Maxime berjalan menuruni anak tangga dan menghampiri Reina. Maxime mengamati Reina, dia bisa melihat dengan jelas masih ada jejak air mata di wajah Reina, tangannya mengepal erat dan tidur sambil berjaga-jaga.Suhu di ruangan agak dingin, jadi Maxime pun menyelimuti Reina.Maxime hendak menyuruh orang untuk mengantarkan sarapan, saat tiba-tiba ada yang membuka pintu rumahnya.Marshanda masuk membawa sarapan."Kak Max, nih aku bawain sarapan. Bukannya hari ini acara perayaan ulang tahun perusahaan? Nanti kita pergi ba ...."Belum juga Reina sempat menyelesaikan kalimatnya, matanya sudah lebih dulu menangkap sosok Reina yang sedang tidur di sofa.Marshanda mematung di tempat dan terlihat tidak percaya.Kenapa Reina tidur di sini?Jangan-jangan mereka berduaan semalaman?Maxime menatap Marshanda dengan mata mengantuk, "Kok kamu bisa masuk?"Maxime tidak mendengar suara apa pun saat Marshanda masuk, dia pasti tidak melewati pos penjagaan. Artinya, Marshanda mendaftarkan sidik jarinya atau
"Ya sudah pulang sana. Nanti malam aku akan datang ke acara ulang tahun kantor kok."Maxime berkata dengan tidak sabar."Oke."Marshanda meninggalkan sarapan yang dia bawa, lalu kembali melirik Reina sebelum akhirnya pergi.Saat Maxime balik badan, dia melihat Reina berdiri di belakangnya.Entah kenapa dia merasa agak bersalah."Kapan kamu bangun?"Reina tampak tenang dan menjawab, "Pas Marshanda minta kamu menikahinya, selamat ya."Jantung Maxime tiba-tiba berdebar kencang.Udara seakan membeku selama beberapa detik.Maxime menatap Reina dalam-dalam dengan mata gelapnya, "Kalau kamu keberatan, bilang aja."Kalau Reina tidak mengizinkannya, Maxime pasti akan membatalkan janjinya pada Marshanda.Maxime akan menuruti Reina.Tidak disangka, Reina malah menggeleng dan berkata sama seperti sebelumnya, "Selamat, kalau kita perlu cerai dulu, bilang aja ya. Aku pasti bantu.""Tapi syaratnya, kamu harus balikin Riki padaku."Maxime sangat kecewa.Maxime sadar, sekarang Reina sungguh sudah tidak
Asisten Marshanda memungut ponsel itu dengan hati-hati, "Marsha, gimana?""Dia minta aku minta maaf pada Alana secara terbuka dan mengakui plagiarisme."Asisten itu mengernyit, "Mana bisa? Kalau kamu mengaku, semua usahamu selama ini jadi sia-sia dong?"Marshanda memutuskan untuk menghiraukan Master Rei. Dia tidak percaya orang itu menolak imbalan uang dan malah buang-buang waktu bermain jalur hukum dengannya.Hal terpenting baginya sekarang adalah untuk membereskan Reina dan menikahi Maxime.Bukan mengurus lagu."Malam ini ada acara ulang tahun perusahaan, aku mau siap-siap. Untuk urusan plagiat itu, sementara ini kita redakan aja dengan menyuap uang pada media."Marshanda tahu sogokannya yang kecil pasti tidak akan bertahan lama.Tapi selama dia bisa memastikan pernikahannya lancar, semua akan baik-baik saja.Di perusahaan.Tidak lama kemudian, Reina menerima telepon dari Alana."Nana, hari ini kamu datang ke rumah nggak?"Hari ini adalah akhir pekan, Alana berniat mengajak Reina dan
Setelah mengantar Reina ke depan pintu kantor Maxime, Ekki pun pergi.Pintunya tidak ditutup, jadi Reina pun hanya mendorong pelan.Maxime sedang duduk di kursi bos dan membaca beberapa dokumen dengan saksama.Pria tampan yang sedang serius bekerja memang terlihat makin tampan.Mungkin dulu Reina terperdaya karena ketampanan ini.Maxime yang sudah tahu Reina akan datang pun memanggil Reina tanpa meliriknya.Reina berjalan mendekat, "Ada apa?""Kamu nggak perlu bekerja di bawah lagi."Maxime meletakkan dokumen di tangannya lalu menatap Reina dan melanjutkan, "Mulai sekarang kamu juga kerja di sini."Reina bertanya bingung, "Kenapa?""Nggak ada alasan khusus, perusahaan sudah mengaturnya begitu."Beraninya dia bilang ini diatur perusahaan, dia 'kan bosnya. Sudah jelas dia yang mengatur semua ini.Karena status Reina disini adalah karyawan, dia pun tidak bisa membantah perintah bos."Oke."Tidak masalah, justru Reina jadi punya lebih banyak kesempatan untuk mendekati Maxime.Reina sudah m
Setelah sekian lama, Reina merasa ada yang tidak beres.Maxime terus menciumnya tapi dia tidak lanjut ke tahap berikutnya.Tepat saat napas Reina mulai memburu dan pikirannya menjadi kosong karena kekurangan oksigen, pintu ruangan Maxime pun diketuk.Barulah Maxime berhenti.Ternyata sekretarisnya datang untuk melapor pekerjaan.Reina langsung duduk kembali.Dia lagi-lagi gagal.Siang harinya, mereka makan siang bersama.Sopir mengantar mereka ke restoran privat yang sering Maxime kunjungi.Sambil makan, Maxime menguji perasaan Reina. "Jangan khawatir, aku nggak akan menceraikanmu."Reina tercengang.Reina tidak langsung paham maksud Maxime, tapi pria itu sudah lebih dulu melanjutkan, "Marshanda itu cuma mau status, jadi aku kasih.""Aku nggak akan menikahinya secara sah. Jadi jangan khawatir, aku nggak akan menceraikanmu."Reina menatap Maxime dengan tatapan tidak percaya, "Kamu bercanda?""Kalau kamu nggak puas dengan keputusanku, kamu boleh kasih solusi lain."Reina tidak sadar kala
Jantung Maxime berdebar kencang, dia sadar tangan dan kaki Reina terluka. Jadi, Maxime langsung menyeret Reina kembali ke dalam mobil dan mengantarnya ke rumah sakit.Meski sudah duduk di dalam mobil, Reina masih merasa ketakutan. Tadi dia memang terlalu gegabah dan lupa bahwa dia punya Riko dan Riki yang bergantung padanya.Maxime yang tegang pun bertanya, "Untuk apa marah-marah!"Reina tidak menjawab, rasa sakit di tangan dan kakinya mulai terasa.Suasana di dalam mobil kembali hening.Maxime benci saat Reina tidak bicara.Padahal dulu Reina sangat bawel, apalagi waktu masih kecil. Reina bisa berceloteh tanpa henti.Tapi sekarang, Reina membisu.Maxime bertanya dengan kesal, "Barusan kamu mau ke mana?""Aku cuma mau jalan. Aku nggak terpikir mau ke mana."Memangnya Reina bisa pergi ke mana? Riki 'kan ada di tangan Maxime.Mobil mereka akhirnya tiba di pintu rumah sakit dan Maxime langsung turun bersama Reina.Di luar ruang UGD.Maxime hendak membuka pintu."Kak Max, kok kamu ada di s
Jovan mengira ada bagian yang sulit dijangkau, jadi dia mengulurkan tangan ingin membantu.Ketika Reina melihat tangannya terulur, dia spontan mengira pria itu akan memukulnya, jadi dia refleks bergerak menghindar. Salep itu pun jatuh tepat di punggung tangan Jovan."Maaf." Reina berdiri dan berkata, "Aku pergi sekarang."Jovan tahu Reina telah salah paham, sehingga dia merasa harus menjelaskan. "Aku cuma mau bantu kamu ngolesin obatnya.""Terima kasih, tapi nggak perlu." Reina hendak pergi.Jovan tidak ingin wanita itu salah paham lagi, jadi dia menghentikannya."Kak Max minta kamu tunggu sampai dia kembali."Reina menatapnya dengan mata acuh tak acuh. "Aku bisa tunggu di luar."Melihat Reina seperti ini, Jovan merasa sangat tidak enak."Jangan takut padaku, aku nggak akan menyakitimu lagi."Jangan takut? Tidak akan menyakitinya lagi?Reina seakan mendengar lelucon paling menggelikan yang pernah dia dengar. Jovan dulu pernah mengatakan hal yang sama agar dia mau percaya padanya."Tolo
Setelah masuk ke dalam mobil, Maxime menengok ke arah rumah sakit di belakangnya."Kamu ngobrol apa sama Jovan waktu aku pergi tadi?""Dia tanya, apa aku pernah menyelamatkan seseorang waktu aku masih kuliah." Reina tidak menyembunyikan apa pun.Menyelamatkan seseorang?Maxime ingat, saat Marshanda masih kuliah, dia ada di tempat kecelakaan mobil Jovan dan ibunya dan menyelamatkan mereka berdua."Terus?""Terus kamu datang."Reina tidak mau bicara apa-apa lagi tentang kejadian itu.Hari sudah petang.Maxime masih harus menghadiri perayaan ulang tahun malam ini.Reina merasa dia tidak perlu ikut kembali ke kantor perusahaan. Dia menatap dedaunan yang beterbangan di luar jendela mobil dan berkata, "Aku ingin pulang.""Kamu ikut aku ke perayaan ulang tahun malam ini."Sorot mata Reina menampakkan rasa terkejut.Maxime tidak menjelaskan dan hanya meminta sopir untuk mengantar mereka ke tempat acara.Sebelum perayaan ulang tahun.Maxime membawa Reina di dalam sebuah ruang pribadi yang tenan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba