Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya.
"Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton.
"Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap."
"Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?"
"Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam.
"Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara.
"Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki, itu adilkan mas?" tanya Clara menatap Anton.
"Bangunkan dia istana juga mas, aku ga peduli gimana," tukas Clara dengan dingin.
"Clara.."
"Lakukan saja mas! Bukankah kita punya tabungan? Gunakan itu untuk DP rumah, sama saat dahulu kita memulai," kata Clara lagi.
Anton kemudian setuju, padahal tabngan itu untuk masa depan mereka, untuk sekolah anak-anak. Tapi Clara memaksa. Jadilah Anton langsung menelpon seseorang, yang tahu mengenai komplek perumahan mereka yang kosong.
"Hanya ada satu yang siap huni, Apa kita ambil yang itu?" tanya Anton mematikan ponselnya.
"Iya, kenapa tidak?" tanya Clara. Lara ikutan menganggukkan kepalanya pada Anton.
"Tapi itu sangat dekat, tepat didepan rumah ini Clara, apa itu tak masalah? Jika mau lokasi lain, kita harus menunggu, setidaknya tiga bulan, hingga pembangunannya selesai." Anton menjelaskan.
Clara terdiam, Ia nampak memikirkan sesuatu. Lara sendiri tak berkomentar, ingin agar Clara lebih dahulu yang membuat keputusan.
"Baiklah, ambil saja mas. Tidak apa."
"Tapi sayang.."
"Gak apa mas, lanjutkan saja. Lara kau bisa istirahat dikamar tamu siang ini. Lalu mas, kamu juga segera urus administrasinya, bila perl u malam ini sudah siap huni. Aku tak izinkan Lara menginap," ucap Clara dingin.
Anton lalu bergerak cepat. Sesai keinginsn Clara dia meminta prosesnya cepat. Rumah itu segera dibersihkan, diisi perabotan sesuai pilihan Lara.
Sore harinya, Lara sudah bisa pindah ke rumah barunya. Ia menyeret kopernya keluar kamar. Disaat yang sama, anak anak Clara baru kembali, mereka baru saja selesai les tambahan, mengingat sudah mau kelas 6 SD.
Pandangan ketiganya bertemu. Lara sedikit canggung juga. Tapi dia lebih dahulu tersenyum dan bergerak untuk menyapa. Biar bagaimanapun, mereka anaknya Anton, Lara hanya ingin dekat dengan mereka.
"Hai, baru pulang ya?" tanya Lara ramah.
Keduanya hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab Lara.
"Udah pada makan belum? Nanti main ke depan ya! tante pindah ke depan!" tutur Lara.
Nayla dan Kayla saling pandang sudah tahu jika Lara, istri muda ayahnya. Mereka berdua, tipikal anak yang ramah dan mudah bergaul, hanya saja masih bingung harus bagaimana.
"Ya sudah tante pergi dul ya, ganti baju gih!"
Lara lalu berjalan menuju depan dan segera membantu yang lain membereskan beberapa barang dirumah barunya itu.
"Bunda!" panggil Kayla, si sulung.
Clara nampak termenung, Dia tak mendengar panggilan sulungnya itu. Matanya menangkap yang teradi di rumah tetangganya, dirumah madunya.
"Akh kenapa aku iyakan tadi? kenapa tak suruh Lara lebih jauh saja? kenapa harus di komplek yang sama? bukankah aku bisa menyuruh dia ngontrak dulu sampai rumahnya di komplek lain selesai?" batin Clara melamun.
"Bunda!" panggil Kayla lagi, kali ini sambil menyentuh bahu Clara.
"Astagfirullah!" teriak Clara kaget.
"kay, kok ngagetin bunda gitu sih nak?" tanyanya kaget mengelus dadanya berulang kali.
"Ga kok bund, Kay udah panggil bunda tadi, bunda aja yang ga denger. Bunda melamun?" tanya Kay.
"Enggak kok!"
"Bund, tadi tante Lara nyuruh main ke rumahnya. Apa boleh?" tanya Kay tersenyum lebar. Ia berharap bunda langsung mengizinkannya.
Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka."Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara."Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi."Kenapa sulit sekali?" ta
Lara langsung menunduk malu mendengar pertanyaan dari Clara tersebut. Pasalnya dia tidak berani untuk menyusun rencana seperti itu.Dia sadar meskipun dia bersama Anton di masa lalu, tetapi di masa sekarang dia harus lebih banyak mengalah dan membiarkan istri tertua mengatur.Biar bagaimanapun juga, mengajak suami untuk bepergian, itu artinya dia butuh persetujuan dari keduanya. Dia tidak bisa memutuskan ini sendiri."Mas tidak terpikir untuk itu Clara! Ucap Anton juga bersikap malu.Anton sendiri bahkan belum menyentuh Lara. Mereka terlalu lelah untuk merencanakan itu. Mereka hanya tidur bersama dan hanya itu. "Maafkan mas Anton atas sikapnya itu Lara. Kau berhak menikmati bulan madumu bersama suamimu. Kalian adalah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Seharusnya malam ini juga malam kalian. Ya sudah kalau begitu aku serahkan hari-hari ini untuk kalian berdua. Anggap saja Ini bulan madu. Karena Mas antonnya juga sudah libur kemarin untuk resepsi, Bagaimana jika kita meminta
Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak. "Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton. Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan. "Lalu bunda, apa?" tanya Anton. Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka. "Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara. "Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara b
Clara sangat tak tahan, berada didapur malah membuatnya makin penasaran."Apa yang dikatakan Lara ya? Aku dulu sebulan menikah, sudah hamil si kembar. Apakah Lara juga?" batin Clara tak tenang.Teh yang akan disuguhkan pada tamunya, malah terlalu lama diaduk Clara yang melamun."Clara, kok lama banget sih? kamu melamun? atau kamu campur sesuatu ke minuman itu ya?" tanya Desi."Astagfirullah ibu, memasukkan apa maksud ibu?""Kok kaget gitu? Ya masukkin gula sama teh, memang apa lagi?" ucap Desi polos. Ia langsung mengambil alih nampan berisi teh, lalu membawanya ke depan."Kok ibu jadi gitu ya? Berasa kayak nuduh aku?" batin Clara sensitif.Walaupun sebenarnya Clara kesal, tapi rasa penasarannya lebih besar. Jadi langkah kakinya mengikuti langkah kaki Desi untuk menuju kembali ke ruang depan. Wajah merona dari Lara masih nampak terlihat dengan jelas. Dia menunduk malu-malu sambil terus dimintai keterangan oleh kedua orang ibu yang duduk di sampingnya."Jadi bagaimana Lara? Apakah kalia
Clara tidak bisa mengubah perasaannya begitu saja. Dia sangat cemburu terhadap Anton dan juga Lara. Tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan apapun. Melihat sang istri, yang nampaknya tidak baik-baik saja, Anton pun mendekatinya."Ada apa sayangku? Aku sudah kembali. Tapi, kenapa wajahmu masih di tekuk begitu?" tanya Anton.Clara masih enggan bicara. "Sayang!" Anton kembali memanggil Clara. Kali ini dengan pelukan."Apakah salah jika aku cemburu mas? Kenapa kalian seolah mengejek aku?" Clara menangis."Klara Sayang sudah Mas katakan bukan?ini tidak akan mudah. Sudahlah. Mas juga tidak menyentuh Lara. lara saat itu tengah datang bulan. Jadi kami hanya berlibur saja. Tidak ada hal apapun yang terjadi!"Mendengar ucapan dari sang suami, kalau harapan kemudian menghapus air matanya. Tetapi tentu saja ini seperti sesuatu yang hanya diundur saja. Besok atau lusa ketika datang bulan Lara sudah selesai pastinya Anton akan menyentuhnya. Itu adalah haknya haknya yang kemudian ditunda."Apaka
"Apa? Kanker rahim?" Tanya Clara benar-benar kaget, dia tidak percaya apa yang baru saja dia dengar dari dokter."Ya, dan pilihan paling baik adalah mengangkat rahim anda!" tukas dokter membuat Clara menangis tergugu. Ibu mertua yang setia disampingnya memeluknya erat.Sementara Anton nampak bicara serius dengan dokter, beberapa kali Anton nampak mengangguk saja. Hal ini membuat Clara hancur. impiannya untuk mempersembahkan cucu laki-laki yang sangat didampakan keluarga Anton sekarang pupus."Bu, maafkan Clara!" ucapnya pelan sambil menangis."Tidak sayang, kau tidak salah. Jangan banyak pikiran ya, tenang saja. Kamu harus sembuh, kasian sikembar!" Desi nampak tulus mengatakan itu."Tapi bu, bagaimana dengan bayi laki-kakinya?""Jangan cemaskan hal itu Clara sayang. Anton bisa menikah lagi bukan?" Desi tersenyum, nampak dirinya tak peduli bagaimana menantunya itu mendengar pernyataannya, yang bagai petir disiang bolong."Tapi bu..""Kenapa sayang, kau keberatan?" Desi menatap tajam ke
Tak bisa dipungkiri, Anton tak menyangka Clara akan langsung etuju untuk mengizinkan Anton menikah lagi seperti keinginan Desi, ibunya. "Kau harus berjanji Mas, Jika tidak aku tidak mau dioperasi! Biar saja aku mati sekalian!" ancam Clara dengan wajah cemberut. Dua puluh menit lagi, Clara akan berada di ruang operasi. "Clara kenapa kau ini? Kenapa kau malah memberi izin suamimu menikah lagi? Apa ibu mengancammu?" "Tidak ada Mas, ini murni keinginanku juga." "Apa kau semudah itu merelakan aku?" "Aku juga tak rela Mas, tapi aku mohon Mas, berjanjilah kau akan menikahi wanita pilihan ibu." "Tapi Clar.." "Berjanjilah Mas." Clara memegang tangan Anton dengan erat. Clara bahkan menolak ketika suster akan membawanya ke ruang operasi. "Baiklah Clara, Mas berjanji. Berjuanglah dan kembalilah sehat!" tutur Anton dengan pelan. Clara tersenyum dan mengangguk, dan kemudian dengan senang hati menjalani operasinya. ** Seminggu kemudian, Clara sudah kembali ke rumahnya. Ada gelak tawa disa
"Calon istrimu dan ibunya." jawab Clara membuka pintu kamatr mandi dan menyuruh Anton bergegas."Apa?""Apanya apa Mas? Ayo cepatlah. Pas lupa kemarin sudah setuju?" Clara menatap Anton."tapi sayang, ini terlalu mendadak. Tidak bisakah..""Tidak bisakah apa mas? Jangan menundanya Mas." Clara nampak ngotot sekali.Anton hanya bisa pasrah saat Clara udah mengatakan itu. Anton memang pantang melanggar janjinya endiri. Jadi dia hanya menurut saat Clara menyuruhnya bergegas, Clara bahkan emmilihkan sendiri pakaian yang dikenakan Anton untuk makan malam. Tapi, baik Anton ataupun Clara tidak ada satupun yang mengetahui wanita mana yang akan dipilih Desi sebagai istri muda Anton."Wah, akhirnya kalian datang juga. Ibu pikir kau tak akan datang Anton!" sapa ibu ramah saat tahu anak dan menatunya datang lebih awal dari tamu yang sudah dia tunggu."Sudah basa-basinya bu, mana wanita yang mau ibu jodohkan denganku itu? Ibu sudah merencakan ini ya?' tuduh Anton."Merencanakan apa? Ibu hanya mau y
Clara tidak bisa mengubah perasaannya begitu saja. Dia sangat cemburu terhadap Anton dan juga Lara. Tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan apapun. Melihat sang istri, yang nampaknya tidak baik-baik saja, Anton pun mendekatinya."Ada apa sayangku? Aku sudah kembali. Tapi, kenapa wajahmu masih di tekuk begitu?" tanya Anton.Clara masih enggan bicara. "Sayang!" Anton kembali memanggil Clara. Kali ini dengan pelukan."Apakah salah jika aku cemburu mas? Kenapa kalian seolah mengejek aku?" Clara menangis."Klara Sayang sudah Mas katakan bukan?ini tidak akan mudah. Sudahlah. Mas juga tidak menyentuh Lara. lara saat itu tengah datang bulan. Jadi kami hanya berlibur saja. Tidak ada hal apapun yang terjadi!"Mendengar ucapan dari sang suami, kalau harapan kemudian menghapus air matanya. Tetapi tentu saja ini seperti sesuatu yang hanya diundur saja. Besok atau lusa ketika datang bulan Lara sudah selesai pastinya Anton akan menyentuhnya. Itu adalah haknya haknya yang kemudian ditunda."Apaka
Clara sangat tak tahan, berada didapur malah membuatnya makin penasaran."Apa yang dikatakan Lara ya? Aku dulu sebulan menikah, sudah hamil si kembar. Apakah Lara juga?" batin Clara tak tenang.Teh yang akan disuguhkan pada tamunya, malah terlalu lama diaduk Clara yang melamun."Clara, kok lama banget sih? kamu melamun? atau kamu campur sesuatu ke minuman itu ya?" tanya Desi."Astagfirullah ibu, memasukkan apa maksud ibu?""Kok kaget gitu? Ya masukkin gula sama teh, memang apa lagi?" ucap Desi polos. Ia langsung mengambil alih nampan berisi teh, lalu membawanya ke depan."Kok ibu jadi gitu ya? Berasa kayak nuduh aku?" batin Clara sensitif.Walaupun sebenarnya Clara kesal, tapi rasa penasarannya lebih besar. Jadi langkah kakinya mengikuti langkah kaki Desi untuk menuju kembali ke ruang depan. Wajah merona dari Lara masih nampak terlihat dengan jelas. Dia menunduk malu-malu sambil terus dimintai keterangan oleh kedua orang ibu yang duduk di sampingnya."Jadi bagaimana Lara? Apakah kalia
Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak. "Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton. Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan. "Lalu bunda, apa?" tanya Anton. Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka. "Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara. "Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara b
Lara langsung menunduk malu mendengar pertanyaan dari Clara tersebut. Pasalnya dia tidak berani untuk menyusun rencana seperti itu.Dia sadar meskipun dia bersama Anton di masa lalu, tetapi di masa sekarang dia harus lebih banyak mengalah dan membiarkan istri tertua mengatur.Biar bagaimanapun juga, mengajak suami untuk bepergian, itu artinya dia butuh persetujuan dari keduanya. Dia tidak bisa memutuskan ini sendiri."Mas tidak terpikir untuk itu Clara! Ucap Anton juga bersikap malu.Anton sendiri bahkan belum menyentuh Lara. Mereka terlalu lelah untuk merencanakan itu. Mereka hanya tidur bersama dan hanya itu. "Maafkan mas Anton atas sikapnya itu Lara. Kau berhak menikmati bulan madumu bersama suamimu. Kalian adalah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Seharusnya malam ini juga malam kalian. Ya sudah kalau begitu aku serahkan hari-hari ini untuk kalian berdua. Anggap saja Ini bulan madu. Karena Mas antonnya juga sudah libur kemarin untuk resepsi, Bagaimana jika kita meminta
Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka."Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara."Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi."Kenapa sulit sekali?" ta
Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya."Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton."Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap.""Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?""Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam."Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara."Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki,
Clara kaget, begitu juga Lara dan Anton. Mereka saling pandang. Clara dan Anton, sama sekali tidak bahkan belum mengatakan apapun pada kedua gadis yang beranjak besar itu. Ya, Nayla dan Kayla saat ini sudah kelas 5 SD. mereka sudah cukup bisa mengerti dengan melihat apa yang terjadi. Gurat sedih, kecewa bercampur jadi satu.Clara segera turun dan membawa kembar menjauh dari keramaian. Anton berniat mengejar, dan menjelaskan pada dua gadisnya itu. "Jangan kemana mana Anton! Jangan tinggalkan Lara sendiri!" ucap Desi mengcengkram lengan Anton yang hendak mengejar Clara dan dua gadis kembarnya itu."Tapi bu, Anton salah. Anton belum bilang apapun pada Nya dan Kay bu!""Biar Clara saja, ato biar ibu saja! semua sudah tahu jika Lara istri muda kamu. Jangan makin mempermalukan besan ibu Anton. Kamu tadi malah bikin adegan izin izinan segala, bikin malu. Siapa nyuruh kamu mangggil Clara dan pake acara izin menikah sama istri pertama dulu begitu? dasar, bikin malu ibu saja!" rutuk Desi men
Semua terdiam dan menahan nafas. Tidak ada yang bersuara. Llau isak tangis itu meluncur juga. Dari seorang Clara."Jawablah pertanyaan dari Lara, Clara? Apakah kau mengizinkan jika Lara menikah dengan suamimu?' tanya penghulu menyadarkan Clara."Iya Lara, aku ikhlas, aku ridho terhadap pernikahanm dan juga Mas Anton, menikahlah dengannya. Aku merestui kalian." wala dengan tangis, Clara mengucapkan itu dengan lantang.Lara dan Clara kemudian berpelukan. " Jangan menangis Lara, nanti make up kamu akan luntur!" bisik Clara pelan, membuat Lara tersenyum simpul.Lalu tibalah giliran Anton."Ini awal yang bagus Anton, kau menikah dengan restu ayah ibu serta istrimu. Semoga Allah memudahkan jalan pernikahan kalian, semoga Allah membimbingmu supaya kau bisa adil pada istri istrimu!" kata Pak penghulu sebelum mic itu berpindah tangan ke Anton."Dinda Clara, aku akan menikahi Lara hari ini, maafkan aku, sudah membagi cina dengan wanita lain, aku juga akan membagi semuanya secara adil padamu dan
"Kalimat apa itu tadi yang ibu dengar Clara? apa kau bermaksud menyumpahi Lara tak bisa memberikan Anton anak laki laki, begitu maumu?' tanya Desi sedikit emosi."oh sama sekali tidak ibu. Clara hanya..""ibu akan mengusahakan apapun agar Lara bisa punya anak, apa lagi laki laki." clara hanya bisa diam, dia rasanya ingin menangis, hanya saja dia bertahan. Dia tak mau dianggap lemah oleh siapapun.waktu terasa begitu cepat berlalu. Pertemuan keluarga Lara dan mas Anton berjalan baik. awalnya ibunya Lara nampak kaget saat mengetahui Anto masih punya istri. tapi ibu nampak bisa meyakinkan sahabatnya itu, jika Anton akan berlaku adil dan pastinya, jika bisa memberikan anak laki laki, Anton dipastikan akan condong ke istri mudanya."Duh jeng Desi, sama aja, walau Lara bisa kasih anak laki laki, namanya istri muda ya ga akan dapet apa apa. di tulis di kartu keluarga saja ndak, ya kan?" tutur Bu Lisda, calon mertua mas Anton."Tenang saja jeng Lisda, apa saja pernah ingkar janji? yang penti