Jam menunjukan pukul 22:00 tepat, terlihat seorang pria menatap gedung kosong yang terlihat begitu menyeramkan.
Pria itu sedikit ragu untuk berjalan masuk kedalam gedung, dia takut jika dia akan dikhianati oleh orang itu.
"Kenapa dia memintaku untuk bertemu di tempat ini? Apa dia mau menjebakku?" batin Jakson, dia menatap pesan yang dikirimkan Roger.
Jakson hanya bisa memandangi gedung itu, dia masih saja sensitif dan tak bisa mempercayai Roger begitu saja, apalagi mereka baru saja bertemu tadi pagi.
TING!
Bunyi pesan masuk, Jakson menatap layar ponselnya lagi, dia membaca pesan yang dikirimkan Roger.
"Aku punya sesuatu didalam sini, tenang saja, aku tidak akan mengkhianatimu, justru kamu akan bahagia jika kamu masuk kedalam gedung ini, Jakson Helio."
Pesan itu tertulis jelas di layarnya, Jakson menatap sekeliling, dia meneguk salivanya kasar.
"Apa aku di awasi? Dimana mereka?" batin Jakson takut, bahkan di dalam kegelapan ini,
BRAKK!!Sebuah tas hitam besar terjatuh tepat di depan seorang pria, pria itu menatap tas itu dan memeriksanya."Bagaimana? Apa kurang cukup?" tanya Jakson sambil menunjukan smirk di bibirnya.Setelah malam di saat Jakson bergabung dengan Black Tiger, Roger telah menyusun sebuah rencana.Roger menyuruh Jakson untuk mencari sebuah bom ilegal di pasar gelap, dia sudah lama mencari bom, tapi rencananya selalu gagal untuk memasuki pasar gelap.Bahkan Roger bersyukur sempat mengambil Jakson sebagai anteknya, dia tahu bahwa Jakson merupakan mantan seorang kriminal di pasar gelap.Roger terkekeh pelan, dia tak percaya akan mendapatkan barang yang dia inginkan secepat ini, dia kagum dengan koneksi yang dimiliki Jakson."Ini sudah cukup, terima kasih Jakson," jawabnya sembari tersenyum dan menatap bom itu.Jakson ikut tersenyum ketika melihat senyum Roger. "Apa yang kamu lakukan dengan bom ini? Roger?" tanya Jakson, dia dari kemarin ing
Sunset di sore hari telah mengeluarkan warnanya, terlihat burung-burung yang bertebrangan hendak pulang ke rumahnya, tak hanya binatang, para manusia yang bekerja juga pulang ke rumah mereka masing-masing.Di sebuah rumah sakit, terlihat seorang dokter muda yang cantik baru saja keluar dari ruangan pasiennya.Gadis itu memeriksa tasnya takut ada yang ketinggalan, hari ini dia pulang cepat ke rumah, karena tidak punya sift malam."Mau pulang yah Saras?" tanya salah satu teman perawatnya.Saraswati yang keasikan mengecek barang-barangnya pun terpaksa berhenti, dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Semangat sift malamnya, Raisa," ucap Saraswati memberi semangat kepada temannya, Raisa."Nanti temenin aku di sms yah? Aku bosan kalo berjaga gak ada teman," ucap Raisa manja.Saraswati menganggukkan kepalanya, dia tersenyum lepas menatap temannya itu, biasanya dia dan Raisa selalu sift pagi bersama, entah kenapa jadwal mereka terpisah.
TING!!Pesan masuk, dengan cepat Saraswati membuka dan membaca pesan itu. "Datanglah ke lokasi ini," gumam Saraswati ketika membaca isi pesan, bahkan sudah tercantum sebuah alamat di dalam pesan itu.Tak menunggu waktu lama, Saraswati berjalan keluar dari rumahnya, dia masuk kembali kedalam mobil dan pergi ke tempat tujuan.Di dalam perjalanan Saraswati tak fokus menyetir, dia bahkan hampir saja menabrak seorang pejalan kaki.Gadis itu tak bisa memusatkan pikirannya dengan benar, dia kepikiran dengan kedua orang tuanya yang disandra, bahkan bukan uang tebusan yang diminta, melainkan dirinya yang harus datang ke suatu tempat."Sialan! Apa yang mereka mau dariku," ucap Saraswati kesal, baru kali ini dia mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya.Tak memakan waktu lama, akhirnya mobil Saraswati tiba di alamat yang di tuju, terlihat sebuah gedung besar yang sudah tak terpakai."Gelap," gumam Saraswati, karena waktu sudah semakin malam.
CEKLEK!! "AMANDA!?" "ARGHH!?" Saraswati langsung kaget melihat Amanda yang menjerit kesakitan sambil memegang perutnya, dengan sigap Saraswati mendekat dan menenangkan Amanda. "Tarik nafas, lalu hembuskan secara perlahan-lahan," ucap Saraswati menenangkan Amanda. Amanda menarik nafas serta menghembuskannya secara perlahan-lahan, tapi konsentrasinya selalu gagal karena rasa sakit yang begitu hebat di belakang dan perutnya. "Se--sepertinya aku mau melah ... hirkan," ucap Amanda tersenggal-senggal. Saraswati meneguk ludahnya kasar, dia bingun di situasi seperti ini, apa dia harus memindahkan Amanda dari tempat ini. "Kamu harus pindah ke rumah sakit lain," ucap Saraswati dan mencoba membangunkan Amanda. Amanda masih saja mengeringis kesakitan. "Gak! Aku gak tahan lagi Saraswati, aku mohon bebaskan aku dari rasa sakit ini," ucap Amanda menangis hebat. Saraswati mengacak rambutnya frustasi, dia bahkan me
"ARGHHHH!?"DUARRRR!?Teriakan Amanda yang begitu kencang, serta diiringi dengan suara ledakan yang cukup besar.Saraswati terdiam membeku sambil menatap anak bayi yang baru lahir di tangannya, tak lama air mata langsung turun membasahi pipinya.Dia juga melihat cahaya besar yang berada di kejahuan, Saraswati memeluk pelan tubuh bayi Amanda sehingga baju yang ia pakai langsung berlumuran darah.Saraswati berhasil menyelamatkan satu nyawa kedunia, tapi dia gagal menyelamatkan ratusan nyawa di dalam rumah sakit."UEKHHH ... UEKHH!!" Suara tangisan bayi langsung menyadarkan Saraswati, dia menatap bayi yang menangis dengan keras itu."Aku berhasil menyelamatkanmu, tapi ... aku gagal menyalamatkan semua orang," gumam Saraswati dan langsung menangis dengan isak.Gadis itu terlarut dalam pikirannya sendiri, dia bahkan hampir saja kehilangan kesadaran karena terlalu banyak beban pikiran yang ia keluarkan hari ini."Kamu harus hi
Pagi hari yang cerah, semua orang mulai kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.Cuaca yang secerah ini, seakan-akan kejadian kemarin malam tidak pernah terjadi sekalipun.Semua media radio, sibuk sekali membagikan berita terpanas kemarin malam, berita yang menggemparkan seisi kota."Pagi ini, para Timsar sudah melakukan pengecekan dan evakuasi semampu mereka, dan kabar buruknya, sudah terindentifikasi bahwa tidak ada korban yang selamat dari pengeboman ini, saat ini para polisi masih mencari tahu dari mana asal ledakan besar ini berasal, ka--"Siaran radio langsung dimatikan oleh seseorang, pria tua itu menatap anaknya yang tengah menangis hebat."AMANDA!" teriak Roger dengan penuh kesedihan.Justin hanya bisa menundukkan kepalanya, bahkan saat dia datang kemarin malam pun, hanya bisa terdiam tanpa kata, setelah melihat puing-puing bangunan yang sudah hancur terbakar."Gak mungkin, ini gak mungkin." Roger menggelengkan
CKITT Mobil hitam pekat yang dikendarai oleh Saraswati, kini berhenti tepat disebuah rumah sakit. Saraswati keluar dari mobil dan berlari pelan masuk kedalam rumah sakit. "Permisi ... pasien yang bernama Amanda Elios, ada diruangan berapa?" tanya Saraswati kepada salah satu resepsionis. "Ok saya lihat dulu, ah pasien yang bernama Amanda Elios berada di ruangan 102," jawab resepsionis itu. "Baiklah, terima kasih," ucap Saraswati dan berlari menuju kamar 102. Saraswati menaiki anak tangga satu persatu, dikarenakan ini adalah rumah sakit yang kecil, Saraswati dengan mudah menemukan ruangan yang ditempati Amanda. TOK TOK CEKLEK!! Saraswati menatap seorang pria yang baru saja membukakan pintu dari dalam ruangan. "Dengan mbak Saraswati?" tanya pria itu dan mendapat anggukan pelan dari gadis itu. Pria itu langsung menyuruh Saraswati masuk kedalam, mata Saraswati tertuju pada seorang wanita yang tengah t
"Kabar terbaru siang ini, para polisi telah mengidentifikasikan, bahwa ledakan rumah sakit melati, berasal pada salah satu ruangan seorang dokter, dan polisi juga menemukan puing-puing bekas bom yang terdapat di tkp, saat ini polisi sedang mencari keberadaan dokter tersebut, sekian berita hari ini, kami dari Onetime melaporkan."BZZZTT!!Radio langsung dimatikan oleh seseorang setelah memberikan kabar berita siang ini.Satu jam yang lalu, Saraswati berhasil menyelamatkan kedua orang tuanya, dan kini mereka sedang berada di rumah pribadi milik Loren."Kamu sedang dalam pencarian," ucap Loren terhadap gadis di depannya itu.Saraswati menundukkan kepalanya pelan, dia tak sanggup menatap wajah kedua orang tua yang berada di sampingnya."Maafkan aku ayah, ibu, Saras gagal menjadi anak kalian," ucap Saraswati mencengkram bajunya dengan kuat.Ibu Saraswati menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Ini bukan salahmu nak, ini salah orang-orang bre