Selamat Membaca
HAVE A NICE DAY
"Tuan, mengapa tidak jadi menolong Gadis itu?" tanya Sanci.
"Apa gunanya Aku menolong, Kau sendiri sudah dengar apa yang terjadi di kamar itu. Sudah terlambat, semua yang Aku miliki direnggut dariku." Barga menutup pintu kamarnya.
"Tuan, sadarlah. Kalau begitu ijinkan Aku pergi," ucap Sanci yang mulai takut dengan Barga.
"Tidak Sanci. Malam ini Kau akan tidur denganku," ucap Barga.
"Tuan, apa maksudmu. Bukankah selama ini Tuan yang selalu melindungiku?"tanya Sanci tidak percaya akan apa yang dia dengar dari Barga.
Barga sudah kalang kabut, sehingga dia menjadi gelap hati. Seluruh pikirannya tertutup dengan api dendam, hingga tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan tidak. Malam itu adalah malam kehancuran, terutama untuk dua gadis.
Semenjak saat itulah, sifat Barga tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Bedanya, Barga tidak pernah memaksa wanita manapun. Sanci juga tetap tinggal bersama Barga,
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYRasi berusaha bersikap tenang sekaligus waspada, kemudian menoleh pada seseorang yang mencekal tangannya."Barga," ucap Rasi pelan."Kau dari mana?" tanya Barga mendekati wajah Rasi."Hem...Aku tidak bisa tidur." Rasi memalingkan wajahnya."Kenapa? Apa Kau tidak nyaman tidur di sini?" tanyanya."Bukan seperti itu. Aku hanya belum terbiasa, jadi Aku hanya jalan-jalan sebentar untuk membuat Diriku ngantuk." Rasi tersenyum untuk menyembunyikan kebohongannya."Kalau begitu Aku akan menemanimu malam ini," kata Barga."Tidak! Jangan! Aku...Aku tidak bisa tidur denganmu, Kau bukan suamiku." Rasi mundur untuk menjaga jarak."Kalau begitu Aku akan menikahimu," kata Barga yang semakin nekat."Tuan, Aku ke sini untuk bekerja bukan untuk menikahimu." Rasi hampir tidak bisa menguasai dirinya."Jangan panggil Aku Tuan, karena Aku calon suamimu." Barga menarik tangan Rasi untuk ikut dengannya."Barga b
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYSementara itu Rasi dan Sanci tetap berada di dalam kamar Barga, karena Barga tidur di kamar mendiang ibunya. Tidak ada yang berani masuk ke kamar Barga, karena sebelumnya Tuan Ga sudah berjanji tidak akan mengusik putra semata wayangnya semenjak kehilangan istrinya.Rasi dan Sanci tidur bersama dengan nyaman, karena tidak ada lagi gangguan dan besok mereka harus mulai menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang.Di Kerajaan Akash"Sampai kapan Aku akan menjauh darinya?" tanyanya dalam hati.Pangeran tidak bisa tidur, karena untuk kedua kalinya Raja Mahatra meminta dirinya untuk menghadiri perayaan yang diadakan di Kerajaan Mahatra. Merasa terganggu dengan undangan tersebut, akhirnya Pangeran memutuskan untuk duduk.Pangeran mengambil belati yang dalam genggamannya berisikan tanda bulan sabit, karena belati itu sebenarnya ada temannya. Namun, kali ini seseorang yang membawa belati yang satunya b
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Jadi, Kalian...." Tuan Ga tidak berani bersuara, karena belati milik Rasi menyentuh perutnya."Jangan banyak bicara! Atau Aku akan menghabisi mu sekarang juga," ucap Rasi penuh penekanan."Kau tidak akan berani menghabisiku," ucap Tuan Ga dengan penuh percaya diri."Kenapa tidak?" tanya Barga.Mereka bertiga membuka topengnya, kemudian menatap tajam Tuan Ga. Mereka yang tidak lain adalah Rasi, Sanci, Barga, Ila."Saat Kau mengurung Aku dan Ibu di dalam penjara Kau sama sekali tidak memiliki belas kasih, bahkan Ibu sampai meninggal." Barga mencekik Tuan Ga, hingga Dia hampir kehabisan nafas."Lepaskan Barga, Kau akan menyakiti Dia. Tenang, Kita bisa manfaatkan Dia dan nanti Kau bisa menghukumnya." Rasi menghentikan tangan Barga yang hampir saja menghabisi Tuan Ga."Dengar Tuan Ga, sekarat Kau percaya, kan? Bahwa, Kami bisa menghabisi mu kapanpun." Rasi menutup mulut Tuan Ga dengan kain.
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Pelankan suara Kalian, bagaimana kalau ada yang dengar?!" Rasi memperingati mereka berdua."Sebentar lagi semua Raja dan anggota istana akan hadir, karena nanti ada beberapa tantangan. Pertama tantangan bagi penunggang kuda terbaik untuk memperebutkan 5000 koin emas, kemudian tantangan untuk mengambil bunga teratai biru di air terjun Kamelia. Dan tantangan selanjutnya melawan kesatria dari kerajaan Mahatra, barulah akan Melawan Dandelion agar bisa membebaskan semua tahanan." Barga membaca dokumen rahasia dan menjelaskan semua dengan sangat rinci tanpa tertinggal sedikit pun."Kau cerdik sekali, tapi ingat kalau bisa akan Aku balas Kalian." Tuan Ga menatap mereka bertiga dengan tajam, bahkan memberikan ancaman."Kalau Kau berani mengatakan sesuatu pada iblis-iblis itu, Aku akan melupakan kalau Kau adalah Ayahku." Barga membungkam mulut Tuan Ga dengan belati miliknya."Tuan Ga, sebenarnya Kau ini manusia atau I
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Pangeran Shankar, siapa yang sedang Kau lihat?" tanya Pandu."Aku penasaran dengan orang itu," gumam Shankar."Dia sangat hebat," puji Pandu.Di tengah perbincangan dan situasi tegang itu, Adik dari Raja Mahatra menghampiri mereka. Usia Raja dan adiknya memang jauh, karena usia Adiknya seumuran dengan pangeran Shankar."Pangeran Shankar," sapanya.Shankar hanya tersenyum, kemudian kembali menatap seseorang yang masih berdiri di hadapan Raja Mahatra dan meminta supaya Dia bisa membebaskan wanita yang tidak lain adalah Ratu Sabina. Istri pertama dari Raja, sekaligus Ratu yang sebenarnya."Sesuai yang Kau inginkan, silahkan Kau bebaskan Wanita itu." Raja kemudian, memerintahkan Prajuritnya untuk membebaskan Ratu Sabina."Terima kasih Yang Mulia," ucap Rasi.Di sana ada seseorang yang memendam percikan kebencian pada Rasi, yang tidak lain adalah Ratu Nirmala. Seolah Dia akan segera mel
Selamat Membaca"Tapi, Dia harus tetap diikat sampai besok pagi." yang diperintah menolak untuk melepaskan Rasi."Hei, jangan melawan Tuanmu. Kalau Dia menyuruh lepaskan ya lepaskan," ucap Rasi."Kau sengaja melakukan ini supaya Kami melepaskanmu," ucapnya tidak mau kalah."Apa?! Lihat Tuan Dia secara tidak langsung telah menuduhmu berkhianat." Rasi mengadu domba mereka."Aku tidak pernah mengatakan itu," ucapnya tidak terima."Justru Kau menuduhku saat ini, berarti Kau juga menuduh Tuanmu. Karena, Dia setuju untuk melepaskanKu." Skakmat, orang itu kikuk sedangkan Tuannya marah."Kau menuduhku pengkhianat?" tanyanya."Ti-tidak Tuan," ucapnya ketakutan.Sementara mereka berdebat, kemudian Rasi mengambil belati miliknya. Hanya kakinya yang terikat dan secara diam-diam Rasi melepaskan ikatan itu dengan belati tajamnya.Blug, Rasi terjatuh dan segera lari untuk terus masuk ke dalam hutan. Mereka teralihkan pada Rasi yang sudah lari masuk
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYDi istana Mahatra Ratu Nirmala terlihat mondar-mandir tengah malam, hal itu membuat salah satu Pelayan bertanya padanya."Yang Mulia Ratu mengapa Yang Mulia belum tidur? Saya khawatir-" ucapan Pelayan itu terhenti."Suuuttt...diam! Jangan sekalipun mempertanyakan apa yang Aku lakukan!" Ratu Nirmala mengatakan hal itu dengan penuh penekanan."Jika dilihat dari luar Yang Mulia Ratu seperti sosok Ratu yang sangat anggun, tapi sebenarnya Dia adalah manusia berhati iblis," ucapan Pelayan di dalam hatinya.Pelayan itu tidak berarti menatap Ratu Nirmala, Ia hanya menunduk. Takut, itulah yang menyelinap dalam benaknya. Ratu Nirmala menyuruh Pelayan itu pergi dari kamarnya, kemudian Dia memutuskan untuk duduk."Pertama Aku harus singkirkan Freya, kemudian akan Aku kendalikan Dandelion dengan mantra yang sudah Aku curi dari Raja." Ratu Nirmala tersenyum memikirkan rencananya akan segera berhasil.Tepat tengah malam ada se
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Panglima Lin, ikut Aku sebentar." Raja Mahatra meminta panglima Lin untuk mengikutinya."Yang Mulia memanggilku?" tanya Panglima Lin."Panglima Lin, Kau adalah satu-satunya petinggi Kerajaan yang selalu memberikan nasihat dan saran terbaik. Tidak hanya pada saat perang saja melawan musuh, akan tetapi dalam setiap tindakan yang akan menjatuhkan harga diriku Kau selalu melakukan tugas dengan baik," ucap Raja memuji Panglima Lin."Tidak biasanya Raja memujiku terlalu berlebihan seperti ini, apakah ada yang Dia inginkan?" tanya Panglima Lin dalam hatinya."Yang Mulia, itu adalah tugasku." Panglima Lin hanya menjawab seperlunya, Dia sepertinya sudah curiga dengan Rajanya sendiri."Panglima...Aku memanggilmu kemari bukan hanya untuk memujimu. Tapi, ada alasan khusus yang membuat ku merasa kalau Kau adalah satu-satunya yang bisa melakukan tugas ini." Raja Mahatra meminta salah satu prajurit memberikan sebuah