Home / CEO / Revenge In Love / Chapter 04

Share

Chapter 04

last update Last Updated: 2024-11-02 19:46:48

Sebuah tangan kekar terulur perlahan, mengangkat sebuah foto usang yang selalu ia simpan di samping tempat tidur. Kedua bola mata yang biasanya tajam dan menghunus itu seketika layu saat menatap seulas senyum hangat yang tak lagi mampu ia temui. Waktu seolah berhenti.

Jemarinya menyentuh lembut permukaan foto itu, seakan ingin menyentuh kembali kenangan yang tak tergapai. Di dalam dadanya, kerinduan dan penyesalan bercampur menjadi satu, menyesakkan tanpa henti.

Tatapannya terhenti di wajah wanita dalam foto tersebut, satu-satunya alasan ia pernah merasa pulang. "Andai aku bisa memperbaiki semuanya..." bisiknya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam kesedihan yang tak berujung.

Tiba-tiba saja, sebuah tangan dengan jemari yang lentik ikut menyentuh ujung foto tersebut, membuatnya tersadar dari lamunan panjang. 

“Dia sangat cantik!” 

Pria itu menoleh, seulas senyum langsung terbentuk meksi sangat tipis saat mendapati sosok gadis yang kini sudah berdiri tepat di sampingnya, menatap foto yang sama dengan rasa ingin tahu. 

“Vale, sejak kapan kamu berdiri di sini?!” 

Vale, wanita pemilik mata tajam berwarna hazel tersebut, tak sedikitpun menggubris, justru dia tampak semakin lekat saat menatap sosok dalam foto tersebut. 

“Paman!” 

Sejenak gadis itu menoleh, menatap ke arah Lucas dengan senyum yang perlahan menggembang, senyuman yang sangat familiar, juga begitu mirip dengan wajah yang ada di foto. Bahkan tatapan matanya, sorot hangat dan penuh cinta, sama persis seperti sosok yang kini tak ada lagi diantara mereka. 

“Aku ingin mendengar lebih banyak tentangnya. Tolong berikan kesempatan itu untukku, meski dia telah tiada!”

Namun, siapa sangka jika senyum yang jarang sekali gadis itu perlihatkan, berhasil membuat jantung Lucas berdegup tak karuan. Waktu seakan membawanya kembali pada sosok yang masih tetap abadi dalam hati dan pikiran.

Meski suaranya terdengar parau, Lucas tetap berusaha membuka suara, memaksa isi pikirannya keluar meski terasa berat di tenggorokannya. “Iya, Paman akan segera menceritakan semuanya.”

Perempuan di hadapannya itu, menatap sejenak ke arahnya, lalu kembali menunduk, memperhatikan foto di tangannya. "Dan, apa ibuku dulu juga sering tersenyum seperti ini?"

Lucas mengangguk pelan, membiarkan dirinya tenggelam dalam keheningan sejenak, seolah tengah mengakui bahwa yang kini tersisa hanyalah kenangan.

“Iya, dia selalu tersenyum seperti itu. Sejak kecil, senyuman itu tak pernah luntur,” ucap Lucas sambil tersenyum tipis, mengingat betapa cerianya gadis kecil yang dulu selalu bersamanya. 

Namun, kebahagiaan itu seketika seperti terhempas. Kedua matanya mulai berembun. Rahangnya mengeras, kilas balik kisah kelam kembali teringat.  “Dia adalah perempuan yang begitu ceria … hingga akhirnya tipu daya cinta menghancurkan semuanya.”

Lucas terdiam, menahan nafas yang tiba-tiba terasa berat. “Andai aku bisa menghapus semua luka itu, mengembalikan senyumnya yang hilang…”

Genggamannya mengeras di foto yang dipegangnya, amarah dan kesedihan bercampur menjadi satu. “Pria itu benar-benar brengsek! Dia merenggut senyuman terakhirnya… dan aku tidak bisa melakukan apa-apa.”

Suara Lucas semakin serak, hampir berbisik. “Maafkan aku … aku gagal menjagamu.” imbuhnya dan langsung membawa foto itu ke dalam dekapannya.

Sementara itu, Vale yang sedari tadi mendengarkan perlahan mulai merasakan amarah yang membara dalam dadanya. Mata kecilnya kini memancarkan kemarahan yang mendalam. Jari-jari lentiknya mengepal sempurna membiarkan kuku panjangnya menusuk kedalam daging.

"Pria itu benar-benar brengs*ek!" Suara Vale penuh tekad, tatapannya lurus ke depan dengan amarah yang berkibar dalam dada. "Aku nggak akan pernah biarin pria itu hidup tenang. Aku bersumpah akan memenggal kepalanya dengan tanganku sendiri."

Lucas menepuk bahu sang keponakan tanpa ragu, senyuman tipis perlahan terbesit, "Jangan gegabah Vale," titahnya penuh penekanan, sebab dia lebih tahu siapa yang akan menjadi lawannya.

"Tapi dia harus segera mendapat balasan," Vale mendesak, sorot  matanya masih penuh kebencian. "Ibuku harus mendapat keadilan, dan pria itu tidak boleh hidup dengan tenang setelah membuat orang lain kehilangan nyawa. Nyawa harus dibalas dengan nyawa. Bukankah begitu, Paman?”

Kali ini Lucas memilih untuk tidak menjawab, tetapi tatapan matanya tampak begitu dalam, menelisik setiap inci wajah Vale, sebelum akhirnya bertanya, "Apa kamu percaya jika cinta itu benar-benar ada?”

Vale terkekeh, meski tatapan tajamnya tetap tak berubah. “Jika cinta benar-benar nyata, maka rasa itu hanya tumbuh untuk ibuku. Namun, kini ibu telah tiada. Dia pergi, bukan hanya membawa raganya, tetapi juga cinta yang Tuhan anugerahkan untuk anaknya.”

Suara itu bergema dengan tegas, seolah apa yang diucapkan adalah sebuah keyakinan yang tak tergoyahkan. Setiap kata menusuk hati seseorang yang berdiri di balik tembok, menyaksikan percakapan itu dari kejauhan. Mendengar betapa dalamnya kebencian Vale, sosok itu langsung mengepalkan kedua tangan, merasakan perih dan tidak terima dengan ucapan yang ia dengar

“Brengsek! Kalian semua, dasar brengsek!” gumamnya lirih, tak bisa menyembunyikan kekesalannya. “Sebelum mereka, aku pastikan aku dulu yang akan menghabisi nyawa kalian semua!” 

Namun, dalam kegugupannya, kakinya justru menendang sebuah tumpukan kardus di dekatnya. Suara bising itu seketika memecah keheningan, membuat Vale dan Lucas menoleh tajam ke arah asal suara.

“Aku akan menceritakan semua tentangnya!”

Kedua bola mata Vale berbinar cerah, seakan mendapatkan sesuatu yang telah lama ia nantikan. Namun, sebelum sempat ia melanjutkan, suara barang jatuh dari luar ruangan mengejutkan mereka.

“Siapa di sana!” Refleks, Vale menarik senjata yang selalu ia simpan di balik pakaiannya, siap siaga. Sementara itu, Lucas hanya terkekeh geli, tak menyangka betapa miripnya keponakannya dengan dirinya.

“Turunkan senjatamu!” Ucapan Lucas singkat dan padat, namun nadanya penuh wibawa, membuat Vale segera menuruti perintahnya.

Lucas lalu menatap lurus ke arah pintu. “Masuklah, tak perlu bersembunyi di sana, atau Vale akan menghabisimu saat ini juga.”

Tak lama kemudian, terdengar deheman singkat diikuti kemunculan seorang pria dari balik tembok. Ia menundukkan kepala dalam-dalam, seolah mengakui kesalahannya.

Vale berdecak kesal begitu melihat siapa yang datang, sedangkan Lucas melangkah mendekat. Ia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu pria itu, membuatnya mendongak dengan paksa.

“Aku tidak pernah mengajarimu menundukkan kepala seperti itu. Jadi, siapa yang kau tiru?”

Dia, Vincent. Pria itu segera mendongak, membalas tatapan tajam Lucas, lalu menggeleng pelan. “Tidak ada! Hanya saja sepertinya pembicaraan kalian tadi terlalu privasi, dan tidak sepantasnya aku sebagai orang lain untuk mendengarkannya.”

Vale melotot, enggan menerima balasan tersebut, dengan mengambil langkah lebar, kini dia sudah berdiri di hadapan Vincent, dan jangan lupakan pistol yang kini sudah menodong kepala pria itu.

Vake menyeringai, dia berjalan secara perlahan memutari tubuh Vincent dengan senjata yang menempel di kepala pria itu. “Paman, bagaimana jika aku menjadikan kepala pria ini sebagai permulaan.” 

Lucas tekrkeh, dia berjalan mundur  lantas membanting tubuhnya di atas sofa yang berada di sudut ruangan. Sambil menyalakan rokok dia terus menatap interaksi dua sejoli di hadapannya. Ia yakin sang keponakan akan segera mengungkapkan apa yang ia pikirkan.

“Vincent, lo bukan orang lain! Lo bagian dari kita! Lo saudara gue! Sekali lagi lo bilang lo orang lain, gue sendiri yang bakal luncurkan peluru ini ke kepala lo!”

Vincent masih diam, tatapannya datar tatkala melirik ke arah Vale yang sudah berdiri tepat di sampingnya.

“Vale bener! Di sini nggak ada orang lain! Kamu, Vale. Kalian itu sama! Dan kita adalah keluarga.” imbuh Lucas setelah menghembuskan kepulan asap rokok terakhir dan membuat batangnya ke sembarang arah.

“Ayo ngomong sekali lagi! Gue lagi butuh percobaan soalnya.” 

Vincent menarik sudut bibirnya, menciptakan smirk yang penuh tantangan. Tanpa aba-aba, tanganya bergerak bagai kilat, menepis pistol tersebut dari tangan Vale hingga  membentur dinding, dan langsung memelintir lengannya, menguncinya dengan cekatan. Ia mendekatkan wajah ke telinga si gadis, lalu berbisik tajam, "Coba aja kalau berani! Tapi sebelum itu, gue bakal lebih dulu matahin tangan lo Valentina Romano."

Si gadis mendengus, matanya kembali menyala penuh kemarahan, tetapi dia tetap diam, menahan diri dari perlawanan. Lucas yang menyaksikan, hanya bisa menggeleng pelan, tak menyangka, bagaimana jika anak-anak kecil yang dulu suka bersembunyi di balik punggungnya, kini mereka tak hanya bisa mengintai, tetapi juga sudah berani menodongkan senjata.

Namun, di detik berikutnya suasana lamgsung berubah, saat tiba-tiba ponsel Lucas berdering. Vincent segera melepaskan cengramannya, lantas kedua anak manusia tersebut saling melirik sebelum mendekati Lucas dengan ekspresinya yang tampak begitu serius. 

"Saya akan segera kesana!" Proa paruh baya itu menutup telepon, wajahnya berubah menjadi cukup serius, rahannya turut menengas, ditambah tatapannya yang begitu tajam.

Dia menatap Vincent, juga Vale secara bergantian. Sementara yang ditatap hanya bisa diam, tak berani menyelak.

"Markas BlackWood di Timur baru saja dibom oleh lawan." Ucap Lucas dingin, semua kata yang terlontar terdengar mengandung kemarahan, dan pastinya itu berhasil membuat empat bola mata lainnya terbuka sempurna.

"Saya harus segera kesana. Dan untuk kalian, jangan pernah meninggalkan satu sama lain." imbuhnya, mantap, sebelum berjalan menjauh.

"Aku ikut." Vale berlari mendekat. Namun, Lucas langsung menggeleng.

"Aku bisa mengurus ini, Paman. Tolong jangan remehkan kemampuanku."

Bukannya menjawab Lucas justru menyeringai, tangannya bergerak pelan, menepuk pundak si perempuan.

"Paman nggak pernah ngeraguin kemampuan kamu. Hanya saya ini belum saatnya, dan kamu masih harus menjadi sebuah rahasia."

Related chapters

  • Revenge In Love   Chapter 05

    Sesaat semuanya menjadi hening, tidak ada suara apapun kecuali hembusan nafas yang saling bersahutan antara kedua anak manusia berbeda gender tersebut. Hingga akhirnya Vale memilih untuk menoleh, menatap pria bertubuh tegap nan tinggi yang berada tepat di sampingnyaPandangannya terus bergerak, menelisik tubuh Vincent dari atas ke bawah, begitu terus hingga berulang kali. Si pria yang sadar akhirnya mendengus kesal, dia menoleh bertepatan dengan Vale yang menatap penuh ke wajahnya.“Apa?!” tanya pria itu ketus, bahkan tanpa menunggu jawaban si perempuan, dia langsung beranjak untuk duduk diatas sofa. “Lo nggak bosen disini terus?” Vale ikut bergerak, dan duduk di samping Vincent. Kedua bola matanya perlahan berputar menatap sekeliling mereka yang nyatanya tak sedikitpun berubah semenjak pertama kali mata mereka melihat tempat tersebut.“Nggak.” Singkat padat, juga tidak minat, begitulah kiranya cara Vincent menjawab, tangan pria itu bergerak pelan mengambil buku tebal yang semula te

    Last Updated : 2024-11-03
  • Revenge In Love   Chapter 06

    Malam menyelimuti jalanan yang sunyi, hanya lampu-lampu kota yang temaram menemani sosok bermata biru layaknya lautan lepas tersebut untuk melaju di bawah langit pekat. Jemarinya erat menggenggam setir, sementara matanya fokus menembus bayang-bayang gelap yang terbentang di depan. Sesekali, bayangan pohon atau gedung tampak samar, melewati kaca sampingnya seperti bayang-bayang yang enggan beranjak.“Maria? Apakah aku benar-benar memiliki rasa padanya?” Pria itu bergumam lirih, berusaha mencari jawaban yang sampai detik ini belum ia temukan. “Jika iya, tapi kenapa rasanya biasa saja!” Dia mulai frustasi, tangannya bergerak kasar meraup wajahnya yang tampak kusut, hingga akhirnya helaan nafas berat ikut terhembuskan. “Dan jika tidak! Lalu seperti apa sebenarnya cinta itu?”“Ck!” Pria itu berdecak semakin kesal, dia memukul-mukulkan belakang kepalanya pada sandaran mobil, berharap dengan itu ia bisa berpikir lebih jernih. “Ayolah Sandro! Jangan bodoh.”Jalanan yang lengang membuat pria

    Last Updated : 2024-11-16
  • Revenge In Love   Chapter 07

    “Argh”Bersamaan dengan suara rintihan yang keluar di antara kedua bibir ranumnya, tangan Vale bergerak menyentuh kepala. Sejenak mengalihkan keheningan yang menjeda, di antara ketiganya.“Vale, mana yang sakit?” Dengan langkah lebarnya Vincent mendekat dan kembali berdiri di sisi ranjang, seketika wajahnya langsung pucat pasi.Akan tetapi belum sempat tangan pria itu bergerak untuk menyentuh tubuh si perempuan Sandro sudah lebih dulu melakukannya.“Kamu tunggu sini ya! Aku panggilin dokter!” ucapnya dengan nada cemas, matanya tak berpaling darinya, memastikan dia tetap aman. Sandro siap berbalik, tetapi tiba-tiba ia merasakan cengkeraman tangan perempuan itu, kuat namun gemetar, menahan pergerakannya.“Nggak usah! Aku fine.” Vale tampak mengulum senyum, sekaan ingin meyakinkan pria dihadapannya. Sandro pun menurut dan kembali berbalik badan, menatap si perempuan sepenuhnya.“Tolong jelasin, kamu siapa? Dan…” Ucapan Vale terjeda, kepala perempuan itu bergerak, seakan ingin menelisik

    Last Updated : 2024-11-17
  • Revenge In Love   Chapter 08

    “Dia udah pergi” Masih dengan suaranya yang terdengar begitu datar, bahkan kali ini sarat akan kekesalan, juga berulang kali pula pria itu terdengar menghela nafas berat.“Cepetan lo buka mata lo dan kita cabut dari sini!” Detik itu juga Vale langsung menyingkap selimut dari wajahnya, dia menatap Vincent dengan seringaian khas yang tampak begitu menawan, tetapi juga mematikan dalam satu waktu. “Gimana? Keren kan sandiwara gue?!” Perempuan itu menaik turunkan alisnya secara bergantian, tetapi sialnya bukan menjawab Vincent justru langsung beranjak tanpa sepatah katapun.Vale, dia sendiri hanya mengedikkan bahu, tidak heran juga tidak peduli dengan sikap rekannya tersebut, sebab selain terbiasa menghadapi Vincent, dia juga tergolong sosok yang tak mementingkan pengakuan orang lain. Akhirnya, setelah menarik napas panjang, perempuan itu segera bangkit, dan melangkah dengan tegas, Dia mempercepat langkah, menyelaraskan diri dengan Vincent yang sudah lebih dulu berjalan dengan langkah

    Last Updated : 2024-11-18
  • Revenge In Love   Chapter 09

    “Sayang!”Suara teriakan yang cukup memekakkan indra pendengaran tersebut, berhasil memaksa tubuh Sandro untuk berhenti sejenak. Pria itu langsung memejamkan mata, seolah mencari ketenangan di balik gelapnya kelopak. Sebuah helaan nafas panjang meluncur perlahan dari bibirnya, membawa sedikit beban yang mengganjal. Ketika matanya terbuka kembali, senyuman tipis langsung menghiasi wajah, tak sepenuhnya tulus, namun cukup untuk menyembunyikan keresahan di hati. Lantas dengan gerakan tenang, ia berbalik, bersiap menghadapi sosok yang tak lagi asing baginya.“Say–”Belum sempat Sandro menyelesaikan ucapannya, sosok perempuan pemilik tubuh bak gitar spanyol, dengan lekuk sempurna dan proporsi yang memukau, serta jangan lupakan bentuk bahu yang ramping saat menopang tubuh jenjangnya dengan percaya diri, sementara pinggangnya yang melengkung halus menyambut pinggul yang membentuk siluet mengagumkan. Dialah Maria, tanpa perlu aba-aba perempaun tersebut kembali berlarian kecil, dan langsung

    Last Updated : 2024-11-19
  • Revenge In Love   Chapter 10

    BRAKK!Meja kayu itu berguncang hebat, bahkan gelas di atasnya nyaris jatuh. Ton menatap lurus ke arah depan, nafasnya memburu seolah mencoba menahan sesuatu yang hendak meledak."Jadi, anak itu masih hidup?" Suaranya berat, nyaris seperti geraman.Dia berbalik dengan gerakan tiba-tiba, matanya menyalak tajam, memindai satu per satu wajah pucat para anak buahnya yang kini tidak berani menatap langsung ke arahnya. Salah seorang dari mereka menelan ludah, terlihat gemetar di sudut ruangan.Ton berjalan mendekat, langkahnya berat, setiap hentakan sepatu menciptakan gema di ruangan itu. "Kalian ... semua ini hanya sekumpulan pecundang!" Katanya sambil menunjuk mereka dengan telunjuknya, tangan kirinya mengepal hingga uratnya terlihat.“Bukankah waktu itu aku sudah menyuruhmu memastikan semuanya,” Ton selangkah lebih maju, pandangannya semakin tajam pada sosok pria yang kini hanya bisa menunduk. “Tapi bagaimana bisa dia masih hidup sekarang, jawab aku!” Tak lagi bisa membendung amarahnya,

    Last Updated : 2024-11-22
  • Revenge In Love   Chapter 11

    Dengan duduk di atas pangkuan sang pria yang masih sibuk dengan layar laptop di hadapannya, Maria tampak berusaha menarik perhatiannya. Jari-jarinya yang lentik memainkan kerah kemeja pria itu dengan lembut, mencoba mengalihkan fokusnya. Namun, alih-alih terganggu, pria itu hanya mengangkat sebelah alis sambil melirik sekilas, senyum tipis menghiasi wajahnya."Kalau kamu terus begini, pekerjaanku nggak akan selesai," gumam pria itu, nada suaranya terdengar datar, meskipun bibirnya terlihat sedikit membentuk lengkungan ke atas. Maria hanya tertawa kecil, memiringkan kepala untuk menatapnya lebih dekat. "Siapa suruh kamu lebih sibuk sama pekerjaan daripada aku?" katanya dengan nada manja, seolah menuntut perhatian penuh darinya."Lagi pula kamu kerja terus! Nggak bosan apa?!” Tambah Maria, suaranya lembut namun memaksa.Pria itu mendesah panjang, berusaha menahan rasa jengah yang mulai mendidih di dadanya. "Maria, ayolah … aku sedang sibuk," jawabnya singkat, tanpa menoleh.Namun, Mari

    Last Updated : 2024-11-23
  • Revenge In Love   chapter 12

    BRUKK“Argh! stt!” Suara yang terdengar begitu nyaring, disusul suara rintihan tersebut membuat Sandro reflek menarik tubuhnya dari Maria, tak peduli dengan sang wanita yang langsung berdecak kesal, pria itu tetap berlari untuk menuju ke depan ruangan.Matanya membola tatkala mendapati salah seorang staf tersungkur di atas lantai dengan beberapa lembar dokumen yang berserakan. Tanpa pikir panjang pria itu ikut duduk hanya untuk membantu mengumpulkan beberapa dokumen. “Maaf, saya tidak sengaja, Pak! Kaki saya tiba-tiba keseleo dan semua dokumen ini jatuh.” katanya begitu lirih, dia menunduk dalam-dalam, tak berani menatap sang atasan.“It’s okay, lain kali hati-hati,” balas Sandro tersenyum ramah, dia mengulurkan beberapa berkas yang ia kumpulakan, dan langsung diterima oleh si perempuan.“Halah, kamu cuma alasan kan? Kamu pasti ngintip aku sama Sandro kan?” Dari dalam ruangan Maria melangkah mendekat, dia bersedekap dada dengan tatapannya yang tidak ramah.“Maria, tolong jaga bicar

    Last Updated : 2024-11-23

Latest chapter

  • Revenge In Love   Chapter 15

    Vale melempar senyuman canggung ke arah Sandro, begitu pula sebaliknya, sebelum keduanya sama-sama duduk diatas bangku taman dibawah pohon rindang. Awalnya tidak ada yang bersuara, suasana tampak hening, hanya ada suara desiran angin, dan suara tawa dari beberapa anak yang saling bersahutan dari kejauhan. Vale sendiri tampak fokus menatap ke arah beberapa anak di depan sana, bibirnya melengkung, membentuk senyuman yang jarang sekali ia tonjolkan. Sandro yang memperhatikan hal itu merasa semakin canggung, dia bingung harus berbuat apa, selain belum mengenal perempuan di sampingnya, dia juga masih terbayang hal tidak mengenakan yang pernah menimpa keduanya. Jangan kira Vale tidak sadar akan hal tersebut, justru perempuan itu cukup peka, dan apa yang dilakukannya saat itu sudah termasuk kedalam rencana, “Kenapa ngelihatinya kayak gitu? Ada yang aneh ya?!”Bak maling yang tertangkap basah, detik itu juga Sandro langsung memalingkan pandangan, dia menggaruk tengkuknya dengan canggung,

  • Revenge In Love   Chapter 14

    Di balik dedaunan rimbun, Vale masih setia mengamati beberapa anak kecil yang tampak asik berlarian di sebuah taman yang berada tak jauh dari sebuah gedung yang menjulang tinggi.“Mereka sangat lucu,” katanya dengan menarik tinggi sebelah bibirnya, “Sama seperti perannya yang akan membawaku kedalam hubungan yang indah.” “Gue udah selesai, sekarang apa yang akan lo lakuin ke mereka?” Vale menoleh, tatapannya terus bergerak ke atas hingga kebawah, menelisik pakaian Vincent yang baginya tidak tepat di situasi saat ini, beruntung dia sudah menyiapkan semuanya. Dia mengambil sebuah paper bag yang semua ia bawa. “Ganti baju lo dengan ini dan tampil menarik didepan anak-ank itu.”“M-makBaru saja Vincent hendak membuka suara Vale sudah lebih dulu memotongnya. “Lakuin apa yang gue mau, Vincent!” Entah sudah untuk yang keberapa kalinya Vincent hanya mampu berdecak, tetapi tak urung ia tetap menerima pemberian Vale meski dengan kasar, lantas tanpa permisi langsung beranjak pergi. Vale se

  • Revenge In Love   Chapter 13

    “Siapa wanita ini?” Vale, dengan tatapannya yang tampak begitu menyala penuh amarah, dia terus menatap beberapa lembar cetak foto yang kini berserakan diatas meja. “Dia adalah Maria, sejauh ini yang kita tahu, dia adalah wanita yang akan menjadi tunangan Sandro, dan acara pertunangan tersebut akan berlangsung minggu depan.” “Brengsek!” Nafas Vale memburu secara tiba-tiba, otot-otot di tangannya terlihat begitu menonjol tatkala sebelah tangannya meremas satu foto yang memperlihatkan dua manusia berbeda gender tersebut tengah berciuman mesra.Detik berikutnya perempuan itu sedikit mendongak, menatap beberapa orang yang masih setia berdiri di hadapannya. “Cari tahu lebih dalam mengenai wanita ini, jangan biarkan dia mempersulit rencanaku untuk kedepannya!” “Baiklah, akan kami lakukan,“ jawab salah satu darii pria bertubuh tegap dengan pakaian rapi serba hitam tersebut, sebelum kemudian mereka semua bergegas pergi meninggalkan Vale dengan dua orang yang sedari tadi hanya diam di bela

  • Revenge In Love   chapter 12

    BRUKK“Argh! stt!” Suara yang terdengar begitu nyaring, disusul suara rintihan tersebut membuat Sandro reflek menarik tubuhnya dari Maria, tak peduli dengan sang wanita yang langsung berdecak kesal, pria itu tetap berlari untuk menuju ke depan ruangan.Matanya membola tatkala mendapati salah seorang staf tersungkur di atas lantai dengan beberapa lembar dokumen yang berserakan. Tanpa pikir panjang pria itu ikut duduk hanya untuk membantu mengumpulkan beberapa dokumen. “Maaf, saya tidak sengaja, Pak! Kaki saya tiba-tiba keseleo dan semua dokumen ini jatuh.” katanya begitu lirih, dia menunduk dalam-dalam, tak berani menatap sang atasan.“It’s okay, lain kali hati-hati,” balas Sandro tersenyum ramah, dia mengulurkan beberapa berkas yang ia kumpulakan, dan langsung diterima oleh si perempuan.“Halah, kamu cuma alasan kan? Kamu pasti ngintip aku sama Sandro kan?” Dari dalam ruangan Maria melangkah mendekat, dia bersedekap dada dengan tatapannya yang tidak ramah.“Maria, tolong jaga bicar

  • Revenge In Love   Chapter 11

    Dengan duduk di atas pangkuan sang pria yang masih sibuk dengan layar laptop di hadapannya, Maria tampak berusaha menarik perhatiannya. Jari-jarinya yang lentik memainkan kerah kemeja pria itu dengan lembut, mencoba mengalihkan fokusnya. Namun, alih-alih terganggu, pria itu hanya mengangkat sebelah alis sambil melirik sekilas, senyum tipis menghiasi wajahnya."Kalau kamu terus begini, pekerjaanku nggak akan selesai," gumam pria itu, nada suaranya terdengar datar, meskipun bibirnya terlihat sedikit membentuk lengkungan ke atas. Maria hanya tertawa kecil, memiringkan kepala untuk menatapnya lebih dekat. "Siapa suruh kamu lebih sibuk sama pekerjaan daripada aku?" katanya dengan nada manja, seolah menuntut perhatian penuh darinya."Lagi pula kamu kerja terus! Nggak bosan apa?!” Tambah Maria, suaranya lembut namun memaksa.Pria itu mendesah panjang, berusaha menahan rasa jengah yang mulai mendidih di dadanya. "Maria, ayolah … aku sedang sibuk," jawabnya singkat, tanpa menoleh.Namun, Mari

  • Revenge In Love   Chapter 10

    BRAKK!Meja kayu itu berguncang hebat, bahkan gelas di atasnya nyaris jatuh. Ton menatap lurus ke arah depan, nafasnya memburu seolah mencoba menahan sesuatu yang hendak meledak."Jadi, anak itu masih hidup?" Suaranya berat, nyaris seperti geraman.Dia berbalik dengan gerakan tiba-tiba, matanya menyalak tajam, memindai satu per satu wajah pucat para anak buahnya yang kini tidak berani menatap langsung ke arahnya. Salah seorang dari mereka menelan ludah, terlihat gemetar di sudut ruangan.Ton berjalan mendekat, langkahnya berat, setiap hentakan sepatu menciptakan gema di ruangan itu. "Kalian ... semua ini hanya sekumpulan pecundang!" Katanya sambil menunjuk mereka dengan telunjuknya, tangan kirinya mengepal hingga uratnya terlihat.“Bukankah waktu itu aku sudah menyuruhmu memastikan semuanya,” Ton selangkah lebih maju, pandangannya semakin tajam pada sosok pria yang kini hanya bisa menunduk. “Tapi bagaimana bisa dia masih hidup sekarang, jawab aku!” Tak lagi bisa membendung amarahnya,

  • Revenge In Love   Chapter 09

    “Sayang!”Suara teriakan yang cukup memekakkan indra pendengaran tersebut, berhasil memaksa tubuh Sandro untuk berhenti sejenak. Pria itu langsung memejamkan mata, seolah mencari ketenangan di balik gelapnya kelopak. Sebuah helaan nafas panjang meluncur perlahan dari bibirnya, membawa sedikit beban yang mengganjal. Ketika matanya terbuka kembali, senyuman tipis langsung menghiasi wajah, tak sepenuhnya tulus, namun cukup untuk menyembunyikan keresahan di hati. Lantas dengan gerakan tenang, ia berbalik, bersiap menghadapi sosok yang tak lagi asing baginya.“Say–”Belum sempat Sandro menyelesaikan ucapannya, sosok perempuan pemilik tubuh bak gitar spanyol, dengan lekuk sempurna dan proporsi yang memukau, serta jangan lupakan bentuk bahu yang ramping saat menopang tubuh jenjangnya dengan percaya diri, sementara pinggangnya yang melengkung halus menyambut pinggul yang membentuk siluet mengagumkan. Dialah Maria, tanpa perlu aba-aba perempaun tersebut kembali berlarian kecil, dan langsung

  • Revenge In Love   Chapter 08

    “Dia udah pergi” Masih dengan suaranya yang terdengar begitu datar, bahkan kali ini sarat akan kekesalan, juga berulang kali pula pria itu terdengar menghela nafas berat.“Cepetan lo buka mata lo dan kita cabut dari sini!” Detik itu juga Vale langsung menyingkap selimut dari wajahnya, dia menatap Vincent dengan seringaian khas yang tampak begitu menawan, tetapi juga mematikan dalam satu waktu. “Gimana? Keren kan sandiwara gue?!” Perempuan itu menaik turunkan alisnya secara bergantian, tetapi sialnya bukan menjawab Vincent justru langsung beranjak tanpa sepatah katapun.Vale, dia sendiri hanya mengedikkan bahu, tidak heran juga tidak peduli dengan sikap rekannya tersebut, sebab selain terbiasa menghadapi Vincent, dia juga tergolong sosok yang tak mementingkan pengakuan orang lain. Akhirnya, setelah menarik napas panjang, perempuan itu segera bangkit, dan melangkah dengan tegas, Dia mempercepat langkah, menyelaraskan diri dengan Vincent yang sudah lebih dulu berjalan dengan langkah

  • Revenge In Love   Chapter 07

    “Argh”Bersamaan dengan suara rintihan yang keluar di antara kedua bibir ranumnya, tangan Vale bergerak menyentuh kepala. Sejenak mengalihkan keheningan yang menjeda, di antara ketiganya.“Vale, mana yang sakit?” Dengan langkah lebarnya Vincent mendekat dan kembali berdiri di sisi ranjang, seketika wajahnya langsung pucat pasi.Akan tetapi belum sempat tangan pria itu bergerak untuk menyentuh tubuh si perempuan Sandro sudah lebih dulu melakukannya.“Kamu tunggu sini ya! Aku panggilin dokter!” ucapnya dengan nada cemas, matanya tak berpaling darinya, memastikan dia tetap aman. Sandro siap berbalik, tetapi tiba-tiba ia merasakan cengkeraman tangan perempuan itu, kuat namun gemetar, menahan pergerakannya.“Nggak usah! Aku fine.” Vale tampak mengulum senyum, sekaan ingin meyakinkan pria dihadapannya. Sandro pun menurut dan kembali berbalik badan, menatap si perempuan sepenuhnya.“Tolong jelasin, kamu siapa? Dan…” Ucapan Vale terjeda, kepala perempuan itu bergerak, seakan ingin menelisik

DMCA.com Protection Status