Jika kalian membaca sampai sini, tolong repotkan diri dengan berkomentar, ya.
Sinar mentari menyelinap melalui jendela, memeluk wajah remaja berumur tujuh belas tahun berambut hitam yang tertidur lelap. Tidak lama kemudian, alarm yang disetel berdering keras.“Berisik, aku sudah bangun,” ujarnya dengan malas dan mematikan alarm. Sontak dia terbangun, iris matanya yang biru seakan menyinari kamar berantakan dan gelap itu. Meskipun sudah bangun, belum ada tanda-tanda darinya ingin meninggalkan kasur, sampai dia ingat sesuatu teramat penting yang mengharuskannya bangun sepagi ini. “Benar! Aku harus membeli figure edisi terbatas!” dia bergegas bangkit dari kasurnya dan membersihkan dirinya dengan air. Sesudahnya, dia segera mengenakan jersey merah dengan baju hitam di dalamnya dan membawa uang pribadinya. Remaja itu bernama Kanzaki Pratama, seorang pemuda yang menghabiskan kesehariannya bermain game dan mengurung dirinya. Jarang bersosialisasi dengan lingkungannya, bahkan dia tidak mengenal tetangganya sendiri. Hidup menjadi beban bagi
Dia berharap Kanzaki akan jera dan merenungkan perbuatannya lalu memberikan permintaan maaf kepadanya. Gadis itu awalnya tidak berencana melakukan kekerasan semacam ini, mau bagaimanapun yang ada dihadapannya seorang pria. Jika berhubungan dengan kekuatan fisik, dirinya jelas tidak sebanding. Belum lagi perawakan Kanzaki tidak seperti pengurung diri pada umumnya, tubuhnya justru terlihat berbentuk dan kuat. Dia jelas memperhatikan kesehatan tubuhnya dan rajin berolahraga. “Ini sakit, gadis sialan! Bukan salahku mengatakan itu, salahkanlah ibumu yang memiliki genetika dada kecil!” Kanzaki mulai menaikkan suaranya. Selain rasa sakit tidak terlihat di dadanya, Kanzaki hampir tidak pernah lagi merasakan rasa sakit secara fisik. Tidak peduli seberapa sering seseorang merasakan sakit, tidak akan ada satupun manusia yang akan terbiasa. “Anggaplah tamparanku mewakili kekecewaan orang tuamu!” balas gadis tersebut. Kanzaki dengan lesu menurunkan bahunya, wajahnya yang
“Selamat datang di alam kematian, wahai yang terpilih, Kanzaki Pratama.” Suara lembut menembus gendang telinganya, lantas dia membuka mata dan menemukan gadis teramat cantik. Iris mata ungu yang serasi dengan rambutnya, gaun putih keunguan yang seperti seorang bangsawan dia kenakan, betis dan pahanya terekspos dengan jelas. Lekuk tubuhnya juga bagus, sesuatu yang mungkin akan membuat wanita di dunia iri kepadanya. Kecantikan yang tiada bandingnya, Kanzaki sangatlah terpesona oleh gadis di depannya. “Kamu siapa? Dan di mana ini?” tanyanya dengan bingung. Kanzaki akhirnya ingat bahwa dia seharusnya sudah mati terlindas truk. Dia memang tidak pernah merasakan kematian sebelumnya, namun Kanzaki segera menyimpulkan bahwa ini alam kematian. Persis seperti perkataan wanita di depannya.“Aku adalah Violet, Dewi Violet yang mengawasi ruangan antara manusia bumi dengan alam kematian,” jawabnya dengan senyuman lembut. Kanzaki sedikit merona melihat gadis cantik y
“Um, Dewi Violet. Di mana jalan yang menuju neraka? Aku tidak melihat pintu atau apapun di sekitar sini.” Kanzaki memperhatikan sekitar dengan heran. “Tentang itu, kamu tidak akan dikirim ke neraka, surga juga tidak. Ada tempat yang menurutku mungkin lebih baik dari neraka ataupun bumi tempatmu tinggal.” Dewi Violet menunjukkan senyumannya. Kanzaki bukanlah orang naif yang akan berpikir dirinya dialihkan ke surga. Jika memang demikian, Dewi Violet seharusnya mengatakan, “Tempat terbaik di alam semesta,” dan bukan “Lebih baik dari neraka.” Selain itu, Dewi Violet tampaknya mengetahui kehidupan yang dijalani Kanzaki dan karena itulah dia menyebutkan bumi bukan tempat yang bagus bagi Kanzaki. “Lalu ke mana aku akan pergi? Jika itu lebih baik dari neraka dan bahkan bumi, aku tidak akan menolaknya,” ujar Kanzaki. Sejujurnya dia tidak ingin pergi ke tempat semenyeramkan neraka. Dia juga tidak ingin kembali ke bumi, bahkan jika itu reinkarnasi dan sejenisnya. Bila m
Dia telah melihat bagian kecil dari dunia yang akan menjadi tujuannya. Kurang lebih dia bisa menarik kesimpulan dari berbagai ingatan yang dia lihat menjadi satu kata, neraka. Dunia kacau seperti itu bukan tempat yang layak untuk menjalani kehidupan damai. Bahkan penderitaan Kanzaki tidak sebanding dengan mereka yang tinggal di dunia tersebut. “Ya, daripada memberikanmu sisi baik dunia tersebut yang bagaikan ilusi, jauh lebih baik bagimu mengetahui sisi gelapnya. Di sana, kamu memiliki tugas untuk menaklukkan Empat Pangeran Neraka yang tinggal di menara.” Dewi Violet membantu Kanzaki duduk di kursinya. Empat Pangeran Neraka adalah empat iblis tingkat tinggi yang datang dari dunia bawah untuk memberikan kehancuran. Masing-masing dari mereka membangun pasukannya sendiri dan bertindak secara individu. Meskipun tidak tampak bersekongkol, pada kenyataannya mereka memiliki tujuan yang sejalan. Tujuannya adalah memberikan teror kepada kehidupan yang tinggal di dunia fan
Angin menderu, suara kicauan burung yang stereo di telinga, udaranya segar tanpa polusi dari kendaraan bermesin. Namun dia belum melihat sperti apa rupa dunia ini. Kanzaki merasa takut membuka matanya. Setiap kali dia melakukannya, tampilan akan dirinya yang menyedihkan dari balik kaca, sosok yang dia benci menjadi pemandangan yang dia lihat, yaitu dirinya sendiri. Untuk alasan menyedihkan semacam itu, dia takut melihat apa yang ada di depannya. Akankah itu dirinya yang busuk, menyedihkan dan sampah? Ataukah pemandangan baru dari dunia yang dia pikir tidak akan pernah bisa dirinya kunjungi? “Kamu boleh membuka mata, Kanzaki. Tempat ini sengaja kupilih untuk menjadi pemandangan pertama dari duniamu yang baru.” Suara lembut, penuh cinta dan kehangatan berbisik di sisinya. Hatinya melompat senang dan ingin mengetahui siapa si baik hati yang begitu peduli kepadanya. Perlahan Kanzaki membuka matanya. Tatkala dia membuka matanya, air mata besar membasahi pipinya. T
“Kalau begitu Violet, ke mana langkah kita selanjutnya? Dari ingatanku kota Vega adalah yang terdekat.” Kanzaki meregangkan tubuhnya. Berkat ingatan yang diberikan Violet kepadanya Kanzaki mengetahui peta dunia ini dan lokasinya saat ini berada, Valhalla yang berada cukup jauh dari tempat kekacauan sesungguhnya berada. Jika ingatannya benar maka selain Empat Pangeran Neraka ada musuh lain yang sama berbahayanya dengan mereka namun untuk sekarang bukanlah waktu untuk memusingkannya. “Seperti perkataanmu bahwa kita akan pergi ke kota Vega yang merupakan kota para petualang pemula berkumpul. Kamu akan memulai adaptasi diri di kota Vega dimulai dari terbiasa dengan budaya, makanan dan membunuh monster.” Violet memberikan senyuman penuh semangat. Kanzaki menduga bahwa perjalanan ini tidak akan membosankan dengan Violet di sisinya, lagipula dia cukup menyukai mengembara berdua dengan seorang gadis ketimbang pria, keberuntungan besar bahwa yang mendatanginya seorang Dew
“Hanya dimiliki oleh Pahlawan ... apakah maksudmu, aku juga seorang Pahlawan?!” Kanzaki mulai bersemangat saat mengetahui dirinya menjadi tokoh penting begitu tiba di dunia ini.Violet melebarkan matanya dan menatap penuh arti, “Tentu saja itu tidak pasti. Kamu menerimanya langsung dari Dewi sepertiku. Seharusnya ada beberapa prosedur tertentu untuk seseorang menerimanya namun kamu adalah pengecualian karena aku akan pergi bersamamu.”Kanzaki segera kecewa karena telah mengharapkan hal konyol. Setelah dipikirkan lagi Pahlawan adalah sosok suci dan memiliki rasa keadilan yang tinggi. Jika dibandingkan dengannya maka sama artinya seseorang menghina Pahlawan karena membandingkannya dengan Kanzaki.Sepatutnya begitu, ya. Sampah sepertiku yang tidak ragu menghajar wanita bukanlah orang cocok menjadi Pahlawan. Pikirnya.“Huh. Lalu untuk apa kamu memberikannya padaku jika bahkan aku tidak memenuhi syarat menjadi Pahlawan?”“Tidak ada yang tahu tentang itu, barangkali kam
“Tolong! Cepat tolong aku, Violet!”Kanzaki yang tengah dikejar siput berkaki mulai menangis dan teriak seperti bayi.Bagaimana tidak? Sebagai manusia bumi ini adalah pengalaman pertamanya melihat siput berkaki.Hanya apa yang membuat dunia ini menjadi begitu aneh?!“Aku hanya bisa menyembuhkan saja! Sebagai Dewi yang menyembuhkan dan kehidupan, aku tak bisa menyakiti kehidupan apapun selain iblis!”“Gak guna banget, lo!”Seperti biasa apa yang ada di pikirannya keluar begitu saja.Dengan perlengkapannya saat ini sulit untuk Kanzaki mengatasi monster terlemah sekalipun. Dia tak memiliki pilihan lain selain terus melarikan diri dan mencari cara untuk keluar dari situasi saat ini.“Sial! Andaikan saja aku punya garam mungkin bisa membunuh siput keparat ini!”Siput makhluk berlendir yang bagi Kanzaki seperti lintah dengan cangkang. Dia percaya bahwa siput juga tak tahan dengan lendir meski tak tahu apakah benar atau tidak.Selagi terus dalam pelarian Kanzaki menyadari bahwa perut siput ya
“Kanzaki ... larilah dengan segenap kekuatanmu!” Di kejauhan Violet berseru dengan penuh keceriaan sekalipun orang yang dia dukung sedang dalam penderitaan.“Emaakkk!”Sebagai petualang pemula mereka harus mengambil quest dengan tingkat mudah. Sebagai seorang pemuda yang memiliki bakat spesial karena membuka dua Job langka, Kanzaki awalnya menyombongkan diri.Kanzaki begitu yakin bahwa hanya melawan siput takkan membuatnya kerepotan meski terdapat catatan bisa membunuh. Namun sekarang dia sungguh memiliki penyesalan tentangnya.“Apa-apaan ini ... sejak kapan siput bisa secepat ini?! Aku tidak memiliki ingatan bahwa siput di dunia ini secepat motor!” Kanzaki menyerukan keluhannya selagi dalam kejaran delapan ekor siput.Violet mengikuti Kanzaki di belakang siput-siput dengan riang dan tersenyum lebar, “He he, dikarenakan informasi yang aku berikan adalah informasi di masa lalu, jadi ada perbedaan signifikan tentangnya. Para siput itu salah satunya, seiring wa
Arch Priest, sebuah Job tingkat langka dan mendekati legendaris. Job tersebut biasa ditemukan dalam banyak kisah tentang kepahlawanan dunia ini. Artinya, mereka yang memiliki Job tersebut adalah sosok yang luar biasa spesial.Selain hanya wanita yang bisa memilikinya, butuh kesucian dan kemurnian seorang wanita di tingkat tertentu agar bisa memilikinya. Selain kesucian, konon hanya wanita polos yang tidak memahami sesuatu yang kotor saja yang berhak mendapatkannya.“Tahukah kamu, bahwa kepolosan gadis Arch Priest berada di luar nalar manusia. Menurutmu mengapa banyak pria tertarik dengan temanmu itu?” Stupid menunjuk para petualang yang merona dan mesum ketika melihat Violet.Pemikiran Kanzaki sangat normal dan logikanya langsung memahami tujuan pembicaraan, “Singkatnya ini berhubungan dengan hal-hal seperti kenikmatan surgawi, kan?”Hal yang paling mendominasi isi kepala para pria adalah tidak lain dan bukan soal berhubungan intim. Kanzaki sangat menyangkal keb
“Ya, setidaknya aku bisa membantumu bersemangat!” Violet berkata dengan semangat dan wajah polosnya.Itu memang membantu namun tidak ada gunanya ketika pertempuran dimulai. Kanzaki hendak mengatakan sesuatu namun dia mengurungkannya untuk saat ini.“Terkadang aku penasaran kamu ini bodoh atau apa.”Violet kemudian meletakkan tangannya di alat lainnya dan memunculkan statistik di tangan kanan. Lina membaca Job apa saja yang didapatkan oleh Violet.“Kamu ... wanita yang sangat suci!” Lina berkata dengan terkejut, “Arch Priest, ini Job tingkat tinggi yang langka!”Para petualang kembali terkejut dan bersorak riang. Sepertinya Job itu memiliki keistimewaan tertentu sehingga orang-orang menjadi sangat bersemangat, terutama para pria yang membuat wajah mesum.Kanzaki penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi, meski dia memiliki pengetahuan yang diberikan Violet, ada terlalu banyak untuk digali.“Apa sebegitu hebatnya Job tersebut?” Kanzaki memirin
“Kamu tak bisa menyentuh pedang lagi? Itu sangat bodoh.” Stupid yang mabuk berkata mengejek.“Itu juga berlaku untukmu yang tidak mampu memegang tombak.” Lina menyela dengan kecaman lelah kepada Stupid.“Apa maksudmu? Jika tombak, aku selalu memolesnya setiap malam dan membawanya ke manapun.” Stupid berkata, dia memajukan pinggulnya dan memamerkan sesuatu di selangkangannya, “Aku selalu membawa tombak di dalam celanaku ini!”Semua orang menatapnya seperti sampah yang paling rendah, hanya Violet yang menatapnya dengan tertarik, “Kamu mampu membawa tombak di dalam celana? Itu hebat.”Sebagai seorang Dewi dia terlalu polos dan mudah teralihkan. Para petualang mulai menjelaskan kepada Violet apa yang dimaksud Stupid, sampai dia memahaminya, Violet segera memberikan tendangan kuat ke pria mabuk yang konyol itu.“Aku masih belum menentukan Job seperti apa yang ingin aku ambil. Apa tidak masalah jika aku tidak memilih apapun selama beberapa waktu?”“Itu tidak bisa kar
Kanzaki memegang dagunya dan berpikir, “Kamu bertanya kenapa ... jika aku memilih salah satu dari Job langka tersebut maka aku hanya bisa mempelajari kekuatan dari Job itu, kan?”Lina, Violet dan semua petualang yang mendengarkannya hanya mengangguk sebagai tanggapan atas pertanyaan Kanzaki. Melihat mereka masih menantikan jawaban, sangat jelas bahwa tidak satupun memahami niatnya.Dari yang ada di dalam ingatannya, seseorang hanya bisa mempelajari skill menengah dan tingkat tinggi dari Job yang dia pilih. Tentunya skill dasar juga bisa dipelajari terlepas dari Job apa yang diambil namun jika misal saja Kanzaki mengambil Necromancer dan mencoba mempelajari skill memanah tentunya tidak akan bisa.Job seperti kekang yang membuat seseorang tidak bisa menjadi terlalu kuat.“Jika begitu pilihan skill akan sangat terbatas dan aku tidak ingin dibatasi. Memilih Job terlemah adalah jalan lain agar aku bisa mempelajari banyak skill yang aku inginkan nantinya.”Meski K
Kanzaki meletakkan tangannya di Stats Crsytal dan merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhnya. Stats Crsytal mengeluarkan cahaya kebiruan terang selama beberapa detik sebelum menghilang.“Biar aku periksa dulu ... kamu memiliki kekuatan dan ketahanan fisik yang tinggi, energi sihir yang ada dibatas rata-rata, keberuntungan dan kesialanmu cukup tinggi, ya, seakan-akan keduanya saling mengimbangi.”Kanzaki tidak tahu baik atau buruknya namun dia tidak mempertanyakan tingkat kesialannya. Sejak lahir dia sudah terbilang sial jadi tidak mengejutkan jika tingkatnya tinggi. Dari pada hal itu, bagian paling menariknya adalah sihir!“Jadi-jadi, apa Job-ku?! Apakah itu ahli sihir yang luar biasa hebat atau bahkan Raja?!” Kanzaki mendengus semangat, seakan-akan ada asap putih keluar dari hidungnya.Lina tampak bermasalah karena Kanzaki begitu bersemangat, “Aku pikir yang terakhir hanya mungkin jika kamu anggota kerajaan. Mengenai Job hanya akan muncul saat kamu membuat i
Tiba di loket pendaftaran mereka bertemu seorang wanita cantik dengan rambut coklat dan kacamata. Tubuhnya tidak kalah menarik dari Violet, bedanya wanita itu memiliki aset yang lebih besar jika dibandingkan dengan Violet.“Selamat datang di guild petualang, namaku Lina. Kalian berdua sepertinya baru di sini, ada yang bisa saya bantu?” Suaranya sangat lembut sampai membuat Kanzaki terkesima namun yang membuatnya membantu bukan hanya suara ataupun tubuh.“Um, Tuan? Jika anda melihat saya seperti itu, rasanya sedikit ...” Lina menggeliat dengan tangannya melipat di depan perut dan wajahnya sedih merona.“Elf.”“Hah? Apa kamu mengatakan sesuatu?” Violet mendekatkan telinganya untuk memastikan kata-kata Kanzaki.“Ada Elf di sini. Apa ini? Apa-apaan ini, apakan tempat ini surga? Ini pasti surga, Elf ada di dunia ini!” Kanzaki mulai berteriak dengan sangat semangat.Selama ini dia selalu berpikir bahwa Elf hannyalah cerita dalam legenda dan bagian dari imajinasi manu
Kanzaki memandang dengan kagum pemukiman dari kota pertama yang dia masuki sejak tiba di dunia ini. Tidak ada hal spesial, bangunan dan pakaian dari rakyat dunia ini bernuansa abad pertengahan.“Inilah kota petualang pemula, kota Vega. Kamu akan mendaftarkan diri sebagai petualang karena aku tahu kamu lebih tertarik menjadi petualang ketimbang pedagang, atau bahkan kuli bangunan, kan?” Violet tersenyum menggoda selagi memimpin jalan.“Jika ada pekerjaan mengukur tubuh wanita, dengan sangat bersedia aku akan mengajukan diri di tempat pertama.” Kanzaki mengatakannya dengan lancar seakan tidak memikirkan apapun.Violet sedikit terkejut namun menghiraukannya, “Kamu beradaptasi dengan cepat sampai mampu mengatakan hal itu di depan seorang Dewi.”“Kamu mengatakan sesuatu?”“Tidak ada.”“Meski begitu penduduk di sini terlihat sangat santai terlepas dari peristiwa mengerikan yang sedang terjadi.”Kanzaki tahu bahwa krisis masih terjadi di sana-sini dan setiap keraja