau beli tanah itu dengan harga mahal. Aku merasa ada yang janggal dengan hal ini."Obin tahu bahwa Maxime dan Aarav tidak memiliki hubungan yang baik, jadi dia mengatakannya dengan gamblang."Ya, lalu?""Aku mengabaikannya dan nggak ingin mengabulkan keinginannya." Obin sedikit kesulitan. "Hari ini ayahmu juga mendatangiku. Aku nggak tahu harus bagaimana, jadi menolak kedatangannya di depan perusahaan."Obin berbicara dengan sopan kepada Maxime.Namun, Maxime tahu bahwa ayahnya memiliki sedikit konflik kecil dengan Obin sebelumnya. Itulah sebabnya Obin tidak bersedia menemuinya."Pak Obin, terserah apakah kamu akan menjual tanah itu atau nggak. Nggak perlu mempertimbangkan banyak hal, jual saja kalau memang mau.""Tapi ....""Jangan pedulikan soal ayahku.""Ya, baiklah." Obin akhirnya merasa lega.Dia sempat khawatir Daniel akan mengadu kepada Maxime.Maxime meliha
Aarav memasang sikap sangat murah hati.Daniel menggelengkan kepalanya. "Kak, kenapa bilang begitu. Dalam surat wasiat, Ayah bilang mau kasih properti itu buat kamu, jadi aku nggak mungkin berebut denganmu buat dapat properti itu."Aarav menggenggam cangkir di tangannya dan menghela napas dengan kepala tertunduk."Intinya aku sudah bikin Ayah kecewa. Ayah kasih semua hartanya kepadaku karena khawatir dengan masa depanku. Ayah takut aku nggak bisa dapat uang dan hidup susah."Dia menatap Daniel dengan mata berkaca-kaca."Daniel, Max sangat kompetitif dan punya perusahaan besar. Sayang sekali putraku nggak berguna. Dia tiap hari cuma di rumah dan nggak melakukan apa pun. Dia cuma bisa senang-senang. Aku nggak tahu kalau tua nanti bakal hidup seperti apa."Mendengar Aarav mengatakan ini, mata Daniel dipenuhi dengan rasa sakit."Kak, jangan bilang begitu, jangan mikir aneh-aneh. Kita ini keluarga, mana mungkin aku diam saja saat melihat keluarga kalian terpuruk?"Aarav mengangguk kuat-kuat
Reina menutup telepon dan memberitahu ayah mertuanya, Daniel, tentang penyebab kejadian itu.Namun, Daniel tidak setuju dengan tindakan Riko."Meskipun Tommy melakukan sesuatu yang salah, tapi dia mengincar orang lain, bukan Riko. Kalau hal semacam ini terjadi lagi, minta Riko melihat saja, nggak usah ikut campur."Apa yang dia katakan benar-benar memancing kemarahan Reina.Reina balik bertanya pada Daniel, "Ayah, apa Ayah ingin Riko tumbuh besar dan menutup mata saat melihat orang lain berbuat jahat?"Daniel tercekat.Reina melanjutkan, "Menurutku Riko nggak melakukan sesuatu yang salah, cuma kali ini caranya saja yang kurang tepat. Dia harusnya nggak nendang Tommy begitu saja. Aku sudah memberitahunya."Setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu Daniel menjawab dan menutup telepon lagi dengan alasan dia harus bekerja.Daniel berdiri di ambang pintu dengan suasana hati yang murung.Bagaimana bisa hari ini ada dua orang yang tidak mendengarkannya dan malah berdebat dengannya?"Nggak be
Benar saja, setelah Aarav menutup telepon, Daniel mulai menanyai Joanna."Kakak bilang katanya cucu-cucu kita berkelahi? Apa yang terjadi?""Berkelahi?" Jantung Joanna berdegup kencang. "Riko sama Riki terluka nggak?""Kedua cucumu baik-baik saja, yang terluka cuma Tommy. Kudengar, itu karena Riki sama Riko menolong murid lain dan malah ganggu Tommy." Daniel mengerutkan kening. "Kamu harus bicara baik-baik sama anak-anak. Bagaimanapun, mereka itu saudara, kenapa malah menggertak saudara sendiri demi bantu orang lain?"Joanna sangat marah ketika mendengar perkataan Daniel.Namun, dia memaksa dirinya untuk tidak marah.Dia mencibir, "Riko sama Riki itu anak yang paling pengertian dan berperilaku baik, jadi kenapa dia bisa ganggu Tommy hanya demi membela orang luar? Harusnya kamu tanya ini sama Aarav.""Tommy itu tumbuh sama Ayah dan dimanja sama orang tuanya. Dia sombong dan mendominasi, nggak aneh kalau dia dipukuli.""Untungnya Riko sama Riki baik-baik saja. Katakan sama kakakmu, kalau
Ketika Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri dan langsung mencibir, "Pak Obin bukannya nggak kenal sama kamu, tapi dia nggak mau menggubrismu."Joanna meregangkan punggungnya."Kamu ingat saat kamu pergi ke luar negeri dan bersenang-senang di sana? Pak Obin butuh bantuan, tapi dia nggak bisa menghubungiku, jadi dia menemuimu. Tapi, kamu bahkan nggak mau dengar apa yang mau dia katakan."Ini sudah lama sekali, Daniel tentu saja melupakannya."Apa ada hal seperti itu?" Daniel sedikit canggung.Joanna memutar matanya ke arahnya. "Ingatanmu itu hebat sekali, selalu melupakan apa pun yang nggak menguntungkanmu."Daniel dipermalukan olehnya, tetapi dia tidak merasa harga dirinya hancur seperti sebelumnya.Dia juga tahu bahwa sekarang dia tengah memohon bantuan."Itu salahku. Kamu bisa minta Pak Obin menemuiku nggak? Sekalian biar aku minta maaf sama dia," kata Daniel.Joanna bingung saat melihat Daniel seperti ini. "Daniel, kamu mau apa sebenarnya? Kenapa hari ini kamu hormat beg
Melisha sangat marah ketika mengetahui bahwa putranya benar-benar diganggu. Dia mengambil tisu dan menghapus noda air mata di wajah Tommy. "Nggak usah nangis, kamu mau jadi apa nangis begitu."Tommy segera menutup mulutnya ketika mendengar ibunya memarahinya."Berani sekali mereka ganggu kamu. Aku akan membuat mereka menerima akibatnya."Melisha diam-diam memutuskan untuk memberi pelajaran kepada anak-anak Reina.Setelah Tuan Besar Latief meninggal, keluarga dari pihak Aarav sering diremehkan. Saudara dan kerabat lebih berpihak ke keluarga Daniel.Itu bukan karena Maxime telah mencuri Grup Sunandar dari mereka!Sekarang, Maxime bahkan menggabungkan Grup Sunandar ke dalam IM Group yang dia dirikan.Siapa yang bisa menjamin kalau Maxime tidak melakukan trik untuk menutup kekurangan IM Grup dengan menggunakan dana dari Grup Sunandar?Melisha makin kesal saat mendengarnya."Hmm." Tommy mengangguk berkali-kali.Sekembalinya ke rumah, Melisha mencari Aarav.Di dalam ruang kerja.Aarav sedang