Saat menengok ke belakang ternyata dia adalah lelaki bertopeng yang sejak tadi menjagaku.Tak dihiraukan gegas aku berlari sekuat tenaga menghindari lelaki itu. Namun, celaka ada sebuah mobil berhenti menghalangi jalan."Farah!" teriak seseorang dari balik mobil saat menengok ternyata dia Ervin, rupanya ia melacak keberadaanku melalui panggilan terakhir, syukurlah"Ayo naik cepat!" titahnya.Aku segera berlari menghampiri. Akan tetapi tiga orang lelaki tadi masih mengejar, karena panik kakiku tak bisa berlari dengan kokoh lalu akhirnya terpeleset dan terjatuh ke tanah, sangat sulit untuk bangun karena tubuhku bergetar hebat juga terasa lemas.Dari kejauhan kulihat Ervin keluar dari mobil hendak membantuku."Farah! Ayo bangun, kamu jangan takut bentar lagi polisi datang," seru Ervin sambil membantu berdiri.Ervin memapah tubuhku tapi terlambat ketiga lelaki tadi menghadang kami sambil menodongkan pistol."Jangan coba-coba kabur! Kalau engga peluru ini akan menembus dadamu." Ancam salah
Kabar tentang Ervin benar-benar membuatku putus asa, langit terasa runtuh juga dunia terasa kelam, bagaimana jika ia tak bisa diselamatkan? apakah aku sanggup hidup dengan bayang-bayangnya yang merasa kesakitan karena menolongku?Ah rasanya tidak, kenapa bukan diriku saja yang tertembak, kenapa harus kamu Vin?"Doakan saja ya, Rah, supaya Ervin cepet pulih, polisi juga sudah menangkap salah satu lelaki yang menculikmu kemarin, sudah pasti dalang yang sebenarnya akan terungkap," ucap Tante Dahlia.Ia memberikan kabar bahagia, tapi dukaku masih sedalam samudera jika Ervin masih berjuang antara hidup dan mati kerena menolongku.Jangan pergi secepat itu, Vin, izinkan aku membalas semua jasamu dan pengorbananmu selama ini."Rah, Andra di luar mau jenguk kamu," ujar Tante Dahlia.Untuk apa dia kemari? apa ia ingin menertawakanku?"Suruh masuk aja ya, Tante juga mau keluar dulu beli sesuatu."Aku menganggukkan kepala."Rah, gimana keadaan kamu?" tanya Mas Andra saat ia sudah masuk ke dalam.
"Sekarang puas 'kan lihat hidup aku kaya gini? sana pergi rayakan penderitaanku bersama keluargamu!" sergahku.Mas Andra menggelengkan kepala sambil menatapku sendu, tapi aku tak percaya lagi dengan ketulusannya, jika saja ia terlibat dalam kasus penculikan ini maka seumur hidup takkan ada kata maaf untuknya."Aku menyesal, Farah, aku rela lakukan apa saja untuk membuatmu bahagia, jika kamu membutuhkan bantuanku katakan saja aku pasti bantu," ujarnya sambil berdiri."Jika kepergianku bisa membuatmu tenang maka aku akan lakukan, tapi kamu harus tahu kalau aku selalu ada di dekatmu untuk menolong, dan maaf juga karena kemarin aku ga tahu kamu diculik sehingga ga bisa bantu cari kamu.""Assalamualaikum."Ia pergi dan menutup pintu, untuk kesekian kalinya air mataku berderai lagi.*"Tante aku dah baikan kok, bilangin ya sama perawat atau dokter agar memulangkan aku."Tante Maya terdiam mendengar permintaanku."Sudahlah, Tante, jangan banyak berfikir karena aku harus segera menjenguk Ervi
Aku pulang ke rumah Om Juna karena lelaki tua yang sudah kuanggap ayah kandung itu sangat khawatir jika aku tinggal di apartemen sendirian."Rumah yang ini mau dijual, beli aja sama kamu terus tinggal di situ jangan jauh-jauh Om khawatir," ucapnya saat kami sedang sarapan, jemarinya menunjuk ke sebelah kiri.Suasana sangat riuh oleh cucu-cucunya, kedua menantu Om Juna tinggal bersama di sini, tapi mereka terlihat akur saling menyayangi dan membantu.Apalagi kelima cucunya, sangat kompak dalam urusan membuat rumah berantakan. Akan tetapi, diantara mereka tak ada yang terlihat keberatan, berbeda denganku yang merasa risih saat melihat anak-anak itu berlarian membuat rumah berantakan."Iya deh, aku pikir-pikir dulu," jawabku sambil melanjutkan makan.Hari ini aku akan menjenguk Ervin lagi, tapi sebelum ke sana mampir ke dahulu ke toko roti kesukaan Tante Alma.Tiba di sana wanita berumur lima puluh tahun ke atas itu menyambutku dengan semringah, ia menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu.
"Siapa dia, Pak?" tanyaku, karena tak mengenal wajah lelaki itu.Beruntung tersangka kedua bukan Mas Andra, atau jangan-jangan ia juga memang terlibat tapi polisi belum menangkapnya?"Dia Rasya alias Roy, dia juga berperan penting dalam kasus penculikan Ibu, karena preman-preman itu merupakan teman dan orang suruhannya."Kini aku mengerti ternyata rencana busuk ini berawal dari Dinda mantan adik iparku sendiri lalu dibantu dengan lelaki ini."Tega kamu ya, Dinda. Gara-gara kamu ada orang lain yang hampir sekarat karena jantungnya rusak, aku pastikan kamu akan menua di sini!" tegasku dengan tatapan nyalang.Dinda menatapku dengan bringas seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya."Apa lihat-lihat?! Aku ga takut ya walaupun biji matamu itu keluar semua, selamat tidur di penjara ya anak manja, semoga juga Kakak dan ibumu merasa jera karena sudah melihatmu menderita." Aku menyeringai puas.Setelah puas berkata-kata aku keluar dari tempat yang membuat dada sesak ini, sempat terde
Operasi transplantasi jantung Ervin sedang dilaksanakan, aku, Tante Alma dan Virni menunggu di hadapan ruang operasi.Proses operasi dimundurkan karena dokter mengatakan kondisi Ervin semakin darurat bila tak segera dilakukan operasi Beruntung sang pendonor memiliki kecocokan seperti golongan darah dan ukuran jantung, ia juga korban kecelakaan sehingga jantungnya masih bisa berfungsi dengan baik.Karena perawat tak mengizinkan banyak orang berkerumun, keluarga Ervin yang lain menunggu di luar rumah sakit, aku cukup beruntung karena bisa menemani Tante Alma di dalam.Suasana begitu mencekam selama proses lamanya operasi, hingga pintu terbuka pertanda masa sulit itu sudah selesai."Gimana, Bu? apa operasinya berjalan dengan lancar?" tanya Tante Alma pada perawat yang baru keluar."Nanti dibicarakan sama dokter di ruangannya ya, Bu," jawab suster yang mengenakan APD lengkap itu.Tak berselang lama tubuh Ervin didorong menuju ruang perawatan, kondisinya begitu memprihatinkan, lelaki yang
"Aku mau Bu Farah memaafkanku dengan tulus," ujarnya memasang tampang iba.Bukan kasihan yang ada aku merasa jengah melihatnya, perbuatan jahatnya membayang di kepala, tak mudah terlupakan atau terhapus oleh waktu."Bu, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku menyesal sudah memisahkan Ibu dengan Ervin." Air matanya semakin deras mengalir.Mendengar kata Ervin seolah ada yang hancur di dalam sini, mendengar namanya sama saja dengan membangkitkan rasa sesal yang teramat besar."Apa maafmu bisa membuatku kembali gadis? apa maafmu bisa mengembalikan cintaku? apa maafmu bisa membuatku dan Ervin bersama lagi?"Maya gelagapan, seolah bingung menyiapkan jawaban."Aku akan lakukan apapun asal Ibu mau memaafkan, apapun itu," ujarnya sambil meraih jemariku."Meskipun aku harus jadi pembantu di rumah Ibu, aku rela. Lagian orang tuaku sudah ga mau terima aku lagi, dan ayah dari bayi ini juga sudah meninggalkan kami selamanya."Dahiku mengerenyit apa maksud perkataannya barusan? bukankah ayah bayi itu
"Mbak!" Terdengar seorang lelaki menepuk pundak ini"Iya, Mas," jawabku masih kebingungan.Ada beberapa orang berkerumun mengelilingi, saat melihat diri ternyata semua baik-baik saja tak ada yang terluka."Mbak udah sadar?" tanya lelaki itu sambil menelisik wajahku."Emmm ... sadar?" Aku kebingungan.Memori berputar mengingat kejadian ke belakang, aku tak pingsan dan juga sekarang tak merasakan pusing di kepala, hanya rasa bingung yang melanda."Mbaknya habis dihipnotis, dari tadi saya perhatikan Mbak duduk aja di tembok itu sambil ngelamun."Kini ingatanku telah pulih sempurna, bukankah aku kemari ingin takziah ke rumah Mas Andra? dan ibu-ibu tadi ke mana? bukankah ia yang kutemui terakhir kali?Segenap tanya menumpuk di kepala, tapi aku tak bisa menemukan jawaban hanya dari ingatan."Coba cek barang-barang Mbak yang hilang apa?" tanya lelaki setengah baya itu, sejak tadi sorot wajahnya memancarkan kekhawatiran.Setelah mengedarkan pandangan ke tangan kiri dan kanan benar ternyata pe
"Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]
Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti
Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen
(POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen
(POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.
(POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k
"Farah."Aku tersentak ketika Virni menyentuh bahuku, tidak tahu harus mengatakan apa yang jelas untuk saat ini tidak mungkin aku menjauhinya hanya karena keinginan wanita ini."Kalau kamu memang mencintai Ervin ya tidak apa-apa, Karena sekarang ikatan di antara kami sudah berbeda lagi tidak seperti dulu, hubungan kami hanya sekedar persahabatan." Aku tersenyum manis menutupi kegugupan dalam hatiVirni tersenyum manis entah apa isi dalam hatinya saat ini, mungkin merasa senang karena ia mengira aku tidak mengharapkan Ervin"Aku bercanda kok, Farah, Aku tidak akan melarangmu mendekati Ervin tetapi aku hanya meminta jangan pernah kamu menyeret Ervin ke dalam masalah hidupmu lagi, hanya itu.""Tentu saja tidak akan, sejak dulu aku tidak pernah menyeret Ervin ke dalam masalahku, dia sendiri yang masuk ke dalam masalahku dan ikut membantu menyelesaikannya.""Oh begitu ya." Ia tersenyum masam.Om Juna tiba-tiba menghampiriku ia mengajak untuk pulang sekarang, syukurlah dadaku tidak harus me
"Maafkan Aku tetapi perbuatan Dinda itu sangat keterlaluan, ada orang yang saat ini sedang sekarat karena ulahnya, perbuatan Dinda sangat fatal, Bu."Sambil menahan air mata aku menatap makam Mas Andra yang masih merah, rasanya tidak menyangka dia akan pergi secepat itu bahkan luka yang dia ciptakan saja masih belum sembuh."Farah, Ibu mohon. Dinda lagi hamil, masa kamu tega."Aku tersenyum sinis, lalu ibu meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya, tetapi aku enggan disentuh olehnya."Maaf, Bu, tapi temanku Ervin hampir saja kehilangan nyawanya gara-gara anak ibu, aku rasa ini adalah hukuman kecil untuk Dinda, agar ia tidak bisa berbuat semena-mena pada orang lain.""Ibu akan pastikan setelah ini Dinda pasti akan berubah, ibu akan melarang jika dia terus-menerus mengganggumu, Rah, dan satu lagi ibu juga tidak akan menuntut harta gono gini lagi kepadamu mulai sekarang kita jalani hidup masing-masing.""Sayang sekali Ibu terlambat menyadari hal itu, Aku tidak akan pernah memaafkan oran
"Ya ampun, Tiara, kamu ngagetin tahu," ujarku pada gadis SMA itu, rumahnya terletak di depan rumah ibu."Hahahhaa, lagian Mbak Farah celingukan di sini, tar dihipnotis orang baru tahu rasa," jawab gadis itu dengan gaya khas-nya.Masih sama seperti dulu, ia periang dan banyak bicara. Saat aku sering berkunjung ke rumah ibu gadis ini selalu menyapa, dan selanjutnya terjadilah obrolan hingga saling melupakan waktu.Katanya, ia ingin belajar banyak dariku, bisa sukses memimpin perusahaan, bisa tampil cantik dan elegan, dan semua tentangku yang ia sukai."Mau ke mana, Mbak?" tanya Tiara "Ini mau tanya soal Mas Andra ....""Ah cieee, kiw! Kiw! Malah nanyain mantan."Belum selesai berbicara ia sudah duluan menyela, kudelikkan mata sambil geleng-geleng kepala, dipikr aku ini sama seperti gadis SMA."Ra, emang bener ya Mas Andra sudah meninggal?" tanyaku dengan wajah serius."Iya udah, emang Mbak baru tahu ya? Bang Andra 'kan kecelakaan dua hari yang lalu," ujar gadis itu dengan tatapan duka.