Share

Bab 2. Keributan

Penulis: Eka Sa'diyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 20:29:31

“Jaga ucapanmu, Endang! Sifa memang tidak mau bergaul dengan kita dan memilih di dapur!” Jari telunjuk Marni mengarah ke wajah Bu Endang, bahkan kedua mata Marni menatap nyalang ke arah Bu Endang. Bu Endang terlihat santai akan kemarahan Marni kepadanya. Suasana pengajian berubah menjadi kegaduhan karena Bu Endang.

“Benarkah? Bukankah sedari subuh Sifa sudah berkutat dengan pembantumu di dapur sedangkan kamu dan kedua menantumu malah sibuk bercanda di luar rumah?” Mulut Marni serasa terkunci. Dirinya baru menyadari jika seharian ini menjadi topik warga yang lewat di depan rumahnya.

“Jangan fitnah seperti itu! Aku bukan mertua yang kejam seperti yang kau sebarkan!” Marni tetap mengelak.

“Halah, kamu itu pura-pura baik saja kepada Sifa jika sedang butuh apa-apa dengannya, coba kalau tidak butuh, menyapa pun tidak! Nih, Ibu-ibu. Aku perlihatkan sikap dia pada Sifa!” Ibu-ibu yang lain mulai mengerubungi ponsel Bu Endang. Disana terdapat rekaman Marni tengah mengejek Sifa saat tidak ada orang atau tetangga yang mengetahui perbuatannya. Satu persatu Ibu-ibu melirik ke arah Marni yang terlanjur malu. Marni benar-benar kesal karena dipermalukan saat pengajian.

“Kalian bantu ibu, dong!” Marni menyenggol lengan Irma yang duduk bersebelahan dengan Rana. Irma memutar kedua bola matanya dengan malas. Malas membantu mertuanya dalam keributan begitu pula dengan Rana, keduanya tidak ada bedanya.

“Kok aku, Bu? Irma mana tau masalah Ibu!” Irma seakan tidak mau tahu dengan masalah yang dihadapi mertuanya. 

Akibat ucapan Bu Endang, Marni seketika masuk ke dalam untuk menahan diri. Sifa merasa aneh melihat mertuanya masuk ke dapur dengan wajah muram.

“Ini semua karena kamu, Sifa! Dasar menantu tidak diuntung! Harusnya aku segera memisahkanmu dengan Sulhan!” Marni bersungut-sungut menghampiri Sifa yang tengah mencuci piring bekas makan Ibu-ibu pengajian bersama Soimah.

“Maksud Ibu apa?” Sifa merasa tidak melakukan apapun dan kini menjadi sasaran kemarahan mertuanya.

“Pergi dari sini dan jangan pernah datang lagi menginjakkan kaki di rumah ini! Haram bagimu beserta anakmu menginjak rumah ini orang miskin!” Suara Marni terdengar begitu nyaring. 

Dada Sifa mendadak sesak karena tuduhan tiba-tiba dari mertuanya. Jangankan dihormati, dianggap menantu pun tidak karena derajat dan latar belakang. Ada masalah apapun selalu dilampiaskan kepada Sifa yang tidak tahu apa-apa seperti sekarang ini. Jika ada yang menyangkut soal Sifa, pasti Marni akan marah.

“Pergilah! Aku sudah muak dengan kamu! Aku menyesal memiliki menantu sepertimu!” Tanpa bicara lagi, Sifa gegas kembali pulang. Sepanjang perjalanan, tidak hentinya butiran bening mengalir begitu saja. Berencana ingin meminta rendang baru pun gagal meski hanya sepotong saja. 

Rumah kecil peninggalan orang tuanya sudah terlihat dari kejauhan. Rumah berdekatan dengan area persawahan menjadi tempat berteduh untuk Sifa dan juga Risa selama ini. Dirinya dan Sulhan tidak diperbolehkan sekedar main di rumah Marni. Kecuali jika sedang dibutuhkan saja.

“Ibu, Ibu sudah pulang!” Risa yang tadinya sedang rebahan di kursi sambil menonton televisi menyambut kedatangan Ibunya. Risa gegas menyambut kedatangan Ibunya yang datang menjelang pukul sembilan malam. Sifa mengusap air matanya dengan kasar supaya tidak ketahuan oleh Risa. 

“Assalamu alaikum!” ucapan salam sebelum masuk rumah.

“Waalaikumsalam,” Risa mencium punggung telapak tangan Sifa yang baru saja datang. Ada hati yang kecewa ketika pulang tidak membawa makanan apapun. Meskipun hanya berupa sepotong kue. Setelah tenaganya selesai dibutuhkan, Marni sudah biasa akan mengusir Sifa begitu saja.

“Ibu istirahat saja, pasti Ibu sangat capek!” Sifa mengangguk sambil tersenyum, Risa mengambil segelas air untuk diberikan kepada Ibunya.

“Ini buat Ibu!” Sifa akhirnya meminum hingga habis. Guratan kesedihan akibat hinaan dari mertuanya menguap begitu saja. 

“Alhamdulillah, Risa sudah belajar?” 

“Sudah, Bu! Kita istirahat saja sekarang!” Usai membersihkan diri dan menjalankan kewajibannya, Sifa dan Risa segera beranjak ke peraduan. 

Keesokan harinya Sifa mulai dengan kesibukannya yaitu membuat kue basah yang akan dijual keliling. Keuntungan kue tidak seberapa, bahkan Sifa harus mencari uang tambahan dengan menjadi buruh cuci usai berkeliling menjajakan kue buatannya.

“Risa, sekolah yang pinter! Nanti biar jadi orang sukses!” Pesan yang selalu Sifa ucapkan kepada Risa sebelum berangkat ke sekolah.

“Siap, Ibu! Insyaallah Risa akan menjadi anak kebanggaan Ibu!” 

Sifa mengantar Risa berangkat ke sekolah sebelum berkeliling menjajakan kue dagangannya. Sebuah mobil melintas dan terlihat dari kaca mobil yang dibuka, wajah yang sangat familiar. Wajah yang sudah enam tahun tidak pernah pulang. Wajah sudah sangat dirindukannya sejak Risa berusia dua tahun.

“Apakah itu Bang Sulhan?” Sifa bertanya-tanya pada dirinya sendiri usai menemui wajah yang sangat dikenalnya.

“Tapi, rasanya tidak mungkin jika Bang Sulhan pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu!” Sifa mencoba menenangkan perasaannya supaya tidak bertindak gegabah.

“Ah, benar saja! Tadi bukan Bang Sulhan. Hanya mirip saja, Bang Sulhan pasti akan mengirim kabar jika akan pulang!” Sifa kembali menjajakan kue dagangannya keliling kampung. Tidak peduli cuaca panas, Sifa tetap bersemangat menjajakan kue buatannya untuk mencukupi kebutuhan hidup bersama anaknya.

“Kue, kue!” Suara Sifa membuat sekelompok Ibu-ibu yang sedang berkumpul di pos kamling seketika buyar. Semua berubah posisi layaknya sedang menutupi sesuatu pada Sifa.

“Kue, Bu!” Sifa menurunkan dagangannya sembari beristirahat sejenak di pos kamling.

“Mau kue putu ayunya, Fa!” 

“Silahkan ambil, Bu!” Beberapa Ibu-ibu mulai memilih kue yang diinginkan. Kue buatan Sifa tidaklah mahal, hanya dua ribu rupiah saja sudah bisa menikmati lezatnya kue buatan Sifa. Tidak jarang, Sifa terkadang mendapat pesanan kue dalam jumlah banyak jika sedang ada acara.

“Mbak Sifa, nanti kalau sudah habis dagangannya segera pulang ya!” Rina merasa kasihan jika sampai Sifa mengetahui sesuatu yang baru saja ditutupinya bersama Ibu-ibu yang lain.

“Ya jelas pulang, Bu. Kalau nggak pulang terus mau kemana lagi?” Jawaban Sifa disambut tawa renyah Ibu-ibu yang lain.

“Ya sudah, Sifa. Ini aku borong semua ya, kebetulan ada tukang di rumah!” Rina mengambil semua kue dagangan Sifa dan membawanya pulang. Sesuai dengan janjinya, Sifa langsung pulang karena kue dagangannya sudah habis.

Menjelang pukul dua belas siang, Sifa dikejutkan dengan kepulangan Risa yang tengah menangis tersedu-sedu. 

“Risa, kamu kenapa? Kenapa menangis?” Risa mengusap air matanya dengan kasar.

“Tadi Bude Irma bilang ke Risa, kalau ayah tidak akan kembali pada Risa!” Sifa mengusap dadanya, tidak disangka mulut kakak iparnya ternyata tidak segan melukai hati anak kecil.

“Sudahlah, Risa. Kita berdoa supaya Allah mengabulkan doa kita dan ayah akan segera pulang!” Sifa menghibur Risa meski ada setitik rasa tidak yakin jika Sulhan akan pulang.

Sifa menidurkan Risa sebelum pergi keluar sebentar. Langkah Sifa begitu cepat menuju ke sebuah warung, tempat Irma nongkrong saat pulang ke mertuanya. Tangannya sudah mengepal kuat kepada sosok kakak iparnya yang tega menyakiti anaknya.

Apa yang akan dilakukan Sifa?

Bab terkait

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 3. Kemarahan Sifa

    Langkahnya yang cukup cepat membawanya ke sebuah warung yang cukup ramai. Warung kopi yang biasanya digunakan Ibu-ibu untuk nongkrong menunggu anaknya pulang sekolah.“Mbak Irma!” Ibu-ibu menoleh ke pemilik sumber suara yang tak lain adalah Sifa. Wajah Sifa sudah terlihat merah padam dengan kedua tangan mengepal kuat.“Eh, si miskin!” Irma melihat kedatangan Sifa dengan tatapan meremehkan.“Kamu bilang apa sama Risa?”“Oh, aku cuma bilang jika Risa tidak punya ayah! Upsss!” Tawa Irma membuat Sifa semakin marah. Sifa melangkah hingga keduanya saling berhadapan.“Oh, jadi begini sikapmu pada keponakanmu sendiri?”“Keponakan? Mana mau aku punya keponakan seperti sampah!” Dada Sifa terasa sesak ketika anak kandungnya disamakan drngan sampah.Plak plakDua tamparan mendarat manis di pipi kanan dan kiri Irma. Bibir Irma bergetar hebat usai merasakan tamparan dari adik iparnya yang selalu dianggapnya tidak berdaya.“Kamu berani menamparku?” Kedua mata Irma terlihat sudah berkaca-kaca, ditamb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 4. Rasa Rindu

    Kedua matanya berkaca-kaca kala teringat beberapa tahun yang lalu terpaksa meninggalkan istri dan anak perempuannya yang masih berusia 2 tahun. Ya, lima tahun sudah Sulhan meninggalkan anak dan istrinya usai mendapat perintah dari Ibunya untuk menikahi salah satu anak dari rekannya di kota. Sulhan terpaksa melakukan supaya tetap bisa menikmati fasilitas dan mendapatkan warisan dari Bapaknya. Sehingga menggunakan alasan merantau untuk mendapatkan izin dari Sifa.“Sifa, Mas rindu!” Butiran bening akhirnya keluar dari pelupuk matanya.“Sifa, Abang ingin bertemu kamu dan Risa!” Kaki ingin melangkah namun terasa sangat berat. Kaki seakan terkunci ditambah lagi rasa takut untuk bertemu Sifa karena kesalahan yang telah diperbuat.Drrt drrtPonselnya berdering, Sulhan gegas menerima panggilan dari istrinya. “Halo, Marisa!” “.....”“Baik, aku akan pulang!” Sulhan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ada rasa tidak ingin pulang ke rumah saat melihat Sifa membuka pintu dan melihatnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 5. Bertemu

    Setelah memastikan Putri tidur, Sulhan menggunakan motornya pergi sekedar berkeliling kampung untuk mengusir rasa jenuh. Sulhan sedang tidak ingin bicara dengan siapapun saat ini termasuk Marisa.“Adik kamu mau kemana, Toni?” Toni yang kebetulan sedang memperbaiki mesin mobil di depan tidak tahu adik bungsunya mau kemana.“Mana aku tahu, Bu!” Toni kembali melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Irma, sedang asyik berjoget di depan kamera ponselnya tanpa malu jika ada Marni yang memperhatikan kelakuannya.“Irma, kamu ngapain joget disitu?” Irma memutar kedua bola matanya dengan malas.“Lagi eksis di tik tok, Bu. Dari sini Irma bisa terkenal dan bisa dapet duit. Ibu mana tahu soal beginian!” Irma kembali melanjutkan jogetnya di depan kamera tanpa teguran dari suaminya.“Toni, istrimu itu–“Sudahlah, Bu. Jangan kuno begitu mikirnya. Benar yang dikatakan Irma, jaman sekarang harus bisa memanfaatkan media internet untuk mendapatkan uang. Uang, Bu. Uang!” Jari telunjuk dan Ibu jarinya digesek-ge

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 6. Tidak diakui

    Risa kembali berjalan ke mushola dengan derai air mata yang akhirnya lolos juga. Rindu untuk ayah ternyata harus pupus karena keluarga ayahnya sendiri. Risa gegas mengusap air matanya dengan kasar ketika sudah memasuki pagar mushola.“Tidak apa tanpa ayah! Asalkan ada Ibu!” Risa menyemangati dirinya sendiri. Risa berkumpul dengan teman sebayanya saat sudah sampai di mushola. Tawa Risa pecah ketika sudah bercanda dengan teman-temannya. Sulhan mengemas semua barang miliknya ke dalam koper tanpa berkomentar apapun meski ada Marisa di sampingnya.“Mas, kamu mau pulang sekarang? Kenapa tidak besok saja, ini sudah sore!” Marisa yang sedang mengompres Putri terkejut melihat yang Sulhan lakukan.“Hmm. Tetaplah disini, aku akan jemput kamu satu minggu lagi!” Tidak ada yang bisa Marisa ucapkan kecuali hanya diam. Sulhan terlihat muram dan benar-benar tidak bisa diganggu. Marisa terpaksa mengiyakan ucapan Sulhan karena tidak mungkin juga harus kembali ke kota dengan keadaan Putri yang masih sak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 7. Kedatangan Marisa

    Irma dan Rana saling bertatapan, belum ada keputusan berani atau tidak mengusir Sifa di saksikan warga.“Sama saja dengan mencari gara-gara, Mbak Irma!” Bisik Rana kepada Irma. “Iya, bisa berabe kalau begini!” Sahut Irma. Dari jauh terlihat Bu Endang dan Fadil tengah memperhatikan mereka bertiga. Bu Endang hanya tersenyum simpul melihat Irma dan Rana mati kutu karena syarat dari Sifa.Tanpa menjawab sepatah kata, Irma dan Rana segera meninggalkan Sifa. Keduanya mulai mencari cara untuk mengusir Sifa dari kampungnya. Ketika sampai di rumah, Sifa terkejut dengan kehadiran sosok Marisa yang berdiri di depan pintu rumahnya. Ada rasa malas untuk menemuinya salah satu dari anggota keluarga Marni, namun tidak pantas jika Sifa membiarkannya menunggu.“Assalamu alaikum!” Marisa berbalik dan mendapati Sifa berada di belakangnya dengan membawa keranjang jualannya yang sudah kosong.“Waalaikum salam!” Jawab Marisa. Sifa membuka pintu dan mempersilahkan Marisa masuk.Marisa duduk di sebuah kursi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 8. Umpatan Marni

    Kedatangan Marni yang tiba-tiba sontak membuat Sifa terheran-heran. Pasalnya, Sifa sudah mengalah dan menerima kenyataan tentang Sulhan. Namun, ternyata ujian tidak sampai disitu saja. Marni dan menantunya selalu datang untuk mengganggu dengan alasan yang tidak penting.“Dasar wanita miskin tidak tahu diuntung! Kamu apakan Rana dan Irma?” Sifa dan Risa saling berpandangan. Sifa memberi isyarat pada Risa untuk masuk ke kamarnya. Risa anak yang penurut, tanpa banyak bicara Risa langsung masuk ke kamar miliknya. Kedua mata Marni menatap nyalang ke arah Sifa.“Ada apa, Bu Marni?” Tidak lagi Sifa memanggilnya dengan sebutan Ibu seperti biasanya.“Kata Rana dan Irma barusan kamu menjelekkan aku di depan warga karena memberimu rendang basi tempo hari, kamu benar-benar tidak tahu diri!” Sifa mengernyitkan kedua alisnya. Dirinya sama sekali tidak merasa menyebarkan berita keburukan Marni kepada orang lain.“Boleh Sifa tahu, siapa saja yang menjadi saksi saat Sifa mengatakan yang Bu Marni maksu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 9. Gugatan Cerai

    Satu bulan sudah, Sifa dan Risa bisa merasakan hidup nyaman tanpa ada yang mengganggu dan tanpa ada lagi yang hanya suka menyuruhnya tanpa imbalan. Usaha kue yang dirintis mulai dikenal banyak orang. Meski promosi dari mulut ke mulut tetapi hasilnya cukup memuaskan. Hampir setiap hari Sifa mendapat pesanan dari warga sehingga Sifa sudah jarang sekali berkeliling.Sejak pukul satu dini hari, Sifa sudah berkutat dengan donat pesanan salah satu temannya untuk acara ulang tahun. Meski mengantuk, Sifa tetap berusaha menahan rasa kantuknya demi rezeki yang diterima. Tepat pukul tujuh pagi pesanan kue donat sudah siap diambil pemiliknya.“Ini uang pelunasannya, Mbak Sifa!” Rahmi yang sengaja memesan kue buatan Sifa karena rasanya cukup enak dan harga cukup terjangkau.“Sama-sama, Mbak Rahmi. Terima kasih sudah mempercayakan kepada Sifa!” Sifa melihat masih ada beberapa lebihan kue donat di nampan. Diambilnya sebuah kotak makan yang berbahan dasar kertas dan mulai mengisinya dengan beberapa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 10. Rahasia Soimah

    Suara Marni terdengar sumbang hingga membuat beberapa tetangga keluar. “Heh, Marni! Kamu ini apa-apaan? Suka bener bikin ribut di depan rumah orang!” Salah satu tetangga yang mulai geram dengan sikap Marni.“Suka-suka aku, Mona! Kamu ngapain di rumah terus kayak janda sebelah rumahmu aja!” Mona benar-benar kesal karena jawaban Marni.“Bu Endang maksudmu?” “Iya, siapa lagi!”“Marni, asal kamu tahu ya. Bu Endang lebih berharga daripada kamu. Meski janda tapi Bu Endang tetap sederhana dan santun. Usahanya ada dimana-mana, nggak kayak kamu, ngandelin warisan doang. Makanya kelakuanmu kayak preman tua!” Marni menghela napas besar. Ucapan Mona sanggup membungkam mulut Marni.“Bubar, yuk! Disini pada julid semua!” Marni mengajak bubar perkumpulan mereka di pos kamling. Mona cukup tenang berhasil mengusir perkumpulan Ibu-ibu yang suka bikin ramai. Marni sengaja mengajak pindah ke rumahnya supaya bebas tidak ada ucapan tidak suka dari seseorang.“Dasar si Mona. Aku akan balas dendam sama ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18

Bab terbaru

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 30. Akhir kisah Sifa

    Pov SifaBetapa beruntungnya aku, setelah pahitnya kehidupan selama tujuh tahun menikah dengan Mas Sulhan, aku mendapatkan sebuah kebahagiaan yang begitu besar. Menjadi istri dari seorang teman sejak kecil ternyata cukup menyenangkan. Kak Fadil selalu perhatian padaku meski usia pernikahan kami sudah menginjak lima tahun. Risa juga merasakan sosok ayah yang selama ini dirindukan kehadirannya.“Ibu, Risa lapar!” Sahut Risa sepulang sekolah. Aku menatap jilbab putih yang dikenakannya diletakkan begitu saja di sandaran kursi. Aku melihat Kak Fadil tersenyum ke arah Risa kemudian menasehatinya. Ternyata nasehat Kak Fadil berhasil membuat Risa paham arti jilbab sesungguhnya. Risa begitu penurut dengan ayah sambungnya meski mulai menginjak remaja, Kak Fadil memberikan aturan-aturan yang harus Risa patuhi. Aku sadar, aturan yang diberikan pada Risa adalah bentuk kasih sayang pada seorang anak perempuan.“Ibu, Ayah. Minggu depan Risa ada seleksi pertandingan karate. Doakan Risa agar lancar m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 29. Waktu berlalu

    Waktu terus berlalu, Marisa gagal melancarkan aksinya membakar rumah Sifa di salah satu komplek. Anak buahnya berhasil digagalkan oleh warga setempat dan pelaku dibawa ke kantor polisi. Marisa yang mengetahuinya, lantas memilih kabur sehingga statusnya masuk dalam daftar pencarian orang. Marisa dibantu keluarganya, terpaksa kabur ke luar negri.Singkat cerita, lima tahun berlalu dan hari ini Marni dan juga Irma dinyatakan bebas. Sesuai rencana, mereka berdua pulang ke kampung dengan berbekal seadanya. Rumah terlihat sangat kotor karena sudah lima tahun tidak dibersihkan dan tidak ada tanda-tanda seseorang pulang ke rumah sekedar membersihkannya.“Marni, sudah bebas kamu?” Mona yang kebetulan lewat depan rumah Marni menjumpai teman lamanya itu. Akan tetapi wajah Marni tidak menunjukkan rasa senang saat disapa temannya. Malah menunjukkan tatapan angkuh.“Kamu nggak suka aku bebas, Mona?” Mona yang tadinya berharap perangai Marni berubah ternyata nihil. Perangainya masih tetap sama, bah

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 28. Berita Duka

    Uhuk uhukRana terbatuk usai melakukan shalat di sepertiga malamnya. Rana merasa dadanya sakit dan mengeluarkan bercak darah ketika batuk. Rana tidak pernah absen melakukan shalat sunnah.“Sakit!” Rintih Rana sambil memegang dadanya.“Ya Allah, hamba pasrah jika memang waktu hamba sudah dekat!” Gumam Rana sambil membersihkan bercak darah di telapak tangannya.Rana bergegas ke kamar mandi meski tubuhnya terasa lemas. Dengan gontai, Rana berusaha bisa sampai ke kamar mandi.BrukTubuh Rana limbung ke lantai, wajahnya berubah pucat dan saat itu juga Rana tengah menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Rana sempat melafalkan kalimat syahadat.Keesokan harinya, salah satu tahanan menemukan Rana tewas di depan kamar mandi. Polisi segera membawa jenazah Rana ke rumah sakit untuk diotopsi. Toni yang sudah lama menyadari keadaan istrinya hanya bisa pasrah mendengar kabar duka. Toni diantar salah satu rekannya menuju ke rumah sakit untuk melihat wajah sang istri

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 27. Sah

    Hari ini adalah hari pernikahan Sifa dengan Fadil. Satu bulan setelah tertangkapnya mereka bertiga, kehidupan Sifa kembali aman tanpa gangguan dari mantan mertua ataupun mantan ipar. Janur kuning melengkung di depan rumah Sifa menjadi pertanda ada sebuah acara bahagia.Pagi ini, Sifa terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya nuansa putih. Begitu pula dengan Fadil yang sudah berada di depan penghulu dengan baju pengantin nuansa senada. Pernikahan digelar secara sederhana dan hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat saja.“Sifa, ayo ibu antar!” Eli menggandeng tangan Sifa ke meja penghulu. Kehadiran Sifa membuat kedua mata Fadil tidak bisa berpaling dari kecantikan Sifa.“MasyaAllah calon istriku!” Gumam Fadil. Kecantikan alami yang dimiliki Sifa sejak dulu tidak pernah lekang oleh waktu meski usia bertambah.Ijab qobul segera dimulai, sedari tadi bibir Sifa menyebut nama Allah untuk meredam rasa grogi sebelum akad dilangsungkan.Penghulu dan Fadil mulai berjabat tangan dan mengikra

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 26. Pengakuan Rana

    Marni dan Irma kini hendak dalam perjalanan dari bandara ke lokasi yang dituju dengan menggunakan jasa travel yang sudah dipesan. Namun alangkah terkejutnya ketika mobil travel yang ditumpanginya diberhentikan oleh orang tidak dikenal. Alhasil semua penumpang travel itu turun dan menjalani pemeriksaan. Tiba-tiba kedua tangan Irma dan Marni diborgol.“Loh, kenapa saya diborgol?” Pekik Marni ketika melihat dua tangannya sudah terborgol.Marni merasa cukup malu ketika tatapan semua penumpang tertuju padanya. Irma juga protes namun sebuah mobil polisi akhirnya datang dan membawa mereka berdua.Marni dan Irma kembali dibawa ke Jakarta dengan menggunakan mobil polisi. Kedua mata Irma dan Marni terbelalak melihat Rana sudah berada di kantor yang sama. Marni dan Irma memperhatikan penampilan Rana yang sudah berhijrah dari atas ke bawah.“Ini pasti karena kamu, Rana!” Irma menuduh Rana. “Dasar menantu durhaka!” Pekik Marni membuat gaduh kantor polisi tersebut. “Ibu, Mbak Irma. Semua perbuata

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 25. Perhatian

    Kedua mata Fadil melihat sosok Marisa dari kejauhan seperti tengah mempersiapkan sesuatu. Marisa kini berada di bagian sudut lain seakan bersiap melakukan sesuatu. Fadil merasa tidak enak, berlanjut mengajak mereka berdua ke arah keramaian.“Om, Jerapahnya tinggi banget lehernya!” Fadil hanya fokus pada Marisa yang terlihat mencurigakan.“Om! Kok melamun sih!” Sifa melihat Fadil seperti memperhatikan sesuatu.“Ada apa, Kak? Apa ada sesuatu?” “Tidak ada apa-ap, Sifa. Kita agak kesana ya!” Fadil berbaur dengan pengunjung lain supaya Marisa tidak bisa menjalankan aksinya.“Istri Sulhan membawa pistol, ini gila!” Gumam Fadil Dor dor dor “Aaaa!” Risa terkejut dengan suara ledakan tidak jauh darinya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya.Tiga peluru peluru melesat mengenai tiang besi yang tidak jauh dari Risa berdiri, semua pengunjung panik karena sebuah tembakan menyasar. Tanpa berpikir panjang, Fadil menggendong Risa dan menggenggam tangan Sifa mengajaknya menjauhi area berbahaya t

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 24. Menguntit

    Marni gelisah menatap kedua menantunya yang tengah bersitegang. Niat hati ingin melerai mereka, khawatir menjadi sasaran amukan Marisa. “Dasar wanita sombong!” Pekik Irma pada Marisa di depannya.“Setidaknya masih ada yang bisa aku sombongkan daripada kamu, tukang ghibah!” Kedua mata Marisa juga melirik ke arah Marni. Marni seketika terdiam karena lirikan tajam dari Marisa.“Su-sudah! Jangan bertengkar lagi! Harusnya kita selesaikan semua rencana yang gagal ini!” Marni mengumpulkan keberanian untuk melerai mereka. Marni sendiri khawatir jika ada tetangga atau siapapun mendengar perdebatan mereka.“Ibu dan Irma saja yang pikirkan, aku ingin semua beres!” Marisa dengan santainya meminta semua beres. Irma yang tadinya duduk di sampingnya kembali berdiri menatap nyalang ke arah Marisa.“Kamu mau cuci tangan atas kejahatan yang kau rancang?” Irma bahkan menunjuk wajah Marisa yang tengah memperlihatkan kuku cantiknya.“Aku sudah membayar mahal kalian!” Marisa tetap tidak mau mengalah.“Irm

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 23. Jawaban Sifa

    Sifa diam sejenak, ditatapnya wajah Risa seakan sangat menginginkan Fadil menjadi seorang ayah untuknya. Sifa tidak menyalahkan keinginan Risa, anak sekecil itu memang membutuhkan seorang ayah.“Aku tidak pernah salah pilih, bahkan aku rela menunggu sampai kamu menerima cintaku! Pencapaianku tidak ada artinya kecuali ada kamu disampingku!” Kedua mata mereka saling bertatapan. Eli sudah sangat berharap jika Sifa memberikan jawaban.“Sifa, mungkin keputusan ini cukup berat untukmu. Tetapi, Ibu sangat berharap jika kamu bisa menerima cinta Fadil! Ibu yakin jika Fadil akan membahagiakan dan menjaga kalian berdua. Kalian berdua hidup sendiri sudah membuat Ibu kepikiran.” Eli memegang kedua tangan Sifa seolah memohon kepadanya.“Bu Eli memang wanita yang sangat baik seperti Bu Imah. Apakah Bu Eli tidak ingin memiliki menantu yang lebih baik dari Sifa?” “Jika di depan Ibu sudah ada kamu, maka tidak ada keinginan memiliki menantu lain selain kamu, Sifa!” Eli menunduk pasrah jika nanti Sifa m

  • Rendang Basi Dari Mertua   Bab 22. Irma VS Marisa

    Marni dan juga Irma sangat terkejut usai membaca pesan bernada emosi dari Marisa yang mengatakan jika Sifa dan Risa masih hidup.“Ba-bagaimana bisa mereka berdua masih hidup?” Marni jatuh terduduk usai menerima pesan berisi foto Sifa dan Risa. Wajah Marni yang biasanya terlihat angkuh dan sombong, kini berubah pucat.“Penampilan Sifa berubah seperti orang kaya!” Irma kembali menelisik foto Sifa dan Risa. Penampilan yang dulunya sering dia bilang dekil dan udik sekarang berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik. Ada rasa iri melihat kecantikan yang dimiliki Sifa. Kecantikan yang baru terlihat ketika sudah membuangnya bahkan hampir melenyapkannya.“Bagaimana jika Sifa akan melaporkan kita kepada polisi?” Pandangan Irma sudah terlalu jauh, bahkan takut jika harus mendekam di balik jeruji.“Kita seret juga Marisa bersama kita. Dia menjadi dalang di balik pembakaran rumah Sifa!” sahut Marni seolah tidak terima jika Marisa nantinya tidak ikut terseret dalam proses hukum.“Semoga Sifa t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status