Hai reader's terimaksih masih setia membaca kisah JUNG JINSI dan YE XUANQING. kali ini siapa yang pingin mereka benar-benar menikah?
“Kalau memang begitu adanya, kita perlu mengintrogasi Qui Ze yang sduah ditangkap untuk mendapatkan informasi,” usul Fen Rou dengan cepat.Semua orang pun mengangguk setuju, tapi pedagang kain yang tadi mulai melapor tampak cemas. Ragu-ragu dia mendekat ke arah Ye Xuanqing dan berbicara pelan padanya.“Tuan Adipati, bisakah anda yang memimpin sendiri penyelidikan ini? Saya merasa sangat khawatir, dan berharap anda bisa memahami kekhawatiran saya,” ucapnya pelan.“Kenapa? Ming Tian dan Fen Rou pasti akan melaukan tugas dengan baik. Anda tidak perlu khawatir, karena dalam waktu dekat ada urusan mendesak yang harus aku lakukan.” Ye Xuanqing menjawab dengan nada yang santai, tapi masih sopan sebab pedagang kain yang dia hadapi saat ini adalah pria paruh baya yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya.“Tapi… masalah ini mungkin melibatkan siluman, Adipati. Saya merasa tenang jika pemburu siluman tingkat lima seperti anda memimpin penyelidikan ini.”Ucapan pedagang kain itu tentu membu
“Tapi, Tuan Besar...” Guo Jingming ragu-ragu untuk menolak perintah sang Tuan Besar. Ye Qingyu melirik tajam ke arah Guo Jingming, dia jelas-jelas tengah marah sekarang. “Tuan Guo, kau tahu kalau saat ini emosiku sedang tidak terkendali. Jadi jangan sampai kau menjadi sasaran emosi ku,” tandasnya geram. Guo Jingming langsung menundukkan kepalanya, dia mengangkat tangannya sejajar dengan dada. Membentuk gestur tubuh meminta maaf pada orang yang dihormati. “Maaf Tuan Besar,” balasnya dengan cepat. Tanpa menunggu balasan dari Ye Qingyu, Guo Jingming langsung berjalan pergi meninggalkan ruang kerja sang Tuan Besar. Pria dengan janggut tipis itu berjalan dengan langkah yang lebar-lebar menuju gerbang depan kediaman. Guo Jingming memanggil beberapa penjaga kediaman, dia mengumpulkannya untuk melaksanakan perintah dari Ye Qingyu. Meski merasa tidak nyaman dan sedikit kehilangan, tapi dia sebisa mungkin tetap bersikap tenang. “Jaga pos depan, jangan biarkan Tuan Muda Ye membawa ma
Ye Xuanqing berjalan dengan langkah yang terburu-buru masuk ke dalam kediaman. Dia tidak memperdulikan satupun salam dari para pelayan maupun penjaga yang ada sepanjang dia berjalan menuju ruang kerja sang ayah yang berada di sisi barat bangunan utama kediaman.Pintu dibuka dengan kasar saat ye xuanqing masuk, sang ayah yang saat itu tengah duduk dan membaca beberapa dokumen penting lansung mendongakkan kepalanya. Ye Qingyu dapat melihat dengan jelas kemarahan putra semata-wayangnya.“Apa yang ayah—”“Aku melakukan apa yang ku anggap benar, Ye Xuanqing!” tegas Ye Qingyu tanpa menunggu putranya selesai berbicara.Kening Ye Xuanqing berkerut dalam, dia tidak tahu alasan apa yang membuat sang ayah mendadak berubah seperti selarang. “Aku tahu itu, tapi setidaknya ayah jelaskan apa alasannya. Mengapa tiba-tiba melarang Jung Jinsi masuk ke kediaman ini?”Ye Qingyu berdiri dengan sorot mata yang tajam, dia mendekat ke arah Ye Xuanqing yang berdiri di depan meja kerjanya. Tanpa aba-aba sebuah
Dengan langkah yang gamang, Ye Xuanqing berjalan cukup cepat menuju pos depan Dimana Jung Jinsi tertahan. Tanpa berbicara pada siapapun pria pemilik pedang Huoguang itu menyibak tirai pintu kereta kuda. Pria itu juga sudah mengganti pakaiannya dan mengenakan jubah hitam.“Jinsi, ayo ikutlah dengan ku.” Tangan Ye Xuanqing terulur ke depan, mengarah pada Jung Jinsi yang masih terduduk di dalam kereta kuda.Tanpa ragu Jung Jinsi menerima uluran tanagn dari sang Adipati. “Baik,” balasanya.Setelah Jung Jinsi turun dari kereta kuda, pria itu lekas memakaikan sebuah jubah pitoh dengan bulu hangat untuk untuk perempuan itu. Jung Jinsi masih kebingungan dan tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan sang Adipati Muda.Ye Xuanqing baru menoleh ke arah Ming Tian dan Fen Rou juga para penjaga. Tangan kanannya masih setia menggengam tangan Jung Jinsi yang cukup dingin hari ini.“Siapkan satu kuda tercepat untuk ku sekarang juga!” perintah Ye Xuanqing dengan tegas.Jung Jinsi cukup terkejut, tapi
Jung Jinsi memandang Ye Xuanqing dengan mata yang penuh dengan luka. Hatinya terasa seperti dihujam oleh ribuan duri. Angin malam berhembus lembut, tapi rasanya seperti badai di dalam dirinya. Perasaan yang dulu ia anggap cinta, kini terasa seperti sebuah tipuan besar. "Jadi... semua ini hanya kebohongan?" tanya perempuan siluman itu dengan suaranya terdengar bergetar, penuh penyesalan yang tak terucapkan. "Kau—kau bukan suamiku? Semua kata-katamu, semua tindakanmu yang begitu penuh perhatian, itu semua hanya... sandiwara?" Ye Xuanqing menundukkan kepala, tak mampu menatapnya. Tak ada kata yang bisa melegakan kebisingan hati mereka berdua. Jung Jinsi menahan air mata yang hampir tumpah, tapi rasa sakit itu terlalu dalam untuk disembunyikan. "Selama ini, aku mengira kita—" Ia terhenti, kata-katanya tersendat. "Aku mengira kita saling mencintai, bahwa kita adalah pasangan suami istri yang bahagia. Kau selalu membuatku merasa aman, membuatku percaya bahwa aku punya tempat di dunia i
Ye Xuanqing kembali memeluk Jung Jinsi sebentar, lalu dia mendorong tubuh Jung Jinsi. Belum sempat mencerna apa yang terjadi Jung Jinsi dibuat terbelalak kaget saat seluruh ruanagn diselimuti energi spirtitual milik Ye Xuanqing yang membentuk sebuah dinding pembatas.“Xuanqing apa yang kau lakukan?” geram Jung Jinsi, dia juga segera menyibak dinding itu dengan kekuatan silumannya. Tapi saying semuanya sia-sia, energi spiritual dari pemburu siluman tingkat lima tdiak bisa diremehkan.“Maaf Jinsi, tapia kau harus menahan mu di sini. Dinding pembatas ini akan membatasi mu dengan dunia luar, orang-orang di luar dinding ini tidak akan pernah bisa melihatmu. Aku tahu ini egosi, tapi aku sangat khawatir, siapa yang bisa menjamin kalau kau akan baik-baik saja selama aku pergi?” Ye Xuanqing berkata penuh penyesalan. Tapi dia tetap menyelesaikan usahanya membentuk dinding perisai untuk melindungi sekaligus menahan Jung Jinsi didalam sana.“Xuanqing lepaskan aku, Xuanqing!” teriak Jung Jinsi yan
Langit berwarna kelam, dihiasi awan gelap yang berputar perlahan, seakan menjadi saksi bisu pertarungan antara dua pendekar hebat. Di tengah lembah yang porak-poranda akibat benturan energi, Jing Qian terhuyung mundur, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Matanya yang tajam menyipit, menatap lurus ke arah lawannya, Ye Xuanqing yang berdiri tegak dengan pedang Huoguang yang masih berkilau dengan cahaya merah membara.Jing Qian menggertakkan giginya. Tidak mungkin! Ia telah mengerahkan semua tekniknya, namun tetap saja kalah. Tubuhnya terasa berat, aliran energi dalam meridiannya berantakan. Namun yang paling mengejutkannya bukanlah kekalahannya, melainkan sesuatu yang baru saja ia sadari."Itu…" Jing Qian berusaha menarik napas, tangannya bergetar saat menunjuk pedang Huoguang. "Pedang itu… memiliki energi spiritual klan siluman rubah?!"Ye Xuanqing tertegun, sorot matanya menunjukkan rasa tidak percaya. "Tidak mungkin! Pedang Huoguang ini adalah pusaka turun-temurun Keluarga Ye.
Malam itu sepeninggal Ye Xuanqing, kabut tebal menyelimuti gunung belakang kediaman Keluarga Ye. Udara dingin berhembus, membawa aroma bunga yang samar, namun ada sesuatu yang janggal—bau teratai hitam yang menusuk, seperti racun yang merayap di udara.Jung Jinsi berdiri masih berdiri di bagian belakang kediaman, matanya tajam menyapu kegelapan di sekelilingnya. Meski dia ditahan di kediaman ini, tapi Jung Jinsi masih bisa bergerak bebas di gunung belakang, hanya saja tidak ada yang bisa melihat keberadaannya.Namun telinganya menangkap suara langkah ringan, terlalu halus untuk manusia biasa, namun cukup jelas bagi pendengaran siluman sekuat dirinya. Pandangannya kemudain tertuju pada hamparan kelopak bunga teratai yang mekar.“Dari mana kelopak-kelopak teratai ini muncul?” gumam Jung Jinsi menyadari keanehan."Akhirnya aku menemukan mu, Jung Jinsi."Dari balik pepohonan, seorang wanita muncul. Rambut hitam panjangnya berkilau di bawah cahaya bulan, dan di sekelilingnya, kelopak terat
"Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul
Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah
Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per
Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis
Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei
Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap
Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y
Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,
Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera