Share

Bab 3

Author: Vhiena Vhie
last update Last Updated: 2023-02-23 07:40:24

Itu bukan yang Nauna inginkan. Dia tidak berharap Dean mendukungnya, tapi setidaknya jangan ikut campur.

“Apa yang kalian perdebatkan?” Meski sedari tadi dia mendengar apa yang diperdebatkan istri dan ipar-iparnya, tapi Dean tetap bertanya untuk memastikan.

“Hari ini giliran Mbak Lusi belanja mingguan dan dia nggak mau melakukan itu.” Nauna mengadu.

“Bukan nggak mau, tapi lagi nggak bisa.” Lusi meralat. Dia lalu menatap adik iparnya yang laki-laki. “Dean, kamu tau sendiri kami lagi banyak kebutuhan. Anak-anak lagi banyak kegiatan di sekolah. Rey bahkan mau study tour ke luar kota dengan biaya yang nggak sedikit.”

“Nggak apa-apa, Mbak. Biar minggu ini kami yang belanja.” Dean berkata tanpa berpikir dua kali. Nauna melayangkan tatapan protes, tapi dia tidak mengubah keputusannya. “Nauna, sarapannya sudah siap? Aku harus segera berangkat. Tolong cepat sedikit, ya?”

Setelah berkata begitu, Dean beranjak meninggalkan dapur. Nauna mendengus tak percaya. Tapi, dia tidak membantah.

“Lihat, suamimu saja nggak keberatan.” Lusi tersenyum puas. Begitu pun dengan Tika dan Tari.

Nauna memilih tidak menanggapi. Pada saat ini, nasi goreng sudah matang. Nauna menunggu sampai Tari memindahkan nasi goreng itu ke dalam mangkuk besar. Lalu, dia mengambil alih dan membawanya ke ruang makan.

Ternyata, meja makan sudah ramai. Kursi-kursi sudah terisi sebagian. Semua penghuni rumah—kecuali para istri—sudah mengambil tempat duduk masing-masing.

Nauna meletakkan mangkuk besar di tengah-tengah meja. Kemudian, Lusi datang membawa sepiring telur dadar yang sudah dipotong-potong. Tari menyusul membawa teko air dan gelas untuk minum. Sedangkan Tika membawa peralatan makan seperti piring dan sendok.

Para istri mulai melayani keluarga mereka masing-masing. Tari adalah yang paling sibuk, sebab anak kembarnya sangat berisik. Sienna dan Sierra bertengkar memperebutkan ponsel dan itu sudah sering terjadi—hampir setiap pagi.

Tika juga sibuk, saling bergantian dengan Daniel, memangku Bella yang rewel enggan makan. Sementara Lusi, dia mulai bicara tentang hal-hal yang tidak penting dengan suami dan anak-anaknya.

Nauna dan Dean adalah yang paling tenang. Mereka makan dan selesai tanpa bicara. Sesaat kemudian, Dean berpamitan pada semua orang—yang masih makan—untuk segera berangkat ke kantor. Nauna mengantarnya ke depan.

“Nauna, maaf soal tadi. Aku nggak bermaksud membela mereka dibanding kamu. Aku cuma nggak mau ada perdebatan yang nggak berujung.” Dean berkata dalam perjalanan mereka menuju ke luar rumah.

“Mas, bisa nggak, sekali saja, kita nggak mengalah sama mereka?” Nauna bertanya hati-hati.

“Mereka itu saudara kita, Nauna. Keluarga kita. Ekonomi mereka sedang nggak stabil. Nggak ada salahnya membantu.” Dean memang murah hati. Dia mungkin tidak pernah berpikir negatif tentang orang lain. Tapi, Nauna tidak bisa seperti dia.

“Aku mulai berpikir, bagaimana kalau ternyata mereka hanya memanfaatkan kita?” Nauna mengutarakan kecurigaannya. “Mungkin, mereka bukan nggak punya uang, tapi memang nggak mau mengeluarkan uang.”

“Astaghfirullah, Nauna. Nggak boleh berpikiran buruk terhadap saudara sendiri. Nggak baik. Jangan begitu, ya?” Dean menasehatinya.

“Tapi, mereka mencurigakan, Mas. Tadi aku dengar kalau—”

“Om! Mau ikut!” teriak dua suara secara bersamaan.

Pada saat ini, Sienna dan Sierra muncul. Seragam dan jilbab serupa membuat mereka nyaris tidak bisa dibedakan. Ini adalah tahun ke-empat si kembar memakai seragam merah putih.

Di belakang si kembar, menyusul Yoga yang terlihat buru-buru memakai jaket. “Dean, kamu anterin si kembar ke sekolah, ya! Aku buru-buru mau ke kantor. Titip mereka, ya!”

Setelah berkata begitu, Yoga berlari ke garasi. Dia mengeluarkan motor dan melesat pergi begitu saja. Dean tidak bisa berkata apa-apa selain membawa dua keponakannya itu masuk ke dalam mobil.

Ini bukan pertama kali Yoga meninggalkan anak-anaknya seperti ini. Sudah sangat sering dan Dean yang penurut tidak pernah membantah. Padahal, sekolah si kembar dan kantornya berbeda arah.

Nauna berjalan menyusul. Dean belum masuk ke dalam mobil. Dia menunggu istrinya tiba di dekatnya, kemudian mengulurkan tangannya.

“Jangan lupa makan siang. Makanan kantin masih enak, kan? Kalau sudah bosan, bilang, ya? Biar aku buatkan bekal,” ucap Nauna sembari meraih tangan Dean dan menciumnya dengan takzim. Dia tidak jadi menyambung kalimat yang terpotong dan memutuskan untuk bicara nanti.

Dean mengangguk dan tersenyum. Dia masuk ke dalam mobil, sementara Nauna berlari untuk membuka pintu gerbang. Yoga yang buru-buru hanya membukanya sedikit untuk meloloskan motor.

“Aku berangkat, ya?” Dean menyembulkan kepala lewat jendela mobil saat hampir melewati gerbang. “Assalamu’alaikum,” pamitnya.

“Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Mas!”

Klakson dibunyikan satu kali. Nauna melepas kepergian Dean untuk beberapa saat. Setelah memastikan mobil yang dikendarai suaminya tak lagi terlihat, dia beranjak masuk ke dalam rumah.

Pada saat melewati pintu, dia berpapasan dengan Rey dan Citra. Dua anak remaja dengan seragam yang berbeda itu melewatinya begitu saja. Mereka memang tidak akrab sama sekali.

Tiba-tiba, Nauna teringat sesuatu. Dia memanggil Rey yang baru akan pergi ke garasi untuk mengambil motornya. Anak laki-laki itu menoleh. Pada saat ini, Nauna baru menyadari bahwa mereka jarang sekali berbicara selama tinggal satu atap.

“Rey, kamu mau ikut study tour ke luar kota, ya? Benar begitu?”

Pertanyaan Nauna, menimbulkan garis-garis bingung di wajah Rey. Sementara Citra yang berdiri di sebelah kakaknya hanya menyimak tanpa menyela.

“Nggak.” Rey menjawab singkat. Dia memang tidak banyak bicara.

“Nggak? Kamu yakin?” Nauna masih ingin memastikan.

Rey mengangguk. “Kenapa?”

“Ah... Nggak. Tante hanya bertanya.” Nauna tersenyum canggung. “Ya sudah, kalian berangkat lah. Hati-hati di jalan, ya! Tante masuk dulu.”

Di bawah tatapan bingung Rey dan Citra, Nauna beranjak masuk ke dalam rumah. Dia mendengus, mengingat bagaimana Lusi mengarang kebohongan tentang studytour Rey ke luar kota. Anak itu bahkan tidak tahu apa-apa.

“Kamu sudah urus semua suratnya, Mas?”

Samar-samar, Nauna mendengar suara Lusi dari ruang makan. Lagi-lagi, dia merapatkan tubuh ke tembok dan mencoba mencuri dengar.

“Nanti dulu lah. Jangan buru-buru. Aku masih mau mencari pembeli yang bisa menawar dengan harga lebih mahal lagi.” Suara Rudy terdengar menyahut pelan. “Setelah itu, baru urus surat dan susun rencana untuk dapat tanda tangan Dean.”

Nauna terkesiap mendengar nama suaminya terselip dalam obrolan mereka. Apa yang mereka ingin perjual belikan sampai harus menyusun rencana untuk mendapatkan tanda tangan Dean?

“Itu yang paling sulit, Mas. Dia nggak akan semudah itu mau tanda tangan. Apalagi kalau dia tahu apa yang ingin kita jual.”

“Karena itu, aku bilang jangan buru-buru. Kita susun rencana dulu.”

Nauna tidak mengerti. Apa yang mereka rencanakan? Sepertinya, itu bukan hal baik untuk Dean. Terdengar dari betapa ambisius ucapan Lusi berikutnya.

“Pokoknya, Dean harus tanda tangan surat itu, bagaimana pun caranya!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Rb
cerita bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 4

    Bagaimanapun caranya? Nauna mengulang dalam hati. Bukankah kalimat itu terdengar seperti ancaman untuk Dean? Dia tidak tahu apa yang direncanakan Lusi dan Rudy, tapi jika itu menyangkut suaminya, maka dia akan mencari tahu. Pada saat ini, Nauna tidak mendengar pasangan itu bicara lagi. Alih-alih, suara kursi yang bergeser. Dia bergegas melarikan diri ke lantai atas agar tak tertangkap basah telah mencuri dengar. Dari lantai atas, dia bisa melihat Lusi dan Rudy berjalan ke luar rumah. Nauna beranjak masuk ke kamarnya. Dia menjadi tidak tenang sepanjang hari karena memikirkan hal ini. Ponsel di tangannya digenggam dengan erat. Nauna ingin menghubungi Dean dan berbicara tentang apa yang dia dengar. Tapi, suaminya mungkin masih di perjalanan atau baru saja tiba di kantor. Bukan saat yang tepat untuk bicara hal serius. Nauna menyimpan rasa penasaran dan kekhawatirannya sendiri untuk sementara. Tapi, ini benar-benar membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang sepanjang waktu. Pukul sebela

    Last Updated : 2023-02-23
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 5

    Itu adalah fakta baru yang Nauna dengar hari ini. Selama ini, yang dia tahu, rumah yang mereka tempati sekarang adalah milik bersama dengan para iparnya—bukan milik Dean seorang. Seperti apa yang pernah Dean katakan, ibunya ingin dia dan semua saudaranya tinggal di sana bersama-sama. Pantas saja Nauna merasa ada yang aneh dengan keinginan mendiang mertuanya. Ternyata, memang ada yang disembunyikan. Mungkin wasiat itu tidak pernah ada sama sekali. Pada saat mengejutkan itu, pelayan datang membawa segelas jus lemon. Nauna mengangguk sebagai tanda terima kasih dan pelayan itu segera pergi. Agaknya, Rudy dan temannya juga akan pergi. Mereka tidak lagi berbicara, alih-alih memanggil pelayan dan meminta bill. Setelah membayar pesanan, mereka benar-benar beranjak dari sana. Sudut mata Nauna mengikuti langkah mereka, sampai dua orang itu naik ke atas sepeda motor yang parkir tak jauh dari sana. Akhirnya, dia bisa membuka masker dan menghela napas panjang, setelah memastikan Rudy dan teman

    Last Updated : 2023-02-24
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 6

    Dapur mendadak sunyi setelah meluncur kalimat tajam dan penuh keyakinan dari mulut Nauna. Dia menyorot wajah-wajah di depannya tanpa rasa takut. Dia sudah menahan diri sedari tadi, tapi mendengar omong kosong mereka—yang tak kunjung berhenti—membuatnya sungguh muak. Setelah beberapa saat terpaku, Lusi maju satu langkah. Dia membalas tatapan berani Nauna dan menarik segaris senyum meremehkan. “Kamu bilang apa barusan? Mau membuat Dean mengusir kami dari rumah ini?” Lusi mengutip kata-kata Nauna lalu mendecih dengan keras. “Nauna, selama ini aku pikir kamu perempuan polos yang penurut dan baik hati, tapi ternyata aku salah. Kamu punya niat busuk!” Telunjuknya menuding Nauna tepat di depan wajah. “Sepertinya selama ini kamu hanya berpura-pura baik di depan Dean. Ternyata, kamu ingin menyingkirkan kami dari rumah ini. Begitu?” Tari ikut maju. Dia berdiri di samping Lusi dan melipat tangan di depan dada. “Ternyata kamu perempuan licik!” Tika menimpali dengan sengit. “Sepertinya dia mau

    Last Updated : 2023-02-25
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 7

    Sepanjang dua puluh lima tahun perjalanan hidupnya, Nauna tidak pernah berharap akan memiliki musuh—tidak satu orang pun. Dia terbiasa hidup dengan tenang. Menjadi perempuan baik-baik dan tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Ketika masih duduk di bangku sekolah, dia memiliki banyak sekali teman. Saat naik ke jenjang kuliah, dia dikelilingi banyak orang yang menyukai kepribadiannya. Bahkan, ketika masuk lingkungan kerja, dia mendapat sambutan hangat dari semua orang. Singkatnya, dia memiliki reputasi yang baik. Namun, semuanya menjadi berbeda setelah dia menikah. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasa tidak disukai. Sejak hari dimana dia dan Dean resmi menjadi pasangan suami istri, dia sudah mendapat tatapan berbeda dari beberapa orang yang datang hari itu—Rudy, Yoga, Daniel dan para istri mereka yang manipulatif. Meskipun saat itu mereka tidak menunjukkan rasa tak suka secara terang-terangan, tapi Nauna dapat merasakan dari cara mereka menatapnya. Sekali pun mereka ters

    Last Updated : 2023-02-25
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 8

    Dean merasa bingung dan terdiam. Alih-alih menjawab pertanyaan Nauna, dia malah berpikir atas dasar apa pertanyaan ini dilontarkan. Seingatnya, dia sudah pernah mengatakan hal ini pada istrinya satu tahun lalu—saat mereka pertama kali tinggal bersama di rumah ini.Seharusnya, Nauna tidak perlu bertanya lagi sekarang. Lagi pula, sudah terlalu lama sejak terakhir kali mereka membahasnya. “Nau, kamu sudah tahu, rumah ini milik ayah dan ibu.” Dean berkata. “Aku sudah pernah kasih tahu kamu dulu.”Nauna menggelengkan kepala. Dia masih ingat apa yang Dean katakan satu tahun lalu, tapi bukan itu jawaban yang ingin dia dengar sekarang. “Maksudku, atas nama siapa?” Nauna memperjelas pertanyaannya agar Dean paham maksudnya. “Tentu saja atas nama ayah dan ibu.” Jawaban Dean terdengar yakin. Dia tidak ragu sama sekali karena memang seperti itu yang dia tahu. Nauna menyorot lebih tajam untuk mencari kejujuran di mata kelam suaminya. Sepertinya, Dean tidak berbohong. Apa yang dia katakan adalah

    Last Updated : 2023-02-26
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 9

    Makan malam telah usai bagi semua penghuni rumah—kecuali Nauna dan Dean yang memilih tidak ikut bergabung di meja makan. Anak-anak sudah masuk ke kamar masing-masing, sementara orang dewasa berkumpul di ruang tengah—sebenarnya hanya pasangan Rudy-Lusi dan Yoga-Tari, sedangkan pasangan Daniel-Tika sudah masuk ke kamar bersama putri kecil mereka. Televisi dinyalakan, tapi tidak ada yang fokus menonton. Volume dikecilkan dan empat orang di ruang tengah mulai membuka obrolan. Lusi adalah yang pertama kali berbicara, setelah memastikan pintu kamar Nauna dan Dean masih tertutup rapat di atas sana. “Hari ini, Nauna agak berbeda,” ucap Lusi dengan suara pelan dan hati-hati. “Berbeda bagaimana?” Yoga bertanya dengan kening berkerut samar. Selama satu tahun tinggal bersama, dia tidak banyak berinteraksi dengan adik iparnya itu. Selain karena tidak ada yang penting, dia juga tidak menyukai keberadaan Nauna di rumah ini. Tari mewakili Lusi untuk menceritakan kejadian di dapur siang tadi. Saat

    Last Updated : 2023-02-27
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 10

    Nauna mengulum senyum melihat reaksi terkejut para iparnya. Mereka mungkin tidak menyangka bahwa dia sudah mengetahui rencana mereka. Dan sebentar lagi, Dean juga akan segera mengetahuinya. Pada saat ini, Daniel dan Tika bergabung di ruang tengah. Pasangan itu tampak terheran-heran dengan suasana tegang yang ada di sana. Tari memberi mereka kode untuk duduk dan mendengarkan apa yang selanjutnya dikatakan Nauna. “Seharusnya, sertifikat itu ada di tangan pemiliknya, kan? Tapi, untuk sekedar melihatnya pun nggak boleh.” Nauna bersedekap, matanya menyorot seraut panik di sekitarnya satu per satu—termasuk Daniel dan Tika yang mulai menangkap apa yang sedang terjadi saat ini. “Apa maksud kamu, Nauna? Bicara apa kamu?” Tika yang pertama kali bersuara, setelah sempat hening selama beberapa saat. Nauna menatap Tika dan berkata dengan tenang, “Mbak Tika dan Mas Daniel yang baru bergabung disini, kalian pasti tahu apa maksudku.” “Nauna, kamu mulai ngawur!” Lusi tidak tahan lagi untuk berpur

    Last Updated : 2023-02-27
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 11

    Pada saat ini, Nauna merasa agak aneh. Lusi terlihat sangat percaya diri. Begitu berbeda dengan beberapa saat lalu—ketika mereka semua berkumpul di ruang tengah. Seraut gusar yang tercetak di wajah perempuan ini sewaktu tadi, sekarang berganti dengan senyuman tipis penuh arti. Tangan Lusi terulur, ingin berjabatan dengan Nauna sebagai tanda sepakat atas tantangan yang baru saja mereka buat. Kepercayaan dirinya semakin membuat Nauna merasa ragu dan curiga. “Kenapa?” Lusi bertanya dengan sorot meremehkan ketika uluran tangannya tak kunjung bersambut. “Takut kalah?” Nauna mengerjap waspada. Dia merasa ada yang tidak beres. Bagaimana kalau Lusi dan para iparnya punya rencana lain yang belum dia ketahui? “Sudah kuduga, kamu nggak akan berani menerima tantanganku. Kamu tahu kalau kamu pasti akan kalah. Iya, kan?“ Lusi tertawa pelan, terdengar sangat pongah dan menyebalkan di telinga. Saat itu juga, Nauna meraih uluran tangan yang hampir diturunkan. Lusi sedikit terkesiap. Dalam hitungan

    Last Updated : 2023-02-28

Latest chapter

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   106

    Andaikan bisa menolak, Jihan tentu tidak akan mengatakan iya. Masalahnya adalah, apa yang diminta oleh Jeremy juga merupakan tuntutan dari pengadilan. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak punya pilihan, selain menerima dengan berat hati. Pada akhirnya, rumah itu benar-benar dikembalikan kepada pemiliknya. Betapa bersyukurnya Dean dan Nauna ketika menerima kembali sertifikat rumah yang selama ini mereka perjuangkan. Air mata bahagia tumpah ruah, pasangan suami istri itu saling memeluk, sambil tak henti mengucap syukur. Hari berganti. Jihan dan Viola mulai mengemasi barang-barang milik mereka dan juga milik Jeremy untuk di bawa pergi. Alvaro dan beberapa orang suruhan membantu mereka membawakan barang-barang tersebut ke dalam mobil pickup. Setelah memastikan semuanya sudah terbawa, Jihan melangkah keluar dengan langkah yang begitu berat. Raut wajahnya benar-benar suram. Kesedihan masih tampak jelas dari kedua matanya yang sembab. Viola dan Alvaro yang mendampingi sang ibu, hanya bi

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 105

    “Apa yang dilakukan perempuan itu di sini tadi? Dia menemuimu?” Alvaro bertanya dengan tajam. Tatapannya mengarah lurus pada Jeremy yang duduk diam di hadapannya. Tidak ada jawaban. Jeremy tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengangkat pandangan yang semula terpaku pada permukaan meja, lalu menatap Alvaro dengan tatapan dingin. Aura suram menguar dari keseluruhan dia pada saat ini. Sangat jauh berbeda dibandingkan dengan pada saat dia berhadapan dengan Dinara. Alvaro berdecak kesal, tidak suka dengan reaksi Jeremy yang seperti ini. Dia menginginkan jawaban atas pertanyaannya, bukan sorot mata dingin dan mengintimidasi. “Nggak salah lagi, dia pasti datang untuk menemuimu dan kamu pasti bersedia bertemu dengannya.” Alvaro menyimpulkan sendiri, sebab tak kunjung mendapat jawaban. Jeremy masih belum menanggapi, alih-alih membiarkan Alvaro kembali berkata-kata, “Seharusnya, kamu menolak bertemu dengannya, Kak. Dia pasti datang untuk menertawakanmu, kan? Dia pasti senang melihatmu seperti

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 104

    Hampir tiga puluh menit berlalu sejak tiba di kantor polisi, Dinara masih saja berdiam diri di dalam mobil. Bukan tanpa alasan, perempuan itu hanya perlu waktu sedikit lebih lama, untuk menyiapkan hati dan meyakinkan diri, sebelum benar-benar pergi menemui Jeremy. Sebab, bukan hal mudah untuk berhadapan dengan Jeremy di ketika ini. Jika kemarin siang saja laki-laki itu bisa menunjukkan kemarahan yang begitu menggebu-gebu terhadap dirinya, lantas bagaimana dengan hari ini? Biar bagaimanapun, ditahannya Jeremy, tidak terlepas dari upaya Dinara yang diam-diam merekam pembicaraan mereka kemarin lalu. Jadi, bukan tidak mungkin dia akan meluapkan kemarahan, jika mereka bertemu nanti. Pemikiran itulah yang membuat Dinara merasa was-was. Namun demikian, dia tidak bisa mundur begitu saja. Apapun yang terjadi, dia harus tetap bertemu dan bicara dengan Jeremy. Bukan sekedar untuk memenuhi permintaan Viola, melainkan juga untuk menuruti kata hatinya sendiri. Pada akhirnya, setelah memeriksa w

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 103

    Sebagaimana yang dikatakan oleh Dinara, rekaman suara itu benar-benar bisa menjadi barang bukti yang kuat. Beberapa jam setelah Dean menyerahkannya pada polisi, Jeremy akhirnya resmi di tahan. Rasa kaget dan tak percaya tentu saja menyeruak dalam diri Jeremy, saat polisi menunjukkan surat perintah penahanan terhadap dirinya. Mereka mengatakan, sudah ada bukti yang menguatkan dugaan, bahwa dirinya terlibat dalam kasus penipuan yang dilakukan oleh Rudy. Hal yang membuat Jeremy merasa semakin kalut adalah, polisi menahannya ketika dia sedang memimpin rapat di kantor. Akibatnya, bukan hanya orang-orang yang berada di ruang rapat, tapi hampir semua orang yang ada di kantor melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana dia dibawa pergi oleh polisi. Desas-desus tentang sang CEO yang ditangkap oleh polisi seketika menyebar dengan cepat. Berbagai spekulasi bermunculan. Dalam sekejap, Jeremy telah menjadi perbincangan hangat semua orang di perusahaannya, dan reputasinya benar-benar te

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 102

    Jeremy menyorot Dinara dengan bias kemarahan di kedua matanya. Aura suram dan mengintimidasi yang menyeruak dari kesuluruhan dia, berhasil membuat mantan istrinya itu menahan napas selama sepersekian detik. “Apa yang sudah kamu katakan pada ibuku?” Sekali lagi, Jeremy mengulang pertanyaan yang sama, namun dengan nada yang lebih ditekan-tekankan dari sebelumnya. Dinara tidak segera menjawab, alih-alih menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Dalam diam, dia tengah mengatur debar jantung yang sempat berpacu dengan kencang, begitu pula dengan ritme pernapasan yang sempat tertahan hingga akhirnya menjadi berantakan. Dinara sepenuhnya mengerti, cara terbaik menghadapi seseorang yang sedang diselimuti emosi seperti Jeremy di ketika ini, adalah dengan bersikap tenang dan hati-hati. Karena itu, Dinara sebisa mungkin menciptakan aura tenang di keseluruhan dirinya, alih-alih menunjukkan ketakutan dan rasa terintimidasi yang kentara. “Kamu bilang padanya tentang kasus pen

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 101

    "Mas?" Nauna menahan langkah saat dia dan Dean baru saja keluar dari ruangan tempat bertemu dengan Lusi. Ketika laki-laki itu menoleh dan mengunci tatap padanya, dia segera bertanya dengan hati-hati, "Kamu sungguh-sungguh sudah memaafkan Mbak Lusi?"Dean tidak langsung menjawab. Sesaat, dia menatap Nauna dalam-dalam. Sekian detik kemudian, barulah dia buka suara, tapi bukan untuk memberikan jawaban, alih-alih balik bertanya, "Apa aku terlihat nggak bersungguh-sungguh, Nau?""Bukan begitu, Mas." Nauna segera menyangkal. "Aku hanya ingin memastikan. Maksudku... Mbak Lusi sudah melakukan hal yang sangat merugikanmu. Apakah semudah itu dia mendapatkan maaf darimu?"Dean lagi-lagi tidak segera menjawab, alih-alih mengajak Nauna duduk di kursi yang berada tak jauh dari mereka. Setelah duduk, Dean mulai berkata-kata, "Sebenarnya, nggak semudah itu, Nau. Jujur, aku juga merasa berat, tapi..." Dean menggantung sebentar kalimatnya. Setelah menghela napas berat, barulah dia genapkan, "Bagaimanap

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 100

    "Nau, cepat ganti baju, kita ke kantor polisi sekarang!"Nauna baru saja keluar dari kamar mandi, ketika Dean tiba-tiba berkata dengan nada terburu-buru. "Ada apa, Mas?" Menanyakan itu, Nauna sambil beranjak menuju lemari, kemudian mengambil sehelai baju ganti dari dalamnya. "Mas Rudy dan Mbak Lusi sudah tiba di kantor pusat. Citra juga ada di sana, kita jemput dia sekarang," sahut Dean sebagaimana adanya. Mendengar ucapannya, sepasang mata Nauna terbuka lebar-lebar. Dia sudah menunggu kabar ini sejak tiga hari yang lalu, tepatnya sejak dia dan Dean pertama kali mendapatkan kabar tentang Rudy dan Lusi yang sudah ditangkap oleh polisi. Tanpa bertanya apa-apa lagi, Nauna bergegas berganti pakaian, kemudian mengambil kerudung dan mengenakannya dengan cepat. "Ayo, Mas!" ajak Nauna sembari menyambar tas dan memasukkan ponsel ke dalamnya. Dean mengangguk. Setelah meraih kunci mobil di atas nakas, dia dan Nauna segera keluar dari kamar dengan langkah tergesa-gesa. "Sudah sejak kapan me

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 99

    "Ibu, tenanglah!" Viola berkata sembari menyentuh bahu sang ibu sebagai upaya menenangkannya. Meski Viola juga terkejut dengan semua yang dikatakan Dinara, dia masih bisa berpikir dengan jernih. Alih-alih mengusir mantan iparnya itu seperti apa yang dilakukan Jihan, dia justru ingin mendengar penjelasannya lebih banyak lagi. Akan tetapi, Jihan yang begitu emosional, tampaknya tidak mau mendengar apapun lagi. Sepasang matanya menyorot Dinara dengan tajam, kemudian berkata, "Pergilah, Dinara! Jangan katakan omong kosong apapun lagi tentang Jeremy!"Dinara tahu Jihan sedang kalut, karena itu dia sama sekali tidak ambil hati atas sikap dan ucapan wanita itu. Alih-alih angkat kaki seperti apa yang diminta, dia justru tetap duduk di tempatnya. "Bu," katanya dengan nada rendah dan terukur. "Ini nggak ada hubungannya dengan urusan pribadiku dan Mas Jeremy. Semua yang aku katakan ini, semata-mata untuk memberitahu Ibu yang sebenarnya, tentang apa yang sudah dilakukan Mas Jeremy demi mendapat

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 98

    Setelah meninggalkan kediaman Jihan, Dinara segera mengajak Dean dan Nauna bertemu. Kebetulan, pasangan suami istri itu sedang berada di luar rumah, jadi mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe, sekalian makan siang bersama. Dinara tiba lebih dulu, sementara Dean dan Nauna datang sekitar sepuluh menit kemudian. Setelah memesan makanan dan minuman masing-masing, mereka tidak berbasa-basi lagi. Dinara segera menceritakan secara detail semua yang dia dengar dari Jihan, tentang persaingan bisnis antara orang tua Dean dan orang tua Jeremy. Mendengar apa yang diceritakan oleh Dinara, Dean dan Nauna tampak terkejut. "Aku sama sekali nggak tahu tentang ini." Dean berkomentar setelah Dinara benar-benar menyelesaikan ceritanya. "Aku nggak pernah mendengar kalau perusahaan Ayah sampai menyebabkan kebangkrutan untuk perusahaan lain. Mungkin karena saat itu aku masih terlalu muda untuk mengetahuinya."Dinara menghela napas. "Sudah kuduga," ucapnya dengan nada rendah nyaris tenggelam. "Ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status