Rembulan bersembunyi dibalik awan hitam, bertukar peran dengan hujan yang tak henti-hentinya mengguyur kota. Cailey turun dari mobilnya menuju sebuah restoran Joe's Farm Grill di hadapannya. Lokasi pertemuannya dengan Kenny, pelacak yang dikirimkan Gal kepadanya.Cailey memasuki restoran Mexico dan disambut oleh lambain tangan Kenny di pojok ruangan dekat jendela, tempat favorit Cailey. Dengan segera, Cailey duduk lalu pria berambut pirang itu. “Hai, sudah lama menunggu?” tanya Cailey.“Cukup lama, sampai bisa menghabiskan dua porsi kentang goreng,” candanya.Cailey terkekeh, “Maafkan aku, lalu lintas cukup padat malam ini. Ada kecelakaan di pertigaan dekat pusat perbelanjaan. Untung saja korbannya tidak terluka parah, truk itu hanya sedikit menyerempet mobil korban itu.”Kenny mengucapkan kata syukur lalu tersenyum hangat. “Astaga tampannya!” Cailey memekik dalam hati. Jika saja Kenny tidak menyukai sesame jenis, mungkin Cailey akan menyukainya. Parasnya yang sebanding dengan Simon N
Cailey sedang memakan roti panggangnya saat Zachary dan Julian masuk bersamaan ke kamar hotelnya. Cailey menaikan satu alisnya melihat suasana keduanya yang terlihat buruk. Julian menaruh barang-barangnya di lantai kemudian menghampiri Cailey.“Sweetheart,” panggil Julian kepada Cailey, kemudian memakan pinggiran roti panggang yang tengah digigit Cailey, membuat wanita itu terperanjat dan memundurkan tubuhnya ke belakang.Rahang Zachary mengeras seketika, tangannya mengepal kencang saat melihat pria berambut perak itu hampir menyentuh bibir wanitanya. Maniknya berkilat-kilat. Dengan cepat Zachary mendorong tubuh Julian hingga membuatnya tersungkur ke bawah meja di dekatnya. Zachary menarik kerah Julian, lalu memukul Julian tepat di wajahnya. Sebelum Zachary melayangkan pukulan keduanya, buru-buru Cailey menarik tangan Zachary.Zachary terengah-engah, maniknya menyorot Julian yang tengah menyeringai sambil menyeka darah pada sudut bibirnya dengan ibu jari. Zachary hampir mengeluarkan c
Cailey terbangun saat matahari telah sampai pada empat puluh lima derajat di timur. Matanya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke dalam rentinanya. Sebuah selimut kebesaran menutupi tubuhnya, serta sebuah bantal yang membuat kepalanya nyaman membuat dahinya mengkerut. Cailey mencoba membuat dirinya sepenuhnya sadar. Ia terduduk sambil memegangi kepalanya. Kemudian pada hippocampus, otaknya memanggil kembali ingatan yang telah tersimpan sebelumnya. Maniknya melebar perlahan, ZACHARY!Maniknya menggeledah, mencoba mencari Zachary ke segala penjuru arah. Bahkan Cailey sampai berguling ke lantai untuk melihat apakah Zachary berada di kolong sofanya. Hell, serigala bukanlah hewan pengerat!Cailey menyipitkan matanya saat melihat seorang pria masuk ke kamarnya. "Zachary?"“Dia sudah pergi,” ujar Julian lalu menggigit apelnya yang masih utuh. Cailey memejamkan matanya, lalu menghela napas dalam-dalam. “Seharusnya, dia berpamitan denganku,” dengusnya lirih.Setidaknya, pria i
Julian mengendarai mobilnya, selagi Cailey memeriksa kembali data-data Gyula Roberto yang telah ditemukannya. Hujan masih mengguyur kota Arizona seperti biasanya. Membuat Julian lebih sering mengeluarkan uang hanya untuk mencuci mobil. Perjalanan menuju Madilyn Hospital menempuh jarak yang cukup panjang hingga menghabiskan waktu 45 menit lamanya. Mereka memasuki sebuah gerbang tinggi dengan cat yang hampir seluruhnya mengelupas. Suasana rumah sakit jiwa di hadapannya tidak seperti rumah sakit jiwa kebanyakan, yang penuh dengan pasien berbicara sendiri dan berkeliaran dimana-mana. Melainkan, lebih mirip seperti penjara kota yang menyeramkan, sampai-sampai membuat Cailey bergidik ngeri. Julian dan Cailey turun dari mobilnya. Lalu menaiki tangga-tangga pendek untuk sampai ke pintu utama. Seorang penjaga berwajah sangar dengan jambang yang memenuhi dagunya hanya menatap Julian dan Cailey, menunggu mereka untuk berbicara terlebih dahulu. "Kami dari MI6, bisakah kami masuk? Kami harus mem
Cailey berjalan tergesa-gesa memasuki hutan yang sama seperti sebelumnya. Cailey mencoba untuk mengikuti jalur yang dilaluinya dahulu. Maniknya mengarah ke sekeliling hutan. Cailey berjalan masuk ke dalam hutan yang lebih gelap dengan sorot cahaya matahari yang minim. Cailey rasa ia tidak bisa membuatnya terbiasa dengan hutan ini Demi Tuhan jalur yang dilaluinya terlihat menyeramkan meskipun siang hari.Tiba-tiba dua ekor serigala besar menghadangnya. Cailey terperanjat, hampir bersiap untuk mengambil bayonet yang ia sisipkan di sepatu botnya, sebelum serigala itu tiba-tiba memanggil nama Cailey dengan embel-embel Luna di depannya.Cailey dapat mendengar serigala itu berbicara, yang bukan merupakan hal aneh lagi jika keberadaan werewolf saja pernah membuatnya nyaris beku di balik laptop dan kali ini Cailey tidak mau repot-repot terkejut.Lagipula werewolf bukanlah hantu, jadi tak ada alasan bagi Cailey untuk takut.Salah satu serigala membungkuk, seakan mempersilakan Cailey untuk mena
Burung-burung berkicauan saat Cailey membuka matanya. Cahaya matahari membuat matanya mengerjap. Cailey menguap kemudian terdiam sesaat, saat menyadari ada yang aneh dengan lehernya. Matanya melirik ke samping dan mendapati sebuah tangan dengan sedikit pembuluh darah yang menonjol yang ia gunakan sebagai bantalan lehernya. Lantas Cailey berbalik, wajahnya hampir bertabrakan dengan wajah Zachary jika Cailey tidak sempat memundurkannya.Zachary dengan tubuh manusianya sedang tertidur dengan wajah yang damai. Cailey terkejut saat melihat ke bawah jika Zachary tidak mengenakan sehelai benang apapun. Buru-buru Cailey bangun dan menarik selimutnya sampai ke leher Zachary. Wajahnya memerah, dengan cepat Cailey merangkak turun dari ranjang, sebelum sebuah tangan menariknya. Zachary menarik tangannya sehingga Cailey jatuh ke dalam pelukannya.“Kemana kau akan pergi?” tanya Zachary dengan suara khas bangun tidurnya yang rendah.“Zachary…kau tidak memakai bajumu,” cicit Cailey masih dengan wajah
Dia Gyula Roberto!“Sial, aku tak membawa pistol maupun borgol!” batin Cailey.Kedua warrior yang mengikuti Cailey ikut berhenti saat melihat Luna-nya berhenti secara mendadak. Begitu Gyula melihat wajah Cailey, ia langsung berlari, spontan membuat Cailey mengejarnya, diikuti oleh warrior di belakangnya.Salah satu warrior yang terlihat bingung lantas menanyai Cailey, “Luna, apakah kita perlu menangkap orang itu?”“Ya!” seru Cailey.Tanpa bertanya apapun, mereka mempercepat langkah kakinya sehingga mendahului Cailey untuk mengejarnya. Cailey hampir menutup mulutnya takjub melihat kedua warrior itu sudah sampai dekat sekali dengan Gyula, kemudian menangkap tangan Gyula dan menyatukannya di belakang.Cailey mencoba menetralkan nafasnya begitu ia sampai kepada Gyula yang tengah diapit oleh kedua warrior-nya. Tanpa menunggu lebih lama, Gyula menggerakan tubuhnya dengan cepat untuk melepaskan diri. Mirip seperti anak kecil yang tidak mau diimunisasi.Tentu saja Gyula tidak berhasil karena
DegZachary merasakan jantungnya sakit secara sekilas tiba-tiba. Zachary mengernyitkan dahinya, rasanya perasaannya tidak enak saat itu. Kepalanya pusing untuk melihat berkas-berkas laporan di hadapannya. Meneliti laporan mengenai rogue yang menyerang setiap harinya, mencari tujuan, dan kelemahan mereka. Zachary berusaha keras untuk membuat pack-nya menjadi tentram kembali, ia menyiapkan dengan matang strategi-streategi di otaknya. Zachary mengacak rambutnya kacau, rasanya suasana hatinya menjadi buruk untuk alasan yang ia sendiri tidak ketahui.Pikirannya teralihkan saat Liam memanggilnya.'Alpha.''Hmm?' Zachary hanya menggumam, suasana hatinya yang buruk menular begitu saja pada mulutnya, membuatnya malas berbicara.'Dua orang Alpha dari pesisir hutan timur dan utara datang menemui, untuk melakukan kerja sama melawan para rogue.''Hm,' balas Zachary singkat, kemudian langsung melompat dan berlari menuju tempat dimana Liam berada.Sambil berlari, Zachary bertransformasi di udara unt