"Hahh, sayang banget." Alana pun meletakkan ponselnya."Nggak ada yang perlu disayangkan. Setidaknya aku bisa ngasih tahu Syena kalau aku bukan orang yang gampang ditindas," sahut Reina.Alana mengangguk.Keduanya sadar situasi, Syena tidak mudah tergoyahkan selama ada Keluarga Hinandar yang melindunginya."Liane ini baik banget sama anak angkatnya. Kalau dia punya anak kandung sendiri, baiknya dia pasti kebangetan," kata Alana."Iya juga," timpal Reina.Reina sangat mengagumi Liane. Entah apa pun keonaran yang diperbuat Syena, Liane pasti akan berdiri di pihak anak angkatnya ini."Nana, kamu nggak kepikiran buat nyari ibu kandungmu?" Tiba-tiba Alana terpikir, banyak orangtua yang menelantarkan anak-anaknya karena sebuah alasan.Reina menggeleng, "Aku nggak mau kecewa lagi."Kebanyakan orangtua yang tega membuang seorang anak ke panti asuhan pasti karena mereka tidak menyayangi anak itu.Reina tidak mau menambah kesedihannya dan lagi-lagi merasakan bagaimana rasanya tidak disayangi ole
"Sudah ketemu. Sekarang kami lagi cari cara untuk mendapatkan sampel biologisnya," jawab asisten itu.Syena sangat gelisah dan sudah tidak sabar, "Bagus! Setelah kamu dapat, cepat balik ke sini secepatnya ya.""Baik."Syena menutup telepon, lalu baring untuk istirahat. Tapi dia tidak bisa tidur.Liane punya sisi sangat menyayangi keluarga. Kalau Raisa benar-benar putri kandung Liane, kemungkinan besar setengah dari harta miliknya akan diberikan pada Raisa.Tidak, mungkin bukan cuma setengah. Mungkin Liane malah akan memberikan semuanya pada Raisa dan tidak menyisakan apa-apa untuk Syena.Syena tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Untungnya, malam itu asistennya mengirim pesan kalau dia sudah mendapat sampel biologis dan siap untuk tes DNA.Namun, begitu urusan tes DNA beres, Syena langsung disibukkan dengan kemunculan berita negatif tentang dirinya."Syena diduga adalah putri kandung Treya.""Syena tidak mau mengakui ibu kandungnya supaya bisa mendapat warisan ibu angkatnya yang k
Saat ini di kediaman utama Keluarga Andara.Alana membangunkan Reina pagi-pagi sekali dan memberitahunya tentang berita negatif Syena."Nana lihat. Sudah kuduga, media massa nggak mungkin melepaskan Syena semudah itu."Reina membaca berita itu.Namun tak lama kemudian, berita itu pun menghilang.Alana yang sedang sarapan pun mengernyit, "Gila, beritanya sudah hilang. Penggantian topik yang cepat sekali.""Ya, itulah enaknya jadi orang kaya."Si kembar juga sudah tahu bahwa berita tentang Syena sudah dihapus.Awalnya Riko mau kembali meretas situs itu dan membuat Syena kembali menjadi pencarian panas. Sayang, perusahaan situs itu sepertinya sudah tahu tentang peretasan yang dilakukan Riko. Mereka memperkuat keamanan internal untuk mencegah ada peretasan untuk kedua kalinya.Kalau Riko memaksa, bisa jadi identitasnya akan terungkap.Riko tidak punya pilihan selain berhenti bergerak, anggap saja dia sudah memberi pelajaran kecil pada Syena.Hari ini Treya dimakamkan.Reina tidak pergi, na
Saat Reina melihat teleponnya ditutup, dia pun tidak lagi mengkhawatirkan Maxime.Di sisi lain.Ekki sedang berdiri di luar ICU. Sampai saat ini, Maxime belum sadar.Jovan datang dan memeriksa berbagai indikator."Nggak ada masalah kok, kenapa dia belum bangun juga?""Tuan Jovan, Bos nggak mungkin jatuh koma 'kan ya?" Ekki terlihat sangat khawatir.Ekki tidak percaya panutannya akan pergi begitu saja."Jangan mikir macam-macam."Jovan menepuk pundaknya.Tiba-tiba terdengar suara di luar."Siapa kamu? Ini rumah sakit pribadi, nggak boleh ada orang yang masuk.""Kenapa kalian seenaknya menyerang kami?"Lalu, terdengarlah suara perkelahian dan teriakan.Jovan mengernyit, "Siapa itu? Cari mati dia?"Ekki juga tidak percaya ada orang yang cari ribut di saat seperti ini. Namun tidak berapa lama, mereka langsung melihat siapa orang yang sudah menerobos masuk.Morgan yang mengenakan jas tebal pun masuk dikawal oleh pengawal yang garang."Morgan!"Jovan tercengang. Dia langsung paham makna ucap
Tangan Morgan perlahan menegang. Kalau Maxime meninggal sekarang, dia bisa bilang kalau Jovan dan Ekki-lah yang diam-diam mencelakai Maxime.Entah operasi apa yang sudah dijalani Maxime dan menyebabkannya meninggal."Kak, jangan salahkan aku, ini semua salah dirimu sendiri. Kenapa kamu selalu memperebutkan semua hal sama aku?" Morgan menutup mulut dan hidung Maxime sambil melanjutkan, "Dulu waktu aku bertemu Nana, kupikir akhirnya aku punya sesuatu yang kamu nggak punya. Tapi akhirnya kamu rebut juga dia dari sisiku.""Bukan cuma merebut, kamu bahkan nggak mau melepaskan dia. Apa kamu tahu seberapa sakit hatiku harus melihat kalian bersama? Seberapa hancur hatiku harus melihat dia mengandung anakmu?"Mata Morgan menjadi sedikit merah."Sekarang semua akan baik-baik aja. Kamu bisa meninggalkan dunia ini dan aku akan membantumu menjaga kakak iparku dengan baik."Morgan sepertinya sengaja mengucapkan kata 'kakak ipar'.Entah Maxime sadar atau tidak, namun saat ini Morgan merasa sangat bah
Setelah Maxime diculik Morgan, Jovan dan Ekki mencari gila-gilaan mencari keberadaan mereka, sayangnya tidak ketemu.Poin terpentingnya mereka berdua terluka parah sehingga keduanya hanya bisa meminta anak buah masing-masing untuk mencari."Kalau sampai terjadi sesuatu pada Kak Morgan, selamanya aku nggak akan bisa memaafkan diriku." Jovan sangat menyalahkan dirinya karena tidak mengambil tindakan pencegahan.Dia terlalu sombong.Ekki bisa berpikir sedikit lebih rasional darinya. "Tuan Jovan, sepertinya bos baik-baik saja. Sejauh ini belum ada kabar buruk.""Maksudmu?" tanya Jovan."Kalau aku jadi Morgan yang menginginkan bos mati, dia pasti akan langsung mengeksekusi dan mengirimkan keberhasilannya itu pada kita, dia nggak akan buang waktu." Ekki menjelaskan.Luka parah di tubuh keduanya membuat mereka bahkan kesulitan bicara.Jadi setelah ngobrol sebentar, mereka kembali istirahat.Namun ponsel Ekki terus berdering. Waktu Ekki melihat yang meneleponnya adalah Gaby, dia tidak berani m
"Oke, aku akan segera ke sana," jawab Reina.Saat Reina pergi mengikuti Jess, Melisha mendengus, "Dasar nggak tahu malu, lupa ya kalau Morgan itu adiknya Maxime?"Christy yang berada di dekat mereka ikut menimpali."Kak Melisha ngapain marah-marah gitu? Si Reina tuh sudah jadi orang yang nggak tahu malu."Suasana hati Melisha seketika membaik saat ada yang mendukungnya."Christy, kamu nggak usah khawatir. Beberapa hari lagi aku akan menemui kakek dan mengatakan hal baik tentangmu. Max 'kan sudah bercerai, pastinya dia butuh wanita pendamping untuk mengurus hidupnya."Christy menatap Melisha dengan sangat berterima kasih, "Terima kasih ya Kak Melisha."Saat ini Christy sangat bahagia, dia tidak tahu kalau sebentar lagi dia akan menangis.Di kantor CEO, lantai paling atas.Reina mengetuk pintu dan langsung masuk setelah diizinkan Morgan.Morgan sedang duduk di depan komputer dan sibuk dengan pekerjaannya. Begitu melihat Reina, dia langsung menatapnya.Pakaian dan riasan Reina terlihat se
Reina menggeleng, "Sebenarnya aku selalu merasa dia itu nggak suka sama aku. Tapi kemudian dia berkali-kali menyelamatkanku tanpa memedulikan keselamatannya sendiri. Mungkin sejak itu perlahan aku bisa menerima dia.""Awalnya aku memutuskan hidup bersama dengan Maxime demi anak-anak. Tapi entah mengapa perlahan kurasa aku punya perasaan padanya."Morgan hanya mendengarkan dalam diam, sebuah emosi berkilat di matanya yang lembut.Inti dari ucapan Reina adalah, perasaannya pada Maxime tumbuh seiring waktu.Tiba-tiba Morgan terbatuk."Kamu nggak apa-apa? Mau ke rumah sakit dulu?" tanya Reina.Morgan melambaikan tangannya dan setelah batuknya sedikit mereda, Morgan menyesap air hangat dari botol minumnya. "Nggak apa-apa, penyakit lamaku kambuh."Saat ini mobil mereka sudah masuk ke dalam sebuah rumah.Tempat ini sangat terpencil dan dijaga ketat oleh para pengawal. Morgan pasti langsung tahu kalau ada pergerakan apa pun."Kita sudah sampai, ayo turun.""Oke."Reina dan Morgan turun dari mo
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba