"Ah masa sih." Aku menyeringai dengan tatapan mengejek."Beneran, yang ada di hatiku hanya satu nama, cuma dia seorang."Aku menelan ludah karena baper, jangan sampai ia melihat tingkahku yang kegeeran."Siapa tuh?" tanyaku pura-pura polos."Hmmm, ada aja," jawabnya ngeselin.Sampai di rumah, aku terkejut karena di teras sana ada Mas Andra sedang duduk sendirian, rupanya ia sudah dibebaskan, ada rasa jengkel melihatnya kenapa ia bisa bebas secepat itu?"Ada mantan kamu, Rah, hebat ya Pak Firman," ujar Ervin membuatku melirik aneh."Siapa Pak Firman? kok ngomongin dia?" "Pak Firman itu pengacara Andra, dia hebat karena bisa bebaskan Andra yang sudah jelas-jelas bersalah karena ikut menikmati uang perusahaanmu," jawab Ervin membuatku mangut-mangut."Tapi dia bayar denda ke perusahaan kok, Vin, aku ga tahu dia dapat duit dari mana, ganti ruginya 'kan bermilyar-milyar bukan uang sedikit."Ervin mengedikkan bahu."Yuk kita turun," ajak Ervin, kami pun turun bersamaan.Dari kejauhan kuliha
"Siapa, Rah, gedor-gedor pintu?" tanya Om Juna sambil celingukan lewat jendela."Kurang asem nih laki, apa maksudnya coba gedor-gedor pintu orang," gerutu Om Juna."dah lah Om, kita masuk aja biarin dia di luar sendirian, tar juga bosen pergi sendiri," ujarku mengajak masuk Om Juna ke dalam."Kagak bisa begitu, Om harus kasih pelajaran ama dia, minggir minggir." Om Juna menggeser posisiku dengan paksa lalu membuka kunci hingga pintu itu terbuka."Ngapain gedor-gedor rumah saya?!" tanya Om Juna sambil berkacak pinggang.Seketika Andra diam sambil memandang Om Juna dengan pandangan ketakutan."I-itu Om ... anu." Mas Andra menggaruk-garuk belakang kepalanya."Anu apa?!" bentak Om Juna."S-saya ... mau minta hak sama Farah, masa dia ambil uang saya begitu saja, itu namanya pencurian," jawab Mas Andra gelagapan.Kalau aku dibilang pencuri lalu dia apa? maling kok teriak maling, pengen tak hihh kamu Mas!"Jadi kamu nuduh ponakanku mencuri?!" tegas Om Juna, wajahnya berubah menyeramkan."Lah
."Kamu mau, Rah?" tanya Om Juna padaku."Iya, tapi cuma lima menit," jawabku ketus."Ya dah sana!" Om Juna menepis cekalan tangan Mas Andra lalu masuk ke dalam.Saat kami duduk bersisian di bangku teras tiba-tiba Ervin menelpon, aku tak mengangkat panggilan darinya lalu mengirimkan pesan jika aku akan menelpon balik lima menit lagi."Farah, dengerin aku dong jangan lihat hape terus," pinta Mas Andra."Kupingku masih on kok belum budek, ngomong ya ngomong aja," jawabku sewot."Gini, Rah, apa kamu masih cinta aku? ngomong aja kalau masih, aku bisa menceraikan Maya dan kita hidup bersama lagi, aku janji akan menyayangimu tanpa pamrih."Aku melirik wajahnya, jelas saja terkejut mendengar perkataannya barusan."Kamu nanya aku masih cinta apa engga?" tanyaku dengan tatapan menyelidik."Iya, kamu masih cinta aku 'kan, Rah." Mas Andra menatapku sendu."Emang kamu masih mencintai aku?" tanyaku meremehkan."Iya, Farah, aku menyesal ternyata Maya lebih baik dari kamu, ayolah cabut saja tuntutan
(POV Andra)"Dra, cepat pulang Maya pendarahan," ujar ibu ketika menelpon."Apa?! Kenapa bisa begitu?" tanyaku panik"Cepat pulang saja ga usah banyak tanya."Aku segera menyimpan ponsel ke saku celana lalu tancap gas.Sampai di rumah benar ternyata Maya meringis kesakitan juga darah yang sudah membasahi celana dan sekitarnya, tak berselang lama taxi online sudah datang katanya Dinda yang pesan karena kami tak lagi memiliki mobil, hanya motor butut yang kupunya itu pun sudah lama dan sering mogok."Pergi kamu! Aku ga mau ketemu kamu lagi!" teriakaya histeris.Aku dan ibu saling berpandangan, mengapa ia begitu apa Maya kesurupan?Sekarang kami tinggal di rumah ibu karena rumah Maya kebakaran, ingin sekali tinggal di rumahku tapi sayang semua perabotannya diambil paksa oleh Farah.Wanita itu memang meny3b4lk4n, mengambil hak orang lain dengan paksa, sekarang aku harus putar otak untuk melunasi rumah ibu dan rumahku yang tergadaikan.Memikirkan itu rasanya kepala mau pecah, andai saja ta
Maya keluar kamar sambil menentang tas besar, seketika aku panik melihatnya."Kita berpisah saja, Mas, silakan balik lagi dengan istri kesayanganmu, orang tuaku akan menjemput di bandara," ujarnya dengan tatapan kosong.Ya Tuhan ada apa ini? tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja ia mengatakan itu."Tapi alasannya apa, May? ngomong dong jangan diem aja."Ia terlihat menghela napas lalu mengeluarkan ponselnya."Lihat ini!" Maya memperlihatkan potoku dan Farah beberapa hari yang lalu di rumah Om Juna, ia dapat dari mana Poto itu? ini pasti kerjaan Farah."Dan dengarkan ini juga," ujarnya lagi dengan mata berkaca.Jemari Maya bergulir kali ini ia mendengarkan rekaman aku saat mengajak balikan Farah dan menyatakan cinta padanya, oh rupanya ini jebakan Farah, dan karena ini pula Maya sampai keguguran hingga membenciku."Aku ini batu kerikil dan Farah berlian 'kan?" tanya Maya sambil menyunggingkan bibir."Engga gitu, May, itu bagian dari rencana karena aku ingin memperalat Farah lagi
Masa iddah sudah selesai, seorang Farah Bahtiar resmi menjadi janda, hari ini juga aku pindah ke apartemen, di rumah Om Juna membuatku tak bisa berkonsentrasi karena banyak cucu-cucunya yang masih kecil tinggal di sana."Semoga betah ya," ujar Ervin, ia dan Om Juna ikut mengantarkanku ke tempat baru ini."Iya, Vin, terima kasih udah ngantar ya.""Ervin doang, emang ke Om ga bilang terima kasih," sahut Om Juna merusak suasana."Iya terima kasih ya, Om udah banyak bantu aku hehe." Aku menyeringai."Hmmm." Om Juna mengerling malas."Sebetulnya Om khawatir biarin kamu tinggal sendirian, tinggal sama Om kamu pasti ga betah karena di sana banyak orang, sebaiknya kamu nikah lagi, Farah, tapi sama lelaki baik bukan br3ngs3k kaya kemaren," ujarnya."Coba aja ada lelaki baik yang melamarmu, Om pasti akan nikahkan langsung ga pake lama, jadinya Om bisa tenang," ujarnya lagi sambil melirik Ervin apa maksudnya coba."Ya semoga aja lelaki baik itu cepat datang ya, biar Om ga khawatir lagi," jawab E
Ervin dan Om Juna sepakat mengalihkan pandangannya pada Mas Andra yang sedang memegang buku kecil juga pulpen, bajunya juga seragaman dengan pelayanan yang lain."E-eh Farah, Om." Mas Andra gelagapan"Kamu jadi pelayan di sini, Dra?" tanya Om Juna dengan tatapan mengejek, sedangkan Ervin terlihat biasa saja.Mas Andra tertunduk malu, ia pasti kesulitan mencari pekerjaan, jika saja ia tak terlibat kasus penggelapan uang pasti takkan sulit mencari pekerjaan baginya, Karen ia seorang sarjana strata satu.Mas Andra menghirup napas, mungkin sedang mengontrol emosinya dan meredam rasa malu yang berkecamuk di dalam dadanya."Kalian mau pesan apa?" tanyanya mengabaikan pertanyaan Om Juna.Lagian udah jelas-jelas dia seorang pelayan, masih aja nanya, apa maksudnya coba kalau bukan menghina, Om Juna ada-ada saja."Sop iga, sama ikan goreng, sayurnya yang ini, dan makanan penutupnya yang ini, buat porsi bertiga ya, yang cepet kita udah lapar," seru Om Juna sambil menunjuk-nunjuk buku menu."Baik
Ibu masih berdiri sambil menatapku penuh amarah, siapa tak sakit hati saat putranya dihina. Namun, jika hinaan itu kenyataan apakah harus semarah ini pada orang yang menghinanya?Aku geleng-geleng kepala sambil menyeringai, lalu bergegas pergi, menemui mereka hanya buang-buang waktu saja, minta maaf juga tak tulus karena ada maunya Keluhan ibu mengisyaratkan jika aku harus menolongnya dari kesusahan hidup, yang menurutku dibuat-buat sendiri.Dahulu aku mencukupi semua kebutuhannya, uang jajannya, perutnya selalu kenyang, dan bisa tidur di rumah yang nyaman karena aku membantu merenovasi rumahnya.Namun, mereka malah memanfaatkan secara keji dengan rencana busuknya, hingga kondisi mereka memprihatinkan seperti ini, itu semua salahnya sendiri yang tak bersyukur.Di luar dugaan ternyata Dinda dan Ibu menyusulku menuju appartemen, untung saja aku belum masuk ke sana."Kak Farah, tunggu!" teriak Dinda ngos-ngosan."Apa lagi?" tanyaku sambil melipat tangan di dada, belum kapok rupanya mend
"Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]
Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti
Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen
(POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen
(POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.
(POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k
"Farah."Aku tersentak ketika Virni menyentuh bahuku, tidak tahu harus mengatakan apa yang jelas untuk saat ini tidak mungkin aku menjauhinya hanya karena keinginan wanita ini."Kalau kamu memang mencintai Ervin ya tidak apa-apa, Karena sekarang ikatan di antara kami sudah berbeda lagi tidak seperti dulu, hubungan kami hanya sekedar persahabatan." Aku tersenyum manis menutupi kegugupan dalam hatiVirni tersenyum manis entah apa isi dalam hatinya saat ini, mungkin merasa senang karena ia mengira aku tidak mengharapkan Ervin"Aku bercanda kok, Farah, Aku tidak akan melarangmu mendekati Ervin tetapi aku hanya meminta jangan pernah kamu menyeret Ervin ke dalam masalah hidupmu lagi, hanya itu.""Tentu saja tidak akan, sejak dulu aku tidak pernah menyeret Ervin ke dalam masalahku, dia sendiri yang masuk ke dalam masalahku dan ikut membantu menyelesaikannya.""Oh begitu ya." Ia tersenyum masam.Om Juna tiba-tiba menghampiriku ia mengajak untuk pulang sekarang, syukurlah dadaku tidak harus me
"Maafkan Aku tetapi perbuatan Dinda itu sangat keterlaluan, ada orang yang saat ini sedang sekarat karena ulahnya, perbuatan Dinda sangat fatal, Bu."Sambil menahan air mata aku menatap makam Mas Andra yang masih merah, rasanya tidak menyangka dia akan pergi secepat itu bahkan luka yang dia ciptakan saja masih belum sembuh."Farah, Ibu mohon. Dinda lagi hamil, masa kamu tega."Aku tersenyum sinis, lalu ibu meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya, tetapi aku enggan disentuh olehnya."Maaf, Bu, tapi temanku Ervin hampir saja kehilangan nyawanya gara-gara anak ibu, aku rasa ini adalah hukuman kecil untuk Dinda, agar ia tidak bisa berbuat semena-mena pada orang lain.""Ibu akan pastikan setelah ini Dinda pasti akan berubah, ibu akan melarang jika dia terus-menerus mengganggumu, Rah, dan satu lagi ibu juga tidak akan menuntut harta gono gini lagi kepadamu mulai sekarang kita jalani hidup masing-masing.""Sayang sekali Ibu terlambat menyadari hal itu, Aku tidak akan pernah memaafkan oran
"Ya ampun, Tiara, kamu ngagetin tahu," ujarku pada gadis SMA itu, rumahnya terletak di depan rumah ibu."Hahahhaa, lagian Mbak Farah celingukan di sini, tar dihipnotis orang baru tahu rasa," jawab gadis itu dengan gaya khas-nya.Masih sama seperti dulu, ia periang dan banyak bicara. Saat aku sering berkunjung ke rumah ibu gadis ini selalu menyapa, dan selanjutnya terjadilah obrolan hingga saling melupakan waktu.Katanya, ia ingin belajar banyak dariku, bisa sukses memimpin perusahaan, bisa tampil cantik dan elegan, dan semua tentangku yang ia sukai."Mau ke mana, Mbak?" tanya Tiara "Ini mau tanya soal Mas Andra ....""Ah cieee, kiw! Kiw! Malah nanyain mantan."Belum selesai berbicara ia sudah duluan menyela, kudelikkan mata sambil geleng-geleng kepala, dipikr aku ini sama seperti gadis SMA."Ra, emang bener ya Mas Andra sudah meninggal?" tanyaku dengan wajah serius."Iya udah, emang Mbak baru tahu ya? Bang Andra 'kan kecelakaan dua hari yang lalu," ujar gadis itu dengan tatapan duka.