"Iya, Rah, suami istri itu sekongkol untuk mendapat keuntungan darimu, mereka juga memalsukan identitas Andra seolah ia seorang bujangan," lanjutnya sambil menatapku penuh penyesalan."Mereka menginginkan uangmu, Rah, maka dari itu Maya dan Andra mengatur rencana licik untuk menghancurkan hubunganmu dan Ervin, setelah itu Andra datang sebagai pahlawan dan menikahimu, licik 'kan mereka." Siska masih belum berhenti bicara."Mereka sudah menikah setahun yang lalu, Andra hampir putus asa karena kehabisan dana untuk membangun mall itu, makanya mereka melakukan cara keji ini karena membutuhkan banyak uang, itu yang kutahu, Rah." Ia bicara lagiTubuhku lemah dengan air mata yang terus berderai bercucuran, mereka telah mempermainkan hidupku demi sebuah kekayaan."Aku minta maaf, Farah, karena sudah membantu Maya, harus kamu tahu waktu itu aku bener-bener lagi butuh uang buat biaya rumah sakit ayah, sedangkan Maya memberi bantuan dengan syarat harus mendukung rencananya menjebak Ervin," jelasn
(POV Andra)S14l! Kutinju dinding penjara ini dengan sebelah tangan, kenapa semuanya hancur disaat mimpiku sebentar lagi tercapai, ini semua pasti gara-gara Juna, dan Dirga yang tak becus bekerja.Mall itu sebentar lagi akan berdiri dengan megahnya dan di saat itu pula aku akan menyingkirkan Farah karena sudah tak membutuhkannya lagi.Kejam memang, tapi lebih kejam ayahnya dan seluruh keluarganya terhadap ayahku, aku ingin semua keturunan Bahtiar hidup susah, seperti yang dialami oleh keluargaku selama ini."Ayo keluar, ada yang mau bertemu," ujar seorang polisi penjaga.Aku bangkit dan mengikutinya tanpa kata, oh ternyata Maya yang menjenguk."Mas," sapanya saat kami saling berhadapan."May, aku mau bebas, kata pengacara aku bisa bebas asalkan bisa mengembalikan uang perusahaan yang selama ini kunikmati, aku mohon jual dulu rumah barumu itu ya."Semoga saja Maya mau membantu, yang terpenting sekarang aku bisa bebas dahulu dari sini sebelum waktu persidangan, berbeda dengan Pak Dirga
Perbincangan kami berakhir karena waktu sudah habis, aku kembali ke dalam sel dan Maya bergegas pulang, ada yang aneh dengan Farah kenapa ia tak menjengukku setelah ditangkap?Apa fikirannya sudah diracuni Juna agar membenciku? ah semoga saja tidak.*Keesokan harinya, seperti biasa aku menghabiskan waktu dengan duduk di lantai atau berdiri sambil memegang jeruji besi, hal yang sangat membosankan, jika punya kesempatan aku akan membalas si tua itu karena sudah menggagalkan semua rencanaku.Siang ini polisi yang berjaga mengatakan ada yang menjenguk lagi, semoga itu Farah dan semoga juga dia bisa membantu."Ibu."Ternyata Ibu dan dan Dinda yang datang, kenapa bukan Farah?"Andra kamu sehat-sehat aja 'kan?" tanya ibu dengan konyolnya, mana ada orang sehat-sehat aja, yang ada badanku sakit semua."Tiap malam aku tidur di lantai, badanku sakit semua!" tegasku sambil mencebik.Entah mengapa aku sedikit kesal karena ibu lambat memberikan pertolongan, giliran minta duit selalu ingin cepat da
Aku masuk ke dalam mobil, di dalam Ervin tersenyum, aku menemui Mas Andra dipenjara memang ditemani olehnya."Dia mau tanda tangan?" tanya Ervin sambil tancap gas."Engga, Vin," jawabku datar."Baiklah, tak masalah, perceraian akan tetap terjadi kamu jangan khawatir." Ia memamerkan lesung pipitnya."Vin?""Hmmm." Hanya itu jawabannya."Kenapa sih kamu ga benci aku? kenapa juga repot-repot nolong aku?"Bukan menjawab ia mala tertawa."Aneh ya kamu, ada orang baik yang deketin malah ditanya begini." Ia menggelengkan kepala.Oh Tuhan bukan itu yang kumaksud."Aku udah ninggalin kamu nikah, Vin, masa kamu ga benci aku?" Kali ini kutatap wajahnya dengan serius.Entah mengapa dalam hati kecil aku sangat mengharapkan masih ada setitik cinta di hatinya. Namun, yang terjadi sepertinya di luar dugaanku."Itu 'kan dulu, Rah, semua itu Qodarullah," jawabnya tak memuaskan."Ya tapi masa kamu ga punya rasa benci sama sekali sih, minimal kecewa lah."Ia malah tersenyum."Dulu emang iya aku kecewa, t
Saking penasaran aku segera bejalan ke depan walau desak-desakan, dari posisi ini aku dapat melihat jelas ada seorang wanita meraung dan menangis di depan sana.Ia adalah Maya, rupanya benar rumah yang terbakar itu rumahnya, ada kepuasan dalam hati saat melihatnya menangis seperti itu, dan setelah diperhatikan ternyata ibu juga ada di sana.Ibu dan Dinda berada di samping Maya menenangkan, dua wanita itu juga nampaknya terpukul atas insiden ini, padahal rumah itu dibeli pasti bukan murni memakai uangnya, sudah pasti ada uangku yang ikut andil.Aku berjalan untuk mendekati mereka bertiga."Kak Farah." Dinda terkejut lalu menepuk-nepuk lengan ibunya."Apa sih!" Ibu belum menyadari kehadiranku.Dinda membisikkan sesuatu ke telinga ibunya, beberapa saat kemudian wanita paruh baya yang selalu berpenampilan modis itu mendongak menatap wajahku, matanya melebar saat pandangan kami bertemu.Aku pun jongkok mengimbangi mereka."Hahhh ... Bu Farah." Maya yang tiba-tiba melihatku dengan wajah ter
Sidang pertama sudah dilaksanakan tinggal menunggu sidang selanjutnya, beruntung Mas Andra tak datang sehingga prosesnya lancar karena pihak tergugat tidak melakukan pembelaan.Hari ini Ervin terlihat pucat, tapi ia selalu memamerkan senyuman khasnya sehingga wajah pucat itu tak terlalu kelihatan."Kamu sakit, Vin?" tanyaku saat ka4mi sudah di dalam mobil."Engga kok, aku baik-baik aja," jawabnya sambil tersenyum.Ia mengantarkan aku ke rumah Om Juna, untuk sementara waktu aku tinggal di rumahnya, setelah masa Iddah selesai baru aku akan tinggal sendiri di apartemen."Makan dulu yuk, Vin," tawar Om Juna saat kami sudah di rumahnya.Ia mengangguk setuju."Waah, sebentar lagi ada janda baru." Om Juna terkekeh, sementara aku meliriknya dengan tajam."Emangnya kenapa kalau aku janda?" tanyaku sewot."Ga apa-apa, kamu jangan minder ya, zaman sekarang lelaki lebih suka janda ketimbang perawan," ujar Om Juna lagi sambil terkekeh."Ih apaan sih." Aku mengerling malas."Emang kenyataannya kok,
"Ah masa sih." Aku menyeringai dengan tatapan mengejek."Beneran, yang ada di hatiku hanya satu nama, cuma dia seorang."Aku menelan ludah karena baper, jangan sampai ia melihat tingkahku yang kegeeran."Siapa tuh?" tanyaku pura-pura polos."Hmmm, ada aja," jawabnya ngeselin.Sampai di rumah, aku terkejut karena di teras sana ada Mas Andra sedang duduk sendirian, rupanya ia sudah dibebaskan, ada rasa jengkel melihatnya kenapa ia bisa bebas secepat itu?"Ada mantan kamu, Rah, hebat ya Pak Firman," ujar Ervin membuatku melirik aneh."Siapa Pak Firman? kok ngomongin dia?" "Pak Firman itu pengacara Andra, dia hebat karena bisa bebaskan Andra yang sudah jelas-jelas bersalah karena ikut menikmati uang perusahaanmu," jawab Ervin membuatku mangut-mangut."Tapi dia bayar denda ke perusahaan kok, Vin, aku ga tahu dia dapat duit dari mana, ganti ruginya 'kan bermilyar-milyar bukan uang sedikit."Ervin mengedikkan bahu."Yuk kita turun," ajak Ervin, kami pun turun bersamaan.Dari kejauhan kuliha
"Siapa, Rah, gedor-gedor pintu?" tanya Om Juna sambil celingukan lewat jendela."Kurang asem nih laki, apa maksudnya coba gedor-gedor pintu orang," gerutu Om Juna."dah lah Om, kita masuk aja biarin dia di luar sendirian, tar juga bosen pergi sendiri," ujarku mengajak masuk Om Juna ke dalam."Kagak bisa begitu, Om harus kasih pelajaran ama dia, minggir minggir." Om Juna menggeser posisiku dengan paksa lalu membuka kunci hingga pintu itu terbuka."Ngapain gedor-gedor rumah saya?!" tanya Om Juna sambil berkacak pinggang.Seketika Andra diam sambil memandang Om Juna dengan pandangan ketakutan."I-itu Om ... anu." Mas Andra menggaruk-garuk belakang kepalanya."Anu apa?!" bentak Om Juna."S-saya ... mau minta hak sama Farah, masa dia ambil uang saya begitu saja, itu namanya pencurian," jawab Mas Andra gelagapan.Kalau aku dibilang pencuri lalu dia apa? maling kok teriak maling, pengen tak hihh kamu Mas!"Jadi kamu nuduh ponakanku mencuri?!" tegas Om Juna, wajahnya berubah menyeramkan."Lah
"Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]
Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti
Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen
(POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen
(POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.
(POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k
"Farah."Aku tersentak ketika Virni menyentuh bahuku, tidak tahu harus mengatakan apa yang jelas untuk saat ini tidak mungkin aku menjauhinya hanya karena keinginan wanita ini."Kalau kamu memang mencintai Ervin ya tidak apa-apa, Karena sekarang ikatan di antara kami sudah berbeda lagi tidak seperti dulu, hubungan kami hanya sekedar persahabatan." Aku tersenyum manis menutupi kegugupan dalam hatiVirni tersenyum manis entah apa isi dalam hatinya saat ini, mungkin merasa senang karena ia mengira aku tidak mengharapkan Ervin"Aku bercanda kok, Farah, Aku tidak akan melarangmu mendekati Ervin tetapi aku hanya meminta jangan pernah kamu menyeret Ervin ke dalam masalah hidupmu lagi, hanya itu.""Tentu saja tidak akan, sejak dulu aku tidak pernah menyeret Ervin ke dalam masalahku, dia sendiri yang masuk ke dalam masalahku dan ikut membantu menyelesaikannya.""Oh begitu ya." Ia tersenyum masam.Om Juna tiba-tiba menghampiriku ia mengajak untuk pulang sekarang, syukurlah dadaku tidak harus me
"Maafkan Aku tetapi perbuatan Dinda itu sangat keterlaluan, ada orang yang saat ini sedang sekarat karena ulahnya, perbuatan Dinda sangat fatal, Bu."Sambil menahan air mata aku menatap makam Mas Andra yang masih merah, rasanya tidak menyangka dia akan pergi secepat itu bahkan luka yang dia ciptakan saja masih belum sembuh."Farah, Ibu mohon. Dinda lagi hamil, masa kamu tega."Aku tersenyum sinis, lalu ibu meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya, tetapi aku enggan disentuh olehnya."Maaf, Bu, tapi temanku Ervin hampir saja kehilangan nyawanya gara-gara anak ibu, aku rasa ini adalah hukuman kecil untuk Dinda, agar ia tidak bisa berbuat semena-mena pada orang lain.""Ibu akan pastikan setelah ini Dinda pasti akan berubah, ibu akan melarang jika dia terus-menerus mengganggumu, Rah, dan satu lagi ibu juga tidak akan menuntut harta gono gini lagi kepadamu mulai sekarang kita jalani hidup masing-masing.""Sayang sekali Ibu terlambat menyadari hal itu, Aku tidak akan pernah memaafkan oran
"Ya ampun, Tiara, kamu ngagetin tahu," ujarku pada gadis SMA itu, rumahnya terletak di depan rumah ibu."Hahahhaa, lagian Mbak Farah celingukan di sini, tar dihipnotis orang baru tahu rasa," jawab gadis itu dengan gaya khas-nya.Masih sama seperti dulu, ia periang dan banyak bicara. Saat aku sering berkunjung ke rumah ibu gadis ini selalu menyapa, dan selanjutnya terjadilah obrolan hingga saling melupakan waktu.Katanya, ia ingin belajar banyak dariku, bisa sukses memimpin perusahaan, bisa tampil cantik dan elegan, dan semua tentangku yang ia sukai."Mau ke mana, Mbak?" tanya Tiara "Ini mau tanya soal Mas Andra ....""Ah cieee, kiw! Kiw! Malah nanyain mantan."Belum selesai berbicara ia sudah duluan menyela, kudelikkan mata sambil geleng-geleng kepala, dipikr aku ini sama seperti gadis SMA."Ra, emang bener ya Mas Andra sudah meninggal?" tanyaku dengan wajah serius."Iya udah, emang Mbak baru tahu ya? Bang Andra 'kan kecelakaan dua hari yang lalu," ujar gadis itu dengan tatapan duka.