Sesuai dengan saran Jovan, Reina perlu dibawa pada hal-hal dan orang-orang dari masa lalu, jadi Maxime menemani Reina di kediaman Keluarga Andara sepanjang hari.Hari ini, Maxime pun banyak belajar tentang masa kecil Reina.Diam-diam, Deron bertanya pada Maxime, "Apa kita perlu panggil semua orang yang dia kenal?""Belum perlu, kita pelan-pelan aja. Aku takut dia nggak bisa menerimanya semua sekaligus."Maxime sudah pernah melihat Reina yang menderita saat sakit kepala hebat, dia tidak ingin melihatnya lagi.Deron mengangguk.Malamnya, mereka makan malam bersama saat Sisil dan para wanita lainnya sudah pulang.Selesai makan, Maxime mengajak Reina pulang ke Vila Magenta, "Ayo pulang, kita main ke sini lagi besok-besok."Reina tidak mau pergi, jadi dia duduk di sofa dan berkata, "Aku boleh tinggal di sini nggak?"Sisil langsung memeluk Reina."Boleh dong Bos, dulu kamu tinggal bareng sama kami di sini."Reina terlihat senang, "Serius? Kalau gitu aku tinggal di sini aja supaya ingatanku c
Ramah?Detik berikutnya, terdengar suara tawa cekikikan.Maxime menoleh ke belakang dan melihat Riki masih terjaga. Anak kecil itu bersembunyi di pojok kamar dan mengawasi dirinya yang sedang mengobrol dengan Reina.Maxime langsung berujar dengan lembut pada Reina, "Tunggu sebentar.""Oke."Reina tidak tahu apa yang hendak Maxime lakukan, namun detik berikutnya dia mendengar jeritan Riki."Ah! Ah! Ah! Kamu bukan papa kandungku! Kenapa mukulin aku! Aduh sakit!"Reina mengernyit bingung, namun sedetik kemudian dia mendengar perubahan nada bicara Riki, "Huhuhuhu, Papaku sayang, barusan aku cuma bercanda aja, Papa yang terbaik deh! Kenapa Papa mukulin anak kecil? Papa, aku tahu papa melakukannya demi kebaikanku. Iya, iya, sekarang aku pergi tidur."Apa yang terjadi? Apa yang membuat seorang anak berubah begitu cepat?Maxime menjadi lebih pendiam setelah keluar dari kamar Riki.Namun tidak lama kemudian, dia mendengar Gaby dan Sisil tertawa dan mengobrol.Maxime menelepon staf di kantor dan
Reina tersipu malu , "Ah jangan, mending aku aja yang tidur di sofa."Di mata Reina saat ini, Maxime hanya sebatas teman.Maxime terlihat santai. Dia berjalan melewati Reina, mengambil selimut dan berjalan ke sofa."Nggak apa-apa. Dulu waktu kita bertengkar, aku tidur di sofa kok."Entah mengapa, ucapan ini terdengar menyedihkan.Reina jadi merasa makin bersalah, "Aku lebih suka tidur di sofa."Reina tidak mau mengambil keuntungan.Meski berada di rumahnya, Reina merasa asing.Katanya, rumah ini diwariskan untuk adiknya, Diego. Tapi menurut Alana, rumah itu dijual oleh Diego dan akhirnya Maxime beli kembali untuk Reina.Kalau begitu, artinya Reina berutang pada Maxime.Jadi, mana berani dia membiarkan Maxime tidur di sofa?Alhasil, Reina dan Maxime memperebutkan tempat tidur di sofa.Saat hendak mengambil selimut, tubuh Reina limbung dan akhirnya dia langsung jatuh ke pelukan Maxime.Maxime menarik napas dalam-dalam, seluruh tubuhnya memanas.Reina sangat malu dan berusaha untuk berdir
Wajah Reina memerah, dia hanya bisa gigit jari dan menjawab, "Ke toilet.""Terus kenapa kamu nggak nyalain lampu?"Maxime berdiri dan menyalakan lampu. Di bawah cahaya remang-remang, dia bisa melihat wajah Reina memerah."Kenapa wajahmu merah sekali? Kamu sakit?"Reina tercekat mendapati Maxime hanya mengenakan celana longgar untuk tidur.Reina langsung membuang muka, "Nggak ... nggak ... aku pergi ke toilet."Reina langsung berlari ke kamar mandi dan hampir menabrak pintu.Di toilet, Reina juga bergerak dengan sangat hati-hati karena takut efek Maxime bisa mendengar pergerakannya di toilet."Besok aku harus cari kamar lain!" gerutu Reina dalam hati.Maxime duduk kembali di sofa dan menunggunya keluar.Sekarang Maxime tidak berani membiarkan Reina lepas dari pandangannya meski hanya sejenak, karena takut Reina akan menghilang lagi.Reina sama sekali tidak ingin keluar dari toilet untuk menghindari komunikasi dengan Maxime.Namun seiring berjalannya waktu, dia harus keluar.Maxime belum
Di Perusahaan XS.Saat Reina datang bersama Maxime, dia mengernyit bingung melihat gedung perusahaan yang amat megah itu.Dia naik lift khusus sampai ke kantor CEO di lantai paling atas.Sebelum masuk, Reina melihat seseorang yang sepertinya dia kenal.Pria itu sedang duduk di sofa, matanya tajam seperti rubah dan wajahnya tampan seperti bintang, tetapi temperamennya tidak terlalu lembut.Begitu mendengar suara langkah kaki, Revin mengangkat kepalanya untuk melihat Reina.Revin langsung bangkit berdiri."Nana."Reina ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk.Revin tahu bahwa Reina sudah ditemukan dan dibawa pulang kemarin lusa. Mereka baru bertemu hari ini sehingga dia sangat bersemangat.Selama setahun ini Revin juga mengira Reina benar-benar sudah tiada.Brigitta langsung datang dan berkata pada Revin, "Pak Revin, sekarang Nana agak hilang ingatan, mungkin dia nggak mengenalimu."Revin mengangguk, berjalan menghampiri Reina yang menatapnya dengan bingung, "Nana, kamu ingat si gendut waktu
"Dia itu pria genit yang suka menggoda wanita. Sebaiknya kamu menjauh darinya," ucap Maxime.Reina mengangguk dengan kaku, "Ya."Ini pertama kalinya Reina tahu bahwa kata "genit" juga bisa digunakan untuk laki-laki.Reina kembali melihat ke arah panggung, entah mengapa, dia jadi teringat beberapa wanita ....Reina mengalihkan pandangannya karena malu dan berhenti menatap Ari supaya tidak terpikir hal aneh-aneh.Setelah selesai syuting, Ari langsung buru-buru mendatangi Reina.Dia bertindak seolah-olah Maxime tidak ada, "Master Rei, gimana menurutmu?"Reina teringat ucapan Maxime barusan, dia pun mengangguk kaku, "Bagus kok."Begitu mendengar jawaban Reina, Maxime bicara, "Apanya yang bagus? Syuting ulang iklan ini."Ekspresi Ari langsung berubah, "Menurut Nana bagus kok, tapi menurutmu nggak bagus. Mungkin ada yang salah dengan penilaianmu."Maxime tidak mau kalah, "Sekarang kesehatan istriku belum pulih dan dia belum mengambil alih perusahaan. Dengan kata lain, aku masih menjadi penan
Reina sungguh tidak mengerti bagaimana Morgan bisa melakukan hal ini padanya."Baik, mereka semua sangat baik padaku."Reina sekarang berdiri di balkon, dia sedang menatap Sisil dan yang lainnya dengan gembira menyiapkan makan malam bersama, saat ini Reina merasa sangat bahagia."Syukurlah, pokoknya kalau kamu merasa nggak nyaman, bilang aja ya sama aku." Morgan menambahkan.Reina meremas ponselnya erat-erat, "Morgan, sebenarnya kamu kasih aku obat apa sampai aku hilang ingatan? Perawatan apa yang kamu kasih ke aku?"Setelah Maxime membawanya ke dokter, Jovan bilang Reina sulit sembuh.Beberapa sarafnya sudah rusak oleh obat-obatan, apa ini cara Morgan mencintainya?Morgan terdiam. Tepat ketika Reina berpikir Morgan tidak akan mengatakan apa-apa, Morgan bicara, "Akan aku kirimkan semua data pengobatan yang sudah aku lakukan untukmu selama setahun ini.""Oke."Reina secara naluriah mau mengucapkan terima kasih, tetapi kalau dipikir-pikir, dia tidak perlu mengucapkan terima kasih sama se
Mata Liane nanar, dia tidak percaya mendengar ucapan Syena."Kamu ngomong apa? Talitha itu putri kandungmu!"Tiap orang berbeda. Liane mencari putri kandungnya selama lebih dari 20 tahun.Namun putri angkatnya justru mengatakan mau menelantarkan anak kandungnya!Liane sangat terkejut, dia menatap Syena dengan tajam, berharap dia bisa menyadarkannya.Namun, Syena tidak berpikir keputusannya salah, "Itu semua salah para pria berengsek itu!"Liane sangat marah pada Syena, dadanya terasa sangat sesak."Syena, kalau kamu begitu nggak menyukainya, seharusnya sejak awal nggak kamu lahirkan. Kalau kamu lahirkan, kamu harus bertanggung jawab, ngerti?"Syena tetap bergeming, "Sudahlah Bu, jangan bahas ini lagi. Kalau aku benar-benar membesarkannya dan membawanya pulang ke Keluarga Yinandar, nanti aku nggak bisa menikah lagi."Ternyata ini alasannya ....Liane akhirnya mengerti alasan Syena, putri angkatnya ini terlalu egois."Apapun yang terjadi, aku ingatkan jangan buang anakmu atau aku nggak a
Mendengar perkataan mereka, Aarav marah bukan main.Dia dengan susah payah mendapatkan informasi bahwa pemerintah akan mengambil alih tanah itu. Setelah itu terjadi, harganya tidak akan terhitung.Jika dia menyerahkannya begitu saja, bukankah ini akan menguntungkan Maxime?Dia tidak boleh melakukannya."Joanna, Max, begini saja, aku benar-benar ingin berbakti kepada nenek moyangku. Aku bisa menambahkan sejumlah uang dari harga aslinya, bagaimana?"Maxime menatapnya. "Mana boleh. Om itu keluargaku, mana mungkin aku ngambil uang dari Om?""Ngapain bilang begitu. Lebih baik perjelas saja semuanya. Begini saja, bagaimana kalau aku tambah dua puluh miliar?" kata Aarav.Maxime menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sudut mulut Aarav sedikit tertarik, dia segera mengubah kata-katanya, "Aku cuma bercanda, seratus miliar?"Seratus miliar?"Maxime mendapatkan ini hanya dengan menelepon dan bicara singkat.Dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya dengan pelan ke meja.Aarav sedikit terganggu, ingin
"Nggak usah terburu-buru mau memperluas makam keluarga. Kita harus minta orang buat periksa tempat itu, biar lebih aman," kata Aarav.Maxime melanjutkan perkataannya, "Dari apa yang Om katakan, Om kenal sama orang ahli?"Aarav mengangguk. "Ya, aku kenal satu orang. Dia yang mengurus pemakaman Ayah dulu."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Max, kalau kamu percaya padaku, bagaimana kalau kamu serahkan semua ini padaku?"Maxime menunjukkan ekspresi kesulitan.Dia sangat mengenal om-nya satu ini.Joanna juga merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika melihat putranya tiba-tiba berbicara baik-baik dengan Aarav.Dia menyela, "Kak, anakku beli tanah itu dengan harga mahal, tapi kamu bilang ingin mengurusnya. Rasanya kurang etis."Aarav meringis."Joanna benar. Begini saja, aku akan kasih setengah dari harga itu, Max kasih surat-surat tanahnya kepadaku. Aku akan atur pekerja buat ngurus konstruksinya. Masalah biaya pembangunan serahkan padaku."Maxime mendengus dingin dalam hati.Dia ingi
Maxime sudah meminta, bagaimana mungkin Obin tidak setuju?"Kalau Pak Maxime memang menginginkannya, aku bisa kasih secara gratis." Obin berkata sambil tersenyum, sangat murah hati."Nggak perlu. Aku bakal beli dengan harga sepuluh kali lipat lebih tinggi dari harga pasar," kata Maxime.Obin terkejut saat mendengar ini."Sepuluh kali lipat?""Ya.""Nanti Pak Maxime rugi besar. Nggak ada yang bagus dari sebidang tanah itu," kata Obin."Jangan khawatir, aku nggak akan rugi, Pak Obin juga nggak akan rugi," kata Maxime.Obin tidak ragu-ragu lagi setelah Maxime mengatakan itu. "Baiklah, aku akan lakukan seperti apa yang kamu katakan."Maxime menutup telepon dan meminta bawahannya mengurus kontrak dan yang lainnya.Setelah bekerja hari itu.Maxime membawa Reina dan yang lainnya kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel sangat gembira saat mendengar bahwa Maxime mendapatkan sebidang tanah itu.Joanna yang menyaksikan ini merasa sangat aneh. Jelas-jelas dia sudah memberitahu Max, kenapa Ma
Di ujung telepon, Obin menghela napas dan melanjutkan, "Kamu juga tahu sendiri, om mu bukan orang yang mau rugi, tapi dia mau beli tanah itu dengan harga mahal. Aku merasa ada yang janggal dengan hal ini."Obin tahu bahwa Maxime dan Aarav tidak memiliki hubungan yang baik, jadi dia mengatakannya dengan gamblang."Ya, lalu?""Aku mengabaikannya dan nggak ingin mengabulkan keinginannya." Obin sedikit kesulitan. "Hari ini ayahmu juga mendatangiku. Aku nggak tahu harus bagaimana, jadi menolak kedatangannya di depan perusahaan."Obin berbicara dengan sopan kepada Maxime.Namun, Maxime tahu bahwa ayahnya memiliki sedikit konflik kecil dengan Obin sebelumnya. Itulah sebabnya Obin tidak bersedia menemuinya."Pak Obin, terserah apakah kamu akan menjual tanah itu atau nggak. Nggak perlu mempertimbangkan banyak hal, jual saja kalau memang mau.""Tapi ....""Jangan pedulikan soal ayahku.""Ya, baiklah." Obin akhirnya merasa lega.Dia sempat khawatir Daniel akan mengadu kepada Maxime.Maxime meliha
Aarav memasang sikap sangat murah hati.Daniel menggelengkan kepalanya. "Kak, kenapa bilang begitu. Dalam surat wasiat, Ayah bilang mau kasih properti itu buat kamu, jadi aku nggak mungkin berebut denganmu buat dapat properti itu."Aarav menggenggam cangkir di tangannya dan menghela napas dengan kepala tertunduk."Intinya aku sudah bikin Ayah kecewa. Ayah kasih semua hartanya kepadaku karena khawatir dengan masa depanku. Ayah takut aku nggak bisa dapat uang dan hidup susah."Dia menatap Daniel dengan mata berkaca-kaca."Daniel, Max sangat kompetitif dan punya perusahaan besar. Sayang sekali putraku nggak berguna. Dia tiap hari cuma di rumah dan nggak melakukan apa pun. Dia cuma bisa senang-senang. Aku nggak tahu kalau tua nanti bakal hidup seperti apa."Mendengar Aarav mengatakan ini, mata Daniel dipenuhi dengan rasa sakit."Kak, jangan bilang begitu, jangan mikir aneh-aneh. Kita ini keluarga, mana mungkin aku diam saja saat melihat keluarga kalian terpuruk?"Aarav mengangguk kuat-kuat
Reina menutup telepon dan memberitahu ayah mertuanya, Daniel, tentang penyebab kejadian itu.Namun, Daniel tidak setuju dengan tindakan Riko."Meskipun Tommy melakukan sesuatu yang salah, tapi dia mengincar orang lain, bukan Riko. Kalau hal semacam ini terjadi lagi, minta Riko melihat saja, nggak usah ikut campur."Apa yang dia katakan benar-benar memancing kemarahan Reina.Reina balik bertanya pada Daniel, "Ayah, apa Ayah ingin Riko tumbuh besar dan menutup mata saat melihat orang lain berbuat jahat?"Daniel tercekat.Reina melanjutkan, "Menurutku Riko nggak melakukan sesuatu yang salah, cuma kali ini caranya saja yang kurang tepat. Dia harusnya nggak nendang Tommy begitu saja. Aku sudah memberitahunya."Setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu Daniel menjawab dan menutup telepon lagi dengan alasan dia harus bekerja.Daniel berdiri di ambang pintu dengan suasana hati yang murung.Bagaimana bisa hari ini ada dua orang yang tidak mendengarkannya dan malah berdebat dengannya?"Nggak be
Benar saja, setelah Aarav menutup telepon, Daniel mulai menanyai Joanna."Kakak bilang katanya cucu-cucu kita berkelahi? Apa yang terjadi?""Berkelahi?" Jantung Joanna berdegup kencang. "Riko sama Riki terluka nggak?""Kedua cucumu baik-baik saja, yang terluka cuma Tommy. Kudengar, itu karena Riki sama Riko menolong murid lain dan malah ganggu Tommy." Daniel mengerutkan kening. "Kamu harus bicara baik-baik sama anak-anak. Bagaimanapun, mereka itu saudara, kenapa malah menggertak saudara sendiri demi bantu orang lain?"Joanna sangat marah ketika mendengar perkataan Daniel.Namun, dia memaksa dirinya untuk tidak marah.Dia mencibir, "Riko sama Riki itu anak yang paling pengertian dan berperilaku baik, jadi kenapa dia bisa ganggu Tommy hanya demi membela orang luar? Harusnya kamu tanya ini sama Aarav.""Tommy itu tumbuh sama Ayah dan dimanja sama orang tuanya. Dia sombong dan mendominasi, nggak aneh kalau dia dipukuli.""Untungnya Riko sama Riki baik-baik saja. Katakan sama kakakmu, kalau
Ketika Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri dan langsung mencibir, "Pak Obin bukannya nggak kenal sama kamu, tapi dia nggak mau menggubrismu."Joanna meregangkan punggungnya."Kamu ingat saat kamu pergi ke luar negeri dan bersenang-senang di sana? Pak Obin butuh bantuan, tapi dia nggak bisa menghubungiku, jadi dia menemuimu. Tapi, kamu bahkan nggak mau dengar apa yang mau dia katakan."Ini sudah lama sekali, Daniel tentu saja melupakannya."Apa ada hal seperti itu?" Daniel sedikit canggung.Joanna memutar matanya ke arahnya. "Ingatanmu itu hebat sekali, selalu melupakan apa pun yang nggak menguntungkanmu."Daniel dipermalukan olehnya, tetapi dia tidak merasa harga dirinya hancur seperti sebelumnya.Dia juga tahu bahwa sekarang dia tengah memohon bantuan."Itu salahku. Kamu bisa minta Pak Obin menemuiku nggak? Sekalian biar aku minta maaf sama dia," kata Daniel.Joanna bingung saat melihat Daniel seperti ini. "Daniel, kamu mau apa sebenarnya? Kenapa hari ini kamu hormat beg
Melisha sangat marah ketika mengetahui bahwa putranya benar-benar diganggu. Dia mengambil tisu dan menghapus noda air mata di wajah Tommy. "Nggak usah nangis, kamu mau jadi apa nangis begitu."Tommy segera menutup mulutnya ketika mendengar ibunya memarahinya."Berani sekali mereka ganggu kamu. Aku akan membuat mereka menerima akibatnya."Melisha diam-diam memutuskan untuk memberi pelajaran kepada anak-anak Reina.Setelah Tuan Besar Latief meninggal, keluarga dari pihak Aarav sering diremehkan. Saudara dan kerabat lebih berpihak ke keluarga Daniel.Itu bukan karena Maxime telah mencuri Grup Sunandar dari mereka!Sekarang, Maxime bahkan menggabungkan Grup Sunandar ke dalam IM Group yang dia dirikan.Siapa yang bisa menjamin kalau Maxime tidak melakukan trik untuk menutup kekurangan IM Grup dengan menggunakan dana dari Grup Sunandar?Melisha makin kesal saat mendengarnya."Hmm." Tommy mengangguk berkali-kali.Sekembalinya ke rumah, Melisha mencari Aarav.Di dalam ruang kerja.Aarav sedang