Jovan mengerutkan kening, "Kakek lupa dokter bilang apa? Nggak boleh terlalu ekspresif."Meski di mulut Jovan mengeluh, namun dalam hati dia juga takut kalau kakeknya ini meninggal.Tuan Besar Jacob mengerti pribadi Jovan. Dia bukan pria jahat, hanya saja kadang tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk."Hei, kapan aku begitu bahagia? Nggak ada tuh yang membuatku bahagia."Dia melihat ke langit-langit dan menghela napas, "Aku bahkan nggak bisa menggendong cicitku, jadi apa yang bisa membahagiakan?"Tuan Besar Jacob menutupi wajahnya dan pura-pura menangis."Kalau nggak ada Riko, mungkin aku nggak pernah merasakan bahagia sebuah keluarga."Jovan sudah terbiasa menonton drama Tuan Besar Jacob.Tapi Alana belum terbiasa, jadi dia langsung menghiburnya."Kakek, jangan terlalu banyak berpikir. Kan ada kami, kok Kakek nggak bahagia?"Tuan Besar Jacob memang menunggu Alana bicara, "Tapi masih ada yang mengganjal dalam hatiku, kalau nggak selesai, aku nggak akan mati tenang.""Apa
Tidak lama setelah Reina mengusir Marshanda, dia tiba-tiba mendengar kabar ini dan terkejut."Apa? Menikah? Dengan siapa?""Jovan kayaknya."Kayaknya?Reina bingung.Reina pun bertanya, "Bukannya kamu bilang nggak mau nikah sama dia? Kamu pacaran cuma supaya Tuan Besar Jacob tenang?""Kondisi kakek makin buruk. Keinginan terakhirnya hanya melihat kami menikah. Aku benar-benar tidak mau mengecewakannya," kata Alana.Lagipula sampai sekarang Alana belum punya tambatan hati. Menikah dengan siapapun sama saja. Kalaupun tidak bisa, paling nanti setelah Tuan Besar Jacob meninggal, dia akan minta cerai.Reina pun berkata, "Alana, pernikahan itu bukan main-main. Kamu harus melakukannya dengan sukarela. Jangan menyiksa dirimu sendiri demi orang lain.""Nggak masalah, aku nggak menyiksa diri sendiri kok. Lagian ayahku benar, aku bisa naik kelas kalau menikah sama dia." Alana sangat berkompromi, "Reina kamu tenang aja, kalau dihitung-hitung, aku tetap untung kok."Alana telah lama kecewa dengan c
Reina tidak ingin mengambil apa pun yang diberikan Maxime tanpa imbalan. Karena Reina takut suatu hari nanti Maxime berubah pikiran.Apalagi keduanya sekarang sudah jadi mantan, jadi Reina tidak pantas menerima pemberian berharga seperti ini.Maxime tidak menyangka Reina akan menolak begitu saja."Kamu yakin nggak mau?"Reina mengangguk, "Yah, ini terlalu mahal.""Kalau gitu kasih buat Riko dan Riki." Maxime melanjutkan, "Sekarang mereka masih kecil dan hak asuh mereka ada di tanganmu. Sebagai wali mereka, kamu yang simpan dulu."Tanpa banyak pikir, Reina langsung menyahut, "Kamu aja yang kasih langsung waktu nanti mereka sudah besar."Suhu di dalam mobil terasa dingin.Ekki yang duduk di depan geregetan, dia tidak bisa menahan diri lagi dan angkat bicara, "Nyonya, menurutku lebih baik Nyonya terima. Sekarang Tuan Morgan memang memberikannya pada anak-anak, tapi bisa jadi suatu hari nanti bos menikah dan punya anak, mungkin saat itu dia akan berubah pikiran? Kalau itu terjadi tuan muda
Reina jadi gelagapan, "Riki, setiap orangtua itu punya cara yang beda-beda dalam mengekspresikan rasa cinta."Maxime pun menyahut."Jadi caramu mengekspresikan rasa cinta dengan nggak suka dekat-dekat sama aku? kamu bahkan nggak mau gandengan sama aku?"Reina tersedak, "Aku nggak ngomong gitu?""Kalau gitu Mama peluk dan cium Papa dong." Mata besar Riki terlihat sangat berharap.Wajah Reina langsung memerah."Riki ...""Hahhh, kayaknya aku dan kakak nggak mungkin punya keluarga yang utuh. Temanku, Lisa, bilang dulu papa mamanya juga nggak mau pelukan, ciuman. Terus ternyata akhirnya bercerai, masing-masing menikah lagi dan punya anak."Setelah itu, Riki menunduk dan air matanya mulai mengalir."Kalian 'kan juga sudah bercerai, sekarang kalian cuma pura-pura di depanku, 'kan? Nanti kalau ada adik tiri, kalian pasti bakal membuangku dan kakak."Entah Riki menangis sungguhan atau hanya sandiwara, namun terlihat sangat mengharukan.Melihat rupa Riki yang seperti ini, Reina pun tidak memedu
Reina menjawab acuh tak acuh, "Apa maksudmu berkhianat? Kita 'kan memang sudah bercerai, memang harusnya nggak tinggal bareng."Maxime menatap Reina dengan tenang, melihat Reina yang terlihat sombong, Maxime pun melirik Riki."Riki."Maxime memanggilnya.Riki berhenti melangkah dan kembali menatap Maxime, "Ada apa Pa?"Reina langsung panik dan berbisik."Bisa nggak jangan kekanak-kanakan gini? Kamu 'kan punya rumah sendiri?"Maxime pun berkata, "Riki, Papa cuma nganter sampai sini ya?"Riki mengernyit bingung, "Kok Papa nggak tinggal sama kita?"Maxime berpura-pura tidak bersalah dan menatap Reina dengan ketakutan.Reina sangat ingin marah melihat sikap Maxime yang seperti ini."Nggak tahu malu banget sih? Malah manfaatin anak kecil!" geram Reina dengan suara rendah.Maxime tidak menganggapnya serius dan berbisik, "Apanya yang manfaatin? Riki itu anakku, dia yang mau kita punya keluarga yang lengkap dan bahagia."Setelah itu, Maxime kembali menatap Riki sambil berkata."Iya, Papa juga
"Nggak usah, biar bibi aja yang bersih-bersih," ucap Reina.Brigitta tetap bersikeras, "Nggak bisa gitu, aku 'kan sudah ngomong akan bantuin kamu bersih-bersih. Aku harus menepati janji.""Nana, jangan karena sudah tahu hubunganku dengan Ethan, kamu berpikir aku nggak bisa apa-apa. Bahkan kalau aku nggak bisa pun, aku bisa belajar."Brigitta takut Reina akan menolaknya, jadi dia langsung mengambil sapu tanpa menunggu Reina menjawab.Melihat sikap Brigitta, Reina pun tidak berkata apa-apa lagi.Reina pun memanggil kepala pelayan dan menyuruhnya menggaji Brigitta tiap bulan, seperti pelayan lain.Sebenarnya alasan mengapa Reina tidak membiarkan Brigitta membersihkan rumah tidak ada hubungannya dengan Ethan, Reina khawatir akan kesehatan Brigitta. Selain itu, dia sudah menyelidiki latar belakang Brigitta.Brigitta dulu adalah seorang putri kaya raya, pastinya dia tidak pernah bebersih seperti ini.Tapi sekarang, setelah Reina melihat Brigitta bekerja keras, dia makan merasa semakin kasiha
"Halo ibu-ibu, mau tanya dong apa besok suami kalian pada ikut?" tanya seorang ibu dalam grup.Yang lain pun mulai menjawab, "Suamiku pasti nggak ikut, dia terlalu sibuk.""Ya, suamiku juga lagi sibuk. Akhir pekan aja kerja.""Cukup kita ajalah para ibu rumah tangga yang datang, biar suami kita bisa fokus kerja.""..."Semua ibu-ibu ikut angkat bicara dan sebagian besar para suami tidak ikut dalam kegiatan itu. Reina pun merasa lega.Namun malam itu saat Reina hendak tidur, Maxime mengiriminya pesan."Lagi ngapain?""Mau tidur." Reina mengetik, "Ada apa?"Maxime masih tinggal bersama Ethan, alasan utamanya karena istri mereka sama-sama tinggal di kediaman utama Keluarga Andara.Melihat pertanyaan acuh tak acuh Reina, Maxime pun merasa kecewa, "Nggak ada, oke deh selamat tidur."Reina sudah siap untuk tidur saat melihat balasan Maxime. Namun Reina terpikir, bagaimanapun Maxime adalah ayah Riko, dia berhak mengetahui tentang kegiatan sekolah besok."Mm ... Besok di sekolah Riko ada acara
"Tommy, sini!" Melisha mengabaikan Reina dan berteriak kepada putranya.Tommy bersembunyi di belakang Reina dan menggeleng, "Nggak mau, kalau aku ke sana, nanti Mama mukulin aku."Melisha kesal setengah mati mendengar jawaban Tommy.Supaya tidak ditertawakan Reina, Melisha menahan diri dan melembutkan suaranya, "Tommy, maaf ya barusan Mama terlalu kasar. Sini, Mama nggak akan mukulin kamu kok."Tommy masih menolak untuk mendekat dan menatap Melisha dengan waspada."Nggak mau, Mama pasti bohong, hmph!"Setelah itu, Tommy buru-buru kabur.Melisha merasa sangat jengkel dengan Tommy.Melisha menahan amarah dalam hatinya dan berjalan menghampiri Tommy. Saat berjalan melewati Reina, Melisha sengaja menepuk bahu Reina kuat-kuat.Reina terdiam. Dia mengabaikan Melisha, lalu pergi mencari Sisca dan yang lainnya.Saat Sisca melihat Reina, dia langsung melambai padanya.Ibu-ibu yang menerima suap Melisha mengabaikan Reina dan pura-pura tidak melihatnya.Mereka tahunya ayah mertua Melisha sudah ke
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba