Mata Liane nanar, dia tidak percaya mendengar ucapan Syena."Kamu ngomong apa? Talitha itu putri kandungmu!"Tiap orang berbeda. Liane mencari putri kandungnya selama lebih dari 20 tahun.Namun putri angkatnya justru mengatakan mau menelantarkan anak kandungnya!Liane sangat terkejut, dia menatap Syena dengan tajam, berharap dia bisa menyadarkannya.Namun, Syena tidak berpikir keputusannya salah, "Itu semua salah para pria berengsek itu!"Liane sangat marah pada Syena, dadanya terasa sangat sesak."Syena, kalau kamu begitu nggak menyukainya, seharusnya sejak awal nggak kamu lahirkan. Kalau kamu lahirkan, kamu harus bertanggung jawab, ngerti?"Syena tetap bergeming, "Sudahlah Bu, jangan bahas ini lagi. Kalau aku benar-benar membesarkannya dan membawanya pulang ke Keluarga Yinandar, nanti aku nggak bisa menikah lagi."Ternyata ini alasannya ....Liane akhirnya mengerti alasan Syena, putri angkatnya ini terlalu egois."Apapun yang terjadi, aku ingatkan jangan buang anakmu atau aku nggak a
Menemui Reina lagi?Syena sangat cemburu!Dia merasa khawatir jika hal ini terus berlanjut, Reina pasti akan menggantikannya di masa depan.Aset Keluarga Yinandar yang begitu besar akan jatuh ke tangan Reina?Syena tidak mau menyerah!Namun, terakhir kali dia bertemu Marshanda, Marshanda juga tidak memberikan ide yang bagus."Gimana nih?"Syena bertanya pada dirinya sendiri.Di kediaman utama Keluarga Andara.Setelah semua orang makan kenyang, mereka istirahat sejenak untuk ngobrol dan menonton TV.Reina yang agak lelah ingin berjalan-jalan keluar."Ma, pelan-pelan jalannya." Riki takut Reina akan jatuh, jadi dia menatap Reina dengan hati-hati.Reina jadi malu karena begitu diperhatikan oleh anak sekecil Riki, "Nggak apa-apa, jangan khawatir."Riki merasa sedikit sedih, meski Reina bicara padanya dengan lembut, Riki bisa merasa Reina menjaga jarak."Mama benar-benar nggak ingat aku? Mama nggak ingat aku sama sekali?" Dia menatap Reina dengan matanya yang besar.Reina membalas tatapan R
Melihat bosnya bertingkah seperti ini, sekretaris itu langsung melangkah maju dan bicara untuk membantu, "Nona Reina, Bu Liane sangat merindukanmu. Apa boleh temui dia?""Dulu Nyonya Liane memang melakukan kesalahan dan itu semua karena dia nggak tahu identitasmu. Sekarang setelah tahu, dia benar-benar menyesal."Riki langsung melindungi Reina dengan berdiri di depan Reina."Kalian semua orang jahat, jangan coba-coba membawa ibuku pergi.""Tuan Riki, kami bukan orang jahat. Nyonya Liane adalah nenek kandungmu. Dia nggak akan menyakitimu dan ibumu." Sekretaris itu menjelaskan dengan sungguh-sungguh.Riki mendengus dingin."Terus siapa yang menyebabkan kakakku hampir mati dan membuat wajah mama seperti ini?" Riki balas bertanya.Sekretaris itu tersedak, "Itu semua salah paham."Dia juga mau menjelaskan, tetapi dihentikan oleh Liane.Riki kembali mengejeknya, "Kalau gitu aku mau tanya, kalau mamaku bukan anaknya apa dia akan mengakui kesalahannya? Kalau mamaku cuma orang biasa, apa dia ak
Reina pikir dengan pindah kamar dia bisa tidur nyenyak, namun ternyata malamnya dia mimpi buruk.Dia bermimpi tentang kematian ayahnya, kematian Lyann dan kematian Treya ....Namun mimpi Reina terasa kabur dan Reina hanya bisa merasa sedih. Waktu terbangun, dia tidak dapat mengingatnya.Reina menghela napas berat, mimpi itu begitu nyata, mungkin saja mimpi itu adalah kenangan dari kejadian yang benar-benar terjadi.Reina mencoba yang terbaik untuk mengingat, tetapi tidak dapat mengingat apa pun, jadi dia bangun dan mandi.Setelah mandi, Reina pergi ke ruang tamu dan melihat orang yang dikenalnya."Kak."Yang memanggilnya adalah adik laki-lakinya, Diego.Entah sejak kapan Diego datang. Setelah melihat Reina, Diego tersenyum lebar.Reina tidak terlalu terkejut melihatnya, karena selama setahun belakangan, dia pernah bertemu dengan Diego."Ya, kok kamu ke sini?" Reina sangat dingin padanya.Karena meski Diego bertemu Reina selama setahun ini, Diego malah membantu Morgan membohonginya.Die
Mungkin karena semalaman mimpi buruk dan membuat Reina tidak bisa tidur nyenyak, kali ini dia tidur dengan sangat nyenyak di dalam mobil.Reina masih tertidur saat mereka sampai di Kabupaten Sariang.Maxime tidak membangunkan Reina dan meminta sopir memarkir mobil.Reina tidur dengan sangat nyenyak. Dia nyaris saja jatuh ke pelukan Maxime.Maxime buru-buru menangkap dan memeluk Reina.Reina terbangun dalam kebingungan, lalu sadar bahwa dia sedang bersandar pada Maxime.Reina pun tersipu malu, "Maaf, aku nggak sengaja."Maxime menggeleng, "Untuk apa minta maaf? Ayo turun, kita sudah sampai."Eh? Secepat ini sudah sampai?Reina menatap ke luar jendela dan melihat sebuah rumah kecil.Di sinilah dirinya dan Lyann tinggal ketika dia masih kecil, ini rumah masa kecil Reina.Banyak kenangan masa kecil pun muncul di benak Reina, "Ini dia."Reina mengikuti Maxime keluar dari mobil, matanya sedikit berbinar saat melihat segala sesuatu yang tidak asing baginya."Bu Lyann, aku pulang."Reina bergu
Waktu berlalu. Hari ini Reina dan Maxime pergi ke banyak tempat dan samar-samar mengingat banyak hal.Sore harinya, keduanya pulang ke rumah.Reina terlihat bersalah, "Yah sudah jam 10 lewat. Kalau kita pulang ke Kota Simaliki sekarang, mungkin besok subuh baru sampai."Maxime malah terlihat santai, "Kenapa nggak nginap aja malam ini? Nyetir malam-malam itu bahaya, lagian kalau kita sampai subuh-subuh, mungkin malah ganggu tidurnya Sisil dan yang lain."Maxime tahu Reina adalah wanita yang begitu mempertimbangkan orang lain dan benar saja, Reina setuju."Ya sudah kalau gitu malam ini kita nginap di sini aja, nggak apa-apa?""Iya dong, nggak masalah." Maxime sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama Reina.Reina hendak tidur pisah kamar dengan Maxime, namun tentu saja Maxime ingin sekamar dengan Reina.Ketika Reina tahu hanya ada satu kamar tidur, dia menyarankan, "Mendingan aku tidur di sofa ruang tamu aja."Tempat ini tidak lebih baik dari kediaman utama Keluarga Andara.Di k
Reina yang kebetulan bertatapan mata dengan Maxime pun tertegun sejenak.Napas Maxime menjadi sesak dan dia perlahan mendekati Reina. Namun saat Maxime hendak menciumnya, Reina langsung membuang muka."Ah ... terima kasih buat semalam."Setelah itu, Reina langsung keluar dari dekapan Maxime.Maxime merasa kecewa mendapati lengannya kosong, tapi dia tidak ingin memaksa Reina. Maxime tidak ingin membuat Reina tidak bahagia.Maxime mengikuti Reina bangun.Tanah di luar terlihat basah karena terguyur hujan semalaman."Dua tahun lalu, pas di waktu seperti ini, kita berdua tinggal di sini," ucap Maxime.Reina mendengarkan ucapan Maxime, tetapi tidak punya kesan apa pun.Pagi itu Reina dan Maxime pergi sarapan di luar, lalu mengunjungi makam Lyann. Setelah itu keduanya kembali ke Kota Simaliki.Di Kota Simaliki, masih turun hujan.Di jalan terlihat banyak orang yang pergi berpasang-pasangan.Reina merenung sambil menatap semua orang di luar sana. Mungkin jika dirinya tidak amnesia, dia akan s
Setelah itu Syena langsung menampar kepala pelayan, menyingkirkan semua orang dengan sombong dan mendobrak pintu, masuk ke dalam rumah.Sekilas, Syena bisa melihat sekilas keluarga Reina dan Maxime bersenang-senang.Syena sangat cemburu, lalu dia menyindir Joanna."Bu, meski aku dan Morgan nggak punya surat nikah, aku tetap menantu Keluarga Sunandar. Kenapa? Sekarang kalian nggak mengakui aku?"Joanna sekarang sangat pusing, kenapa dulu dia tidak bisa melihat bahwa Syena bukanlah orang baik?Namun, Morgan tetap bersalah karena melakukan tindakan bodoh seperti itu."Syena, aku nggak bilang gitu kok. Kamu boleh pulang ke rumah Morgan, tapi untuk sementara, kamu nggak diterima di rumahku."Meski sudah mendengar ucapan Joanna, Syena tetap duduk tanpa malu-malu."Kenapa aku nggak diterima di sini? Kamu takut aku akan membeberkan semua kejahatan yang dilakukan putramu, Morgan?"Joanna bukan orang yang mudah ditindas. Melihat Syena menolak mundur, Joanna pun mencibir, "Memang hal buruk apa ya
Mendengar perkataan mereka, Aarav marah bukan main.Dia dengan susah payah mendapatkan informasi bahwa pemerintah akan mengambil alih tanah itu. Setelah itu terjadi, harganya tidak akan terhitung.Jika dia menyerahkannya begitu saja, bukankah ini akan menguntungkan Maxime?Dia tidak boleh melakukannya."Joanna, Max, begini saja, aku benar-benar ingin berbakti kepada nenek moyangku. Aku bisa menambahkan sejumlah uang dari harga aslinya, bagaimana?"Maxime menatapnya. "Mana boleh. Om itu keluargaku, mana mungkin aku ngambil uang dari Om?""Ngapain bilang begitu. Lebih baik perjelas saja semuanya. Begini saja, bagaimana kalau aku tambah dua puluh miliar?" kata Aarav.Maxime menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sudut mulut Aarav sedikit tertarik, dia segera mengubah kata-katanya, "Aku cuma bercanda, seratus miliar?"Seratus miliar?"Maxime mendapatkan ini hanya dengan menelepon dan bicara singkat.Dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya dengan pelan ke meja.Aarav sedikit terganggu, ingin
"Nggak usah terburu-buru mau memperluas makam keluarga. Kita harus minta orang buat periksa tempat itu, biar lebih aman," kata Aarav.Maxime melanjutkan perkataannya, "Dari apa yang Om katakan, Om kenal sama orang ahli?"Aarav mengangguk. "Ya, aku kenal satu orang. Dia yang mengurus pemakaman Ayah dulu."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Max, kalau kamu percaya padaku, bagaimana kalau kamu serahkan semua ini padaku?"Maxime menunjukkan ekspresi kesulitan.Dia sangat mengenal om-nya satu ini.Joanna juga merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika melihat putranya tiba-tiba berbicara baik-baik dengan Aarav.Dia menyela, "Kak, anakku beli tanah itu dengan harga mahal, tapi kamu bilang ingin mengurusnya. Rasanya kurang etis."Aarav meringis."Joanna benar. Begini saja, aku akan kasih setengah dari harga itu, Max kasih surat-surat tanahnya kepadaku. Aku akan atur pekerja buat ngurus konstruksinya. Masalah biaya pembangunan serahkan padaku."Maxime mendengus dingin dalam hati.Dia ingi
Maxime sudah meminta, bagaimana mungkin Obin tidak setuju?"Kalau Pak Maxime memang menginginkannya, aku bisa kasih secara gratis." Obin berkata sambil tersenyum, sangat murah hati."Nggak perlu. Aku bakal beli dengan harga sepuluh kali lipat lebih tinggi dari harga pasar," kata Maxime.Obin terkejut saat mendengar ini."Sepuluh kali lipat?""Ya.""Nanti Pak Maxime rugi besar. Nggak ada yang bagus dari sebidang tanah itu," kata Obin."Jangan khawatir, aku nggak akan rugi, Pak Obin juga nggak akan rugi," kata Maxime.Obin tidak ragu-ragu lagi setelah Maxime mengatakan itu. "Baiklah, aku akan lakukan seperti apa yang kamu katakan."Maxime menutup telepon dan meminta bawahannya mengurus kontrak dan yang lainnya.Setelah bekerja hari itu.Maxime membawa Reina dan yang lainnya kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel sangat gembira saat mendengar bahwa Maxime mendapatkan sebidang tanah itu.Joanna yang menyaksikan ini merasa sangat aneh. Jelas-jelas dia sudah memberitahu Max, kenapa Ma
Di ujung telepon, Obin menghela napas dan melanjutkan, "Kamu juga tahu sendiri, om mu bukan orang yang mau rugi, tapi dia mau beli tanah itu dengan harga mahal. Aku merasa ada yang janggal dengan hal ini."Obin tahu bahwa Maxime dan Aarav tidak memiliki hubungan yang baik, jadi dia mengatakannya dengan gamblang."Ya, lalu?""Aku mengabaikannya dan nggak ingin mengabulkan keinginannya." Obin sedikit kesulitan. "Hari ini ayahmu juga mendatangiku. Aku nggak tahu harus bagaimana, jadi menolak kedatangannya di depan perusahaan."Obin berbicara dengan sopan kepada Maxime.Namun, Maxime tahu bahwa ayahnya memiliki sedikit konflik kecil dengan Obin sebelumnya. Itulah sebabnya Obin tidak bersedia menemuinya."Pak Obin, terserah apakah kamu akan menjual tanah itu atau nggak. Nggak perlu mempertimbangkan banyak hal, jual saja kalau memang mau.""Tapi ....""Jangan pedulikan soal ayahku.""Ya, baiklah." Obin akhirnya merasa lega.Dia sempat khawatir Daniel akan mengadu kepada Maxime.Maxime meliha
Aarav memasang sikap sangat murah hati.Daniel menggelengkan kepalanya. "Kak, kenapa bilang begitu. Dalam surat wasiat, Ayah bilang mau kasih properti itu buat kamu, jadi aku nggak mungkin berebut denganmu buat dapat properti itu."Aarav menggenggam cangkir di tangannya dan menghela napas dengan kepala tertunduk."Intinya aku sudah bikin Ayah kecewa. Ayah kasih semua hartanya kepadaku karena khawatir dengan masa depanku. Ayah takut aku nggak bisa dapat uang dan hidup susah."Dia menatap Daniel dengan mata berkaca-kaca."Daniel, Max sangat kompetitif dan punya perusahaan besar. Sayang sekali putraku nggak berguna. Dia tiap hari cuma di rumah dan nggak melakukan apa pun. Dia cuma bisa senang-senang. Aku nggak tahu kalau tua nanti bakal hidup seperti apa."Mendengar Aarav mengatakan ini, mata Daniel dipenuhi dengan rasa sakit."Kak, jangan bilang begitu, jangan mikir aneh-aneh. Kita ini keluarga, mana mungkin aku diam saja saat melihat keluarga kalian terpuruk?"Aarav mengangguk kuat-kuat
Reina menutup telepon dan memberitahu ayah mertuanya, Daniel, tentang penyebab kejadian itu.Namun, Daniel tidak setuju dengan tindakan Riko."Meskipun Tommy melakukan sesuatu yang salah, tapi dia mengincar orang lain, bukan Riko. Kalau hal semacam ini terjadi lagi, minta Riko melihat saja, nggak usah ikut campur."Apa yang dia katakan benar-benar memancing kemarahan Reina.Reina balik bertanya pada Daniel, "Ayah, apa Ayah ingin Riko tumbuh besar dan menutup mata saat melihat orang lain berbuat jahat?"Daniel tercekat.Reina melanjutkan, "Menurutku Riko nggak melakukan sesuatu yang salah, cuma kali ini caranya saja yang kurang tepat. Dia harusnya nggak nendang Tommy begitu saja. Aku sudah memberitahunya."Setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu Daniel menjawab dan menutup telepon lagi dengan alasan dia harus bekerja.Daniel berdiri di ambang pintu dengan suasana hati yang murung.Bagaimana bisa hari ini ada dua orang yang tidak mendengarkannya dan malah berdebat dengannya?"Nggak be
Benar saja, setelah Aarav menutup telepon, Daniel mulai menanyai Joanna."Kakak bilang katanya cucu-cucu kita berkelahi? Apa yang terjadi?""Berkelahi?" Jantung Joanna berdegup kencang. "Riko sama Riki terluka nggak?""Kedua cucumu baik-baik saja, yang terluka cuma Tommy. Kudengar, itu karena Riki sama Riko menolong murid lain dan malah ganggu Tommy." Daniel mengerutkan kening. "Kamu harus bicara baik-baik sama anak-anak. Bagaimanapun, mereka itu saudara, kenapa malah menggertak saudara sendiri demi bantu orang lain?"Joanna sangat marah ketika mendengar perkataan Daniel.Namun, dia memaksa dirinya untuk tidak marah.Dia mencibir, "Riko sama Riki itu anak yang paling pengertian dan berperilaku baik, jadi kenapa dia bisa ganggu Tommy hanya demi membela orang luar? Harusnya kamu tanya ini sama Aarav.""Tommy itu tumbuh sama Ayah dan dimanja sama orang tuanya. Dia sombong dan mendominasi, nggak aneh kalau dia dipukuli.""Untungnya Riko sama Riki baik-baik saja. Katakan sama kakakmu, kalau
Ketika Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri dan langsung mencibir, "Pak Obin bukannya nggak kenal sama kamu, tapi dia nggak mau menggubrismu."Joanna meregangkan punggungnya."Kamu ingat saat kamu pergi ke luar negeri dan bersenang-senang di sana? Pak Obin butuh bantuan, tapi dia nggak bisa menghubungiku, jadi dia menemuimu. Tapi, kamu bahkan nggak mau dengar apa yang mau dia katakan."Ini sudah lama sekali, Daniel tentu saja melupakannya."Apa ada hal seperti itu?" Daniel sedikit canggung.Joanna memutar matanya ke arahnya. "Ingatanmu itu hebat sekali, selalu melupakan apa pun yang nggak menguntungkanmu."Daniel dipermalukan olehnya, tetapi dia tidak merasa harga dirinya hancur seperti sebelumnya.Dia juga tahu bahwa sekarang dia tengah memohon bantuan."Itu salahku. Kamu bisa minta Pak Obin menemuiku nggak? Sekalian biar aku minta maaf sama dia," kata Daniel.Joanna bingung saat melihat Daniel seperti ini. "Daniel, kamu mau apa sebenarnya? Kenapa hari ini kamu hormat beg
Melisha sangat marah ketika mengetahui bahwa putranya benar-benar diganggu. Dia mengambil tisu dan menghapus noda air mata di wajah Tommy. "Nggak usah nangis, kamu mau jadi apa nangis begitu."Tommy segera menutup mulutnya ketika mendengar ibunya memarahinya."Berani sekali mereka ganggu kamu. Aku akan membuat mereka menerima akibatnya."Melisha diam-diam memutuskan untuk memberi pelajaran kepada anak-anak Reina.Setelah Tuan Besar Latief meninggal, keluarga dari pihak Aarav sering diremehkan. Saudara dan kerabat lebih berpihak ke keluarga Daniel.Itu bukan karena Maxime telah mencuri Grup Sunandar dari mereka!Sekarang, Maxime bahkan menggabungkan Grup Sunandar ke dalam IM Group yang dia dirikan.Siapa yang bisa menjamin kalau Maxime tidak melakukan trik untuk menutup kekurangan IM Grup dengan menggunakan dana dari Grup Sunandar?Melisha makin kesal saat mendengarnya."Hmm." Tommy mengangguk berkali-kali.Sekembalinya ke rumah, Melisha mencari Aarav.Di dalam ruang kerja.Aarav sedang