“Kau sungguh tidak mengingatnya? Dia saudari mu, Jing Qian mengatakan kalau kalian keluarga siluman rubah yang menetap di Gunung Jiaguan.”Ye Xuanqing mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh Jing Qian padanya. Hawa dingin merambat di sepanjang tulang punggungnya, bukan karena suhu udara, melainkan karena sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertemuan dengan Jing Qian. Saat ini mereka jugab Sudha masuk ke dalam ruang tamu bangunan kediaman.“Apa yang sebenarnya kau ketahui tentang perempuan itu?” Jung Jinsi bertanya dengan nada terkontrol, tetapi ada ketegangan yang kentara di matanya.Ye Xuanqing menghela napas pelan, seolah menyusun kata-kata yang tepat sebelum berbicara. “Jing Qian... dia bukan sembarang siluman rubah. Dia memiliki tujuh ekor, menandakan usianya yang panjang dan kekuatan yang luar biasa. Tapi yang lebih mencurigakan bukanlah kekuatannya, melainkan klaimnya sebagai saudarimu.”Jung Jinsi mengepalkan tangannya. “Aku memang memiliki seorang saudari, tapi a
Jung Jinsi menghantamkan telapak tangannya ke segel dengan penuh amarah. Energi spiritualnya meledak, menghantam perisai tak kasatmata yang mengurungnya. Getaran kuat menyebar ke seluruh penjuru gunung belakang, membuat pepohonan bergemuruh dan angin bertiup kencang.Untuk sesaat, ia pikir usahanya berhasil. Retakan halus muncul di permukaan segel, berpendar dengan cahaya keemasan. Namun, sebelum ia sempat melancarkan serangan kedua.BRAK!Gelombang energi yang luar biasa kuat terpental kembali ke arahnya, menghantam tubuhnya dengan brutal. Jung Jinsi terhempas ke belakang, dadanya terasa sesak seakan ditimpa beban raksasa. Rasa sakit yang tajam menjalar dari telapak tangannya, merambat hingga ke seluruh tubuhnya."Ugh!" Ia terbatuk, dan sesuatu yang hangat serta anyir mengalir dari sudut bibirnya. Darah.Ye Xuanqing bergerak cepat, menangkap tubuh Jung Jinsi sebelum ia jatuh ke tanah. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi kekhawatiran. "Bodoh! Aku sudah bilang kau tidak bisa me
Ye Xuanqing dan Fen Rou berjalan terburu-buru keluar dari Departemen Kehakiman, mereka segera pergi ke kantor Departemen Keuangan Kekaisaran yang memang masih satu kompleks dengan istana dan beberapa biro pemerintahan yang lain.“Dengar, Fen Rou… kau jangan tunjukkan wajah mencurigakan di dalam sana. Berikan saja surat undangan kepada Tuan Xu Yao dengan baik, lalu pastikan jimat pengintai suara kau letakkan dengan baik pada surat itu!” perinyah Ye Xuanqing ketika mereka berdua berjalan menuju ke Departemen Keuangan.“Tentu saja, anda tidak perlu khawatir.” Fen Rou menjawab dengan mantap.“Kala begitu kau uruslah dengan baik, aku akan mencari petunjuk lain di Biro Penangkap Siluman. Seharusnya Ming Tian masih ada di sana untuk mengintrogasi salah satu Qui Ze yang ditanggap tahun lalu.” Ye Xuanqing berkata tenang, membeberkan rencananya pada sang rekan.“Sya akan memberi kabar melalui suar cahaya jika semuanya sudah selesai,” imbuh Fen Rou yang diangguki oleh sang Adipati.Setelahnya Y
Ye Xuanqing berdiri dengan ekspresi dingin, sementara Ming Tian bersandar di meja kayu kecil, lengan terlipat, menatap siluman itu dengan tatapan tajam."Ulangi lagi," suara Ye Xuanqing terdengar tenang, namun mengandung tekanan yang tak terbantahkan. "Perempuan yang kau lihat beberapa tahun lalu... Apa yang dia kenakan?"Siluman Qui Ze terkekeh pelan, bibirnya pecah dan berdarah. "Sudah kubilang... Aku melihatnya di perbatasan selatan, tempat para siluman pengincar harta Qui Ze sering bersembunyi. Dia memakai jubah hitam dan wajahnya tertutup cadar." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Tapi yang paling aneh adalah giok merah darah berbentuk bulan sabit yang tergantung di lehernya."Ye Xuanqing dan Ming Tian saling bertukar pandang."Giok merah darah berbentuk bulan sabit?" Ming Tian mengulang pelan, alisnya mengernyit. "Itu bukan giok biasa."Ye Xuanqing menarik napas dalam. "Itu adalah harta warisan keluarga Zhao," katanya. "Giok tersebut hanya diwariskan kepada putri keluarga Z
MENYELAMATKAN KEKAISARAN & ORANG BERHARGAYe Xuanqing dan Ming Tian segera pergi dari biro penangkap siluman. Keduanya hendak menuju gunung belakang kediaman Keluarga Ye, begitu ditengah jalan setapak yang dikelilingi hutan pinus suar cahaya berwarna merah muncul. Kuda yang ditunggangi keduanya berhenti, terkejut melihat suar cahaya kemerahan yang menggantung di udara.Ming Tian meneatap lurus ke arah suar cahaya itu, dia tampak waspada. “Siapa yang emngirim suar cahaya pada kita?” tanyanya dengan nada yang tenang meski ada ketegangan yang terdengar.“Pesan dari Fen Rou,” balas Ye Xuanqing kemudian turun dari kudanya.Pemburu siluman tingkat lima itu turun, dan dengan langkah pelan tapi pasti dia menghampiri suar cahaya yang masih menggantung di udara tanpa redup sedikit pun. Tangan kokoh pria itu menengadah, lalu suar cahaya itu berubah menjadi sebuah kertas jimat.[Saya sudah menyampaikan undangan pada Tuan Xu Yao, dia memang berada di departemen keuangan saat itu. Dia menerima un
Angin malam bertiup pelan, membawa aroma dedaunan lembap setelah embun mulai turun. Jung Jinsi melangkah santai menuju pintu kediaman tempat ia ditahan, jari-jarinya mengusap pinggiran kusen kayu yang dingin. Sementara itu, Ming Tian tetap berjaga di teras, berdiri tegap dengan pandangan mengawasi sekitar."Aku masuk dulu," ujar Jung Jinsi tanpa menoleh.Ming Tian hanya mengangguk, tetap waspada. Namun, baru saja Jung Jinsi hendak mendorong pintu, angin kencang tiba-tiba berputar di halaman. Mata Ming Tian menyipit, merasakan hawa aneh yang mendekat dengan cepat.Dalam sekejap, sesosok bayangan melesat dari balik pepohonan, menerjang ke arahnya dengan kuku tajam mengarah ke lehernya.Ming Tian bereaksi cepat. Ia menarik pedangnya dan menangkis serangan itu dengan satu gerakan lincah. Benturan kekuatan spiritual membuat debu beterbangan di sekeliling mereka. Sosok yang menyerangnya melompat mundur, memperlihatkan wujudnya di bawah cahaya bulan.Seorang perempuan dengan pakaian merah tu
Malam telah merayap naik saat Ye Xuanqing kembali ke kediaman keluarga Ye. Cahaya lentera berpendar lembut di sepanjang koridor, bayangannya terpantul di lantai batu yang dingin. Begitu langkahnya memasuki aula utama, ia mendapati seorang pria paruh baya dengan jubah hijau tua duduk di kursi utama. Wajahnya berwibawa, dengan sorot mata tajam yang penuh perhitungan.“Ayah,” Ye Xuanqing menundukkan kepala dengan hormat.Ye Qingyu menatap putranya dengan pandangan yang sulit dibaca. Dengan gerakan tangan, ia menyuruh Ye Xuanqing duduk.“Kau datang di saat yang tepat,” ucapnya tanpa basa-basi. “Ada kabar penting yang harus kau ketahui.”Ye Xuanqing mengangguk, tubuhnya menegang. Ia bisa merasakan bahwa pembicaraan ini tidak akan sederhana.“Kondisi politik di ibu kota semakin memanas,” Ye Qingyu melanjutkan. “Para bangsawan dan pejabat tinggi mulai terbagi dalam dua kubu. Kubu pertama adalah mereka yang tetap setia pada keluarga Zhao dan mendukung pemerintahan yang di dominasi oleh Z
Fajar masih enggan menampakkan sinarnya ketika seorang pria berjubah hitam dengan tudung menutupi kepalanya memasuki Kediaman Keluarga Ye. Ia bergerak cepat dan tanpa suara, seperti bayangan yang menyelinap di antara kegelapan. Tak ada yang mengetahui kehadirannya selain seorang pria yang telah menunggunya di sebuah paviliun kecil di taman belakang."Aku sudah menduga kau akan datang, Yun Taek," ujar Ye Qingyu sambil menuangkan teh ke dalam dua cawan. Suaranya terdengar tenang, seolah ini adalah pertemuan biasa antara dua sahabat, bukan perjumpaan rahasia antara seorang kaisar dan kepala Keluarga Ye.Pria berjubah hitam itu menurunkan tudungnya, memperlihatkan wajah yang tegas dan penuh kebijaksanaan. Kaisar Zhao Yun Taek, penguasa kedelapan Dinasti Sheng, menatap sahabat lamanya dengan senyum samar."Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Qingyu. Mata-mata Ibu Suri masih mengawasi setiap gerak-gerikku. Aku datang untuk memberitahumu sesuatu yang penting." Zhao Yun Taek mulai duduk berh
"Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul
Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah
Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per
Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis
Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei
Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap
Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y
Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,
Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera