Maxime langsung mengambil ponselnya dan mendapati ternyata hanya notifikasi berita.Maxime yang tidak bisa kembali terlelap pun bangun dan membaca berita yang ternyata mengabarkan pernikahan Morgan dan Syena.Banyak netizen yang memberikan selamat."Duh irinya, pasangan yang serasi banget.""Wah, sepadan banget ya mereka.""Syena itu beruntung banget. Bisa dapat Morgan, CEO Grup Rajawali yang ganteng banget!""..."Para netizen pun saling memberi komentar.Maxime hendak menutup halaman berita itu saat dia melihat sesuatu tentang dirinya dan Reina, "Seingatku kakaknya si Morgan, Maxime, juga sudah menikah deh dan istrinya jauh lebih cantik dari Syena.""Iya benar tuh. Aku sudah lihat foto pernikahan mereka."Maxime melihat foto pernikahannya yang dipajang di halaman berita itu.Karena dulu Maxime tidak terlalu peduli dengan pesta pernikahannya, dia tidak mengizinkan media massa mempublikasikannya.Karena pernikahan mereka dulu tidak terlalu menarik perhatian. Tidak ada video pernikahan
"Sekarang Nona Reina sudah bercerai. Kalau Tuan benar-benar menyukainya, jangan memilih menikahi Syena."Jess dengan tulus memikirkan Morgan, "Menurutku selama Tuan memperlakukan Nona Reina dengan baik, dia pasti mau balikan denganmu."Morgan merasa Jess sangat naif."Jess, orang itu bisa berubah. Dia sudah nggak cinta aku lagi."Jess tidak mengerti, "Mana mungkin? Yang Nona Reina sukai awalnya 'kan Tuan Morgan? Sekarang ya pasti tetap sama, mungkin karena sudah punya anak, dia nggak bisa ngomong langsung."Kalau bukan karena Morgan lebih pintar dari Jess dalam membaca hati orang lain, dia pasti akan termakan omongan Jess.Morgan tahu betul bahwa Reina tidak mencintainya.Mungkin rasa suka yang dulu Reina rasakan juga hanya karena rasa kagum dan terima kasih pada Morgan yang sudah selalu menjaganya."Kamu berpikir terlalu jauh."Morgan menarik napas panjang dan cahaya gelap muncul di matanya, "Sekarang yang aku inginkan, aku mau kembali mendapatkannya lagi dengan caraku."Jika dia ingi
Sepanjang hari Maxime menunggu balasan pesan dari Reina.Namun karena tidak kunjung dibalas, suasana hatinya jadi berantakan.Jovan yang tidak takut mati mendatanginya, bahkan terus mengoceh di telinganya. "Kak Max, tahu nggak sih si Morgan itu terkenal banget. Masa semua media besar mempublikasikan pernikahannya sama Syena sebagai pernikahan abad ini."Dasar pria berengsek!Kalau Morgan sudah membuat berita seheboh ini, bagaimana kalau nanti pernikahannya dengan Alana kalah heboh?Eh? Cih! Kok bisa dalam pikirannya terbersit akan menikahi Alana?Isi otak Jovan penuh dengan imajinasi.Maxime memasang tampang kesal dan menyahut, "Kamu yakin 'kan kali ini nggak ada yang buntutin?""Kak Max jangan khawatir, kali ini aku sudah ekstra hati-hati." Jovan terlihat tulus.Kalau bukan karena sudah sangat mengenal Jovan, Maxime ingin sekali memperlakukannya sebagai pengkhianat."Ethan, bawa putrimu ke sini, aku mau lihat."Jovan juga tidak sabar untuk melihat anak Ethan.Jovan pun keluar dan deng
Reina pun mengamati wanita itu dengan seksama, dia memang tidak membawa botol susu.Reina pun berkata, "Kayaknya ada supermarket deh sekitar dua kilometer di depan. Kamu mau naik ke mobil lagi nggak, aku anterin beli susu?"Wanita itu menatap Reina dengan hati-hati untuk waktu yang lama, lalu dia berkata, "Terima kasih."Setelah itu, dia dengan hati-hati melindungi bayi dalam pelukannya dan masuk ke dalam mobil.Sopir mempercepat laju mobil dan membawa mereka ke supermarket.Wanita itu terlihat malu, "Aku ... aku nggak punya uang."Reina pun berkata, "Kalau gitu tunggu aku di sini, biar aku yang beli buatmu.""Baiklah, terima kasih." Mata wanita itu berbinar cerah.Reina pergi ke supermarket, diikuti sopirnya.Dalam perjalanan, sopir itu pun berkata, "Bu Reina, sebaiknya Anda hati-hati. Gimana kalau wanita itu ternyata penipu? Dia nggak kelihatan kayak ibu kandungnya deh, masa jalan-jalan bawa bayi tanpa persiapan? Bayinya sampai kelaparan gitu."Reina sebenarnya juga merasa ragu, namu
Reina keluar dari dapur sambil memegang botol susu yang hangat."Kalian berdua hati-hati ya jagain dedek bayinya, kayaknya belum genap sebulan deh umurnya, jadi kalian harus hati-hati ya." Reina mengambil bayi itu dari tangan Gaby dan mulai menyusui bayi itu.Gaby dan Riki yang penasaran pun mendekat untuk mengamati bayi itu minum susu.Karena hari ini akhir pekan, mereka pikir hanya akan menikmati akhir pekan seperti biasa.Tidak disangka tiba-tiba Reina membawa pulang seorang wanita dengan bayi perempuan. Bayi itu masih berwarna merah dan sangat lucu."Wah, kayaknya dia lapar banget ya. Lagi makan aja lucu banget," ucap Gaby.Riki menatap bayi itu dengan saksama. Ternyata bayi perempuan semanis ini, ingin sekali rasanya cepat-cepat punya adik perempuan.Wanita itu masih berdiri di lantai atas dan menghela napas lega saat melihat Reina dan orang-orang di sekitarnya sepertinya tidak memiliki niat buruk. Dia pun berjalan ke bawah perlahan.Begitu mendengar suara dari lantai atas, Reina
Reina tidak mengharapkan balasan apa pun dari Brigitta, karena kalau iya, dia tidak perlu repot-repot membantu Brigitta."Iya, ayo kubantu antar ke kamarmu."Reina membantu Brigitta kembali ke kamarnya, lalu minta pelayan membawa semangkuk sup ayam untuknya.Setelah seorang wanita melahirkan, tubuhnya lemah dan harus mengonsumsi suplemen supaya lebih cepat pulih.Setelah Brigitta istirahat, Reina kembali turun ke bawah dan mendapati Gaby dan Riki sedang menatap si bayi yang sudah dibaringkan di kasur. Meski bayi itu sedang tidur, tatapan mereka tetap tidak lepas dari bayi itu."Kalian berdua nggak capek?"Riki menoleh dan menatap Reina, "Ma, dulu waktu masih kecil, aku lucu kayak gini nggak?"Reina tersenyum, "Iyalah, semua orang waktu bayi itu lucu.""Hahh, aku berharap banget Mama melahirkan adik perempuan." Riki berkata dengan tulus.Reina juga berharap anaknya yang kali ini perempuan. Dia 'kan sudah punya anak laki-laki, kalau ini sungguh perempuan, maka lengkap sudah.Namun, baik
"Ethan jangan khawatir, kita pasti bisa menemukannya," hibur Jovan.Ethan mengangguk, "Ya.""Kamu mau istirahat dulu nggak sebentar?""Nggak ngantuk."Mana mungkin dia bisa tidur di saat istri dan putrinya di luar tanpa kabar yang jelas?Anehnya, Brigitta 'kan tidak punya sanak saudara atau teman, kalau pergi membawa bayi harusnya ada di hotel atau naik transportasi umum bukan? Tapi meski Ethan sudah mencari di seluruh hotel Kota Simaliki, tetap tidak ada informasi bernama Brigitta.Ethan juga sudah menyuruh bawahannya memeriksa semua wanita membawa bayi yang naik kendaraan umum semalaman ini, tapi masih belum ketemu juga.Brigitta tidak membawa mobil atau menginap di hotel, jadi kemana dia membawa pergi anak mereka?Ethan merasa Brigitta sedang menghukumnya. Ethan sampai memeriksa ke kolong jembatan tempat para pengemis untuk mencari keberadaan Brigitta, tapi tetap tidak ketemu.Jovan bangkit berdiri, "Kalau gitu biar aku yang pergi cari, kamu istirahat dulu."Jovan tahu sekarang buka
Reina tidak tahu bahwa wanita yang dibawanya ke rumah adalah istri Ethan. Reina bersikap biasa dan menjaganya seperti sesama wanita.Saat ada waktu, Reina juga akan ikut menjaga anak Brigitta.Rumahnya makin ramai dengan kedatangan si kecil.Saat Sisil pulang, dia juga terpana dengan keimutan bayi itu."Iih gemes banget deh! Siapa namanya?"Benar juga, mereka tidak ada yang tahu siapa nama anak itu.Gaby pun menanyakannya pada Brigitta dan mendapati namanya adalah Erina Yusdwindra."Nama keluarganya Yusdwindra?"Reina agak terkejut. Di Kota Simaliki ini yang punya nama keluarga Yusdwindra adalah Ethan.Namun Reina tidak berpikiran Erina adalah anak Ethan."Bos, enak banget ya kalau kita boleh bawa anak pas kerja.""Ya nggak bisa lah. Bayi sekecil ini masih terlalu rentan, nggak boleh dibawa keluar sembarangan. Kalau sampai terpapar, bakal gawat. Kalian juga jangan terlalu dekat-dekat sama bayi kalau lagi ngobrol," ucap Reina."Iya, oke."Sisil mengangguk berulang kali.Gaby yang duduk
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba