Pagi hari yang biasanya di awali dengan cerahnya matahari, kini diawali oleh air hujan yang sangat deras.
Pemakaman Arkhen Elios telah selesai, terlihat banyak keluarga dekat dan kerabat, serta para pekerja kantor yang pulang dari tempat pemakaman.
Hanya ada satu orang wanita yang tengah menatap kuburan ayahnya, dia tak bisa menangis lagi, seakan-akan air matanya telah habis untuk di keluarkan.
"Kita harus pulang Amanda, kamu harus istirahat yang cukup," ucap Roger mengelus kedua lengan Amanda.
Amanda tak menjawab pertanyaan Roger, dia hanya bisa menatap lurus kedepan.
"Kamu tahu? Aku tidak rela dengan kepergian ayah, saking tidak relanya, aku sampai mengira bahwa kematian ayah adalah pembunuhan," ujar Amanda dan langsung membuat Roger terdiam sesaat.
"Apa maksudmu? Ini sudah takdir Amanda, ayah juga sebenarnya ingin hidup bersama kita, tapi kalau takdirnya menyatakan dia harus mati yah, kita tidak bisa menghalangi itu," ucap Roger.
BRAKK!!"Dimana dia?" tanya seorang pria saat masuk kedalam rumah, nafas serta jantungnya berdetak tak karuan saat mendengar kabar yang tak enakan.Pria itu menatap beberapa pelayan yang sedang mengerumuni seseorang."Amanda, apa kamu baik-baik saja?" tanya Roger khawatir, dia mendapat kabar bahwa perut Amanda kesakitan.Para pelayan menghindar dan memberi ruang supaya Roger bisa berdekatan dengan Amanda."Kami sudah menyuruh Non untuk pergi kerumah sakit, tapi di bersikeras untuk tak pergi," jelas para pelayan.Roger menatap Amanda yang tengah berbaring pulas di atas kursi, tangannya mengusap pelan dahi Amanda."Ayo pergi kerumah sakit," ajak Roger.Amanda menggelengkan kepalanya. "Cuman sakit sebentar, pasti sakitnya bakal hilang lagi."Roget tak mendengarkan perkataan Amanda, dia dengan cepat membopong tubuh munggil Amanda."Kita kerumah sakit sekarang, kamu harus melakukan pengecekan," ucap Roger dan berjalan
CKLEKK!!Pintu terbuka dengan lebar, terlihat seorang pria yang datang dengan keadaan yang tergesa-gesa, dia menatap seseorang yang sedang duduk santai sambil meminum teh hangatnya."Apa saya datang terlambat?" tanya pria itu."Tidak, aku juga hanya menunggu disini beberapa detik saja," ucap pria itu dan masih menikmati tehnya."Baguslah, jadi apa bisa kita mulai, tuan Loren?" tanya Roger dan duduk di depan kursi pria yang bernama Loren.Loren menatap Roger sesaat, dia pun meletakan teh dari tangannya dan mengambil sesuatu berkas dari dalam tasnya."Jadi maksud kedatanganmu kesini untuk mencari tahu siapa ahli waris keluarga Elios?" tanya Loren tapi tangan dan matanya tak lepas dengan berkas-berkas di depannya.Roger mengaggukkan kepalanya pelan. "Iya, aku takut jika ahli waris keluarga Elios jatuh di tangan yang salah."Loren menghentikan gerakan tangannya, dia menatap Roger sesaat, lalu kembali ke aktivitasnya.Roger m
Pagi bersinar cukup terang, terlihat orang-orang sudah berjalan melakukan aktivitas mereka, tak lupa akan ciutan burung-burung yang bertebrangan di angkasa. Terlihat seorang pria baru saja memasuki sebuah rumah kediaman keluarga Hernandos. KRIETT!! Pintu terbuka dengan lebar, pria itu menatap beberapa kumpulan orang yang sedang menyantap sarapan pagi mereka. "Apa maksud kedatanganmu ketempat ini, Roger?" tanya Jordan Hernandos, ayah kandung Roger dan Justin. "Kenapa kamu sekejam ini pada anakmu sendiri, aku datang hanya untuk menyapa keluargaku," jawab Roger sembari menduduki sofa, tak lupa tangannya mengambil beberapa camilan di atas meja, lalu memakannya. Justin menghentikan makannya, dia menatap kakaknya yang tengah duduk santai itu. "Kamu terlihat santai, padahal baru beberapa hari yang lalu kamu sedang berduka," ucap Justin dan membuat Roger sedikit tak suka dengan ucapan itu. Roger meletakan camilannya, dia menata
"Jadi dimana dia sekarang?" tanya seorang wanita kepada orang yang dia telfon.Orang itu menjawab. "Dia baru saja keluar dari rumah keluarga Hernandos, ah ... dia juga sempat menemui salah satu petugas kebersihan keluarga Hernandos.""Apa dia sudah pergi dari kediaman Heranandos?" tanya wanita itu lagi."Iya, dia sempat memberikan kartu pengenalnya kepada petugas itu, lalu dia pergi dengan mobilnya," jawabnya dengan jelas."Petugas siapa yang dia temui? Cari tahu tentang pria itu, dan jangan sampai kamu kehilangan jejaknya, Loren," ucap wanita itu, dia berpegang teguh kepada Loren."Baik Non Amanda, saya akan lakukan semampu saya," ucapnya dan langsung mematikan telepon.Amanda menghela nafasnya kasar, dia tak percaya, kini salah satu orang yang dia curigai adalah suaminya sendiri.Walau beribu-ribu orang, bahkan saudara terdekat, entah kenapa Amanda merasakan bahwa Rogerlah dalang di balik pembunuhan ayahnya."Kepalaku pusing,
Jam menunjukan pukul 22:00 tepat, terlihat seorang pria menatap gedung kosong yang terlihat begitu menyeramkan.Pria itu sedikit ragu untuk berjalan masuk kedalam gedung, dia takut jika dia akan dikhianati oleh orang itu."Kenapa dia memintaku untuk bertemu di tempat ini? Apa dia mau menjebakku?" batin Jakson, dia menatap pesan yang dikirimkan Roger.Jakson hanya bisa memandangi gedung itu, dia masih saja sensitif dan tak bisa mempercayai Roger begitu saja, apalagi mereka baru saja bertemu tadi pagi.TING!Bunyi pesan masuk, Jakson menatap layar ponselnya lagi, dia membaca pesan yang dikirimkan Roger."Aku punya sesuatu didalam sini, tenang saja, aku tidak akan mengkhianatimu, justru kamu akan bahagia jika kamu masuk kedalam gedung ini, Jakson Helio."Pesan itu tertulis jelas di layarnya, Jakson menatap sekeliling, dia meneguk salivanya kasar."Apa aku di awasi? Dimana mereka?" batin Jakson takut, bahkan di dalam kegelapan ini,
BRAKK!!Sebuah tas hitam besar terjatuh tepat di depan seorang pria, pria itu menatap tas itu dan memeriksanya."Bagaimana? Apa kurang cukup?" tanya Jakson sambil menunjukan smirk di bibirnya.Setelah malam di saat Jakson bergabung dengan Black Tiger, Roger telah menyusun sebuah rencana.Roger menyuruh Jakson untuk mencari sebuah bom ilegal di pasar gelap, dia sudah lama mencari bom, tapi rencananya selalu gagal untuk memasuki pasar gelap.Bahkan Roger bersyukur sempat mengambil Jakson sebagai anteknya, dia tahu bahwa Jakson merupakan mantan seorang kriminal di pasar gelap.Roger terkekeh pelan, dia tak percaya akan mendapatkan barang yang dia inginkan secepat ini, dia kagum dengan koneksi yang dimiliki Jakson."Ini sudah cukup, terima kasih Jakson," jawabnya sembari tersenyum dan menatap bom itu.Jakson ikut tersenyum ketika melihat senyum Roger. "Apa yang kamu lakukan dengan bom ini? Roger?" tanya Jakson, dia dari kemarin ing
Sunset di sore hari telah mengeluarkan warnanya, terlihat burung-burung yang bertebrangan hendak pulang ke rumahnya, tak hanya binatang, para manusia yang bekerja juga pulang ke rumah mereka masing-masing.Di sebuah rumah sakit, terlihat seorang dokter muda yang cantik baru saja keluar dari ruangan pasiennya.Gadis itu memeriksa tasnya takut ada yang ketinggalan, hari ini dia pulang cepat ke rumah, karena tidak punya sift malam."Mau pulang yah Saras?" tanya salah satu teman perawatnya.Saraswati yang keasikan mengecek barang-barangnya pun terpaksa berhenti, dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Semangat sift malamnya, Raisa," ucap Saraswati memberi semangat kepada temannya, Raisa."Nanti temenin aku di sms yah? Aku bosan kalo berjaga gak ada teman," ucap Raisa manja.Saraswati menganggukkan kepalanya, dia tersenyum lepas menatap temannya itu, biasanya dia dan Raisa selalu sift pagi bersama, entah kenapa jadwal mereka terpisah.
TING!!Pesan masuk, dengan cepat Saraswati membuka dan membaca pesan itu. "Datanglah ke lokasi ini," gumam Saraswati ketika membaca isi pesan, bahkan sudah tercantum sebuah alamat di dalam pesan itu.Tak menunggu waktu lama, Saraswati berjalan keluar dari rumahnya, dia masuk kembali kedalam mobil dan pergi ke tempat tujuan.Di dalam perjalanan Saraswati tak fokus menyetir, dia bahkan hampir saja menabrak seorang pejalan kaki.Gadis itu tak bisa memusatkan pikirannya dengan benar, dia kepikiran dengan kedua orang tuanya yang disandra, bahkan bukan uang tebusan yang diminta, melainkan dirinya yang harus datang ke suatu tempat."Sialan! Apa yang mereka mau dariku," ucap Saraswati kesal, baru kali ini dia mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya.Tak memakan waktu lama, akhirnya mobil Saraswati tiba di alamat yang di tuju, terlihat sebuah gedung besar yang sudah tak terpakai."Gelap," gumam Saraswati, karena waktu sudah semakin malam.