“Akan lebih baik jika kau ikut dengan ku besok ke istana kekaisaran,” imbuh Ye Xuanqing dengan nada yang cukup serius.Jung Jinsi mengangguk patuh, lagi pula dia memang tidak memiliki rencana lain selama berada di kota tersebut. “Tapi apa tidak masalah jika aku ikut? Bukankah kau akan pergi untuk pekerjaan?”“Seharusnya tidak apa-apa, karena kita tidak akan sepenuhnya masuk ke dalam istana dan menemui anggota keluarga kekaisaran. Kita akan pergi ke Biro Astronomi untuk menemui kenalan lama ku,” balas Ye Xuanqing.“Baiklah,” jawab Jung Jinsi patuh.Pagi itu keduanya beristirahat di kediaman Keluarga Ye, Jung Jinsi sendiri menempati bangunan utama kediaman sama seperti Ye Xuanqing. Perempuan itu berusaha menata rambutnya agar tidak ada yang melihat kalau dirinya memiliki rambut hitam Panjang dengan semburat merah.“Bagaiman jika ayah Ye Xuanqing tahu kalau aku memiliki rambut seperti ini? Apa dia bisa berpikiran positif?” Jung Jinsi membatin, dia tengah berada di depan cermin saat ini.
Jung Jinsi tidak tahan, semakin lama tubuhnya terasa sangat panas seperti terbakar. Nafasnya juga sudah naik-turun, dengan keringat keringat sebesar biji jagung terus keluar dari tubuhnya. Karena merasa semakin tidak nyaman berada di paviliun, Jung Jinsi memilih untuk masuk ke kamarnya.“Nyonya muda, anda mau ke mana?”Perempuan itu tidak menjawab, dia malah berlari meninggalkan paviliun dan mengabaikan panggilan dari Zenni yang terus saja mengejar dirinya. Jung Jinsi lebih memilih untuk mengurung dirinya sendiri di dalam kamar dan menguncinya dari dalam.“Argh! Kenapa bisa sepanas ini,” keluh Jung Jinsi ketika melihat warna kulitnya juga sedikit berubah kemerahan.Perempuan itu memang duduk di depan cermin, dia berusaha mencari kain untuk mengompres tubuhnya yang terasa seperti terbakar. Namun matanya terbelalak sempurna ketika melihat rambutnya sudah sepenuhnya berubah menjadi merah, di dahinya juga muncul sebuah tanda atau pola api dengan warna merah dengan sedikit campuran warna k
"Apa yang ayah katakan? jangan sembarangan bicara. Ini akan berdampak buruk bagi ayah," tegur Ye Xuanqing pada sang ayah. "Aku tidak sembarangan bicara, beberapa orang pejabat juga sudah tahu akan hal ini. Masalah ini seharusnya sudah sampai ke telinga Kaisar ke-8, hanya saja dia sedang tidak berada di kekaisaran sehingga belum bisa menindaklanjuti masalah ini." Ye Qingyu berkata jujur, sudah banyak orang yang membahas masalah ini di Ibu Kota. Hanya saja semua orang masih enggan melaporkannya pada pihak kekaisaran. "Tapi ayah, ini adalah tahun dimana penilaian para pejabat dilakukan. Jika salah bertindak, maka rumor seperti ini justru akan menjadi masalah bagi mu. Siapa sangka nanti kau justru dituduh sebagai penghianat kekaisaran dengan menghasut masyarakat?" Ye Xuanqing berpikir jauh. "Ck! kau terlalu berlebihan," sanggah Ye Qingyu. "Bukan berlebihan ayah, tapi berpikir secara menyeluruh!" Ye Xuanqing masih bertahan pada pendapatnya. Tapi tak lama, terdengar suara gaduh dari l
Satu jam sebelum Ye Xuanqing kembali ke kediaman.Setelah memaksa Ye Xuanqing dan juga zenni meninggalkan kamarnya, jung jinsi merasa tidak enak hati. Hanya saja kondisi tubuhnya tidak kunjung membaik, rasa panas seolah terbakar dan juga sesak didada masih saja dia rasakan. Namun, mana mungkin jung jinsi meminta bantuan dari orang lain di kediaman adipati ini.Ketika jung jinsi tengah meringkuk di atas ranjang sembari diam-diam menangis, pintu kamarnya didobrak dari luar. Perempuan itu sontak menolehkan kepalanya dan mendapati seseorang dengan pakaian serba hitam dan memakai penutup wajah sudah berada dikamarnya.“Si-siapa kau?” tanya jung jinsi gemetar.Penyusup itu malah menyeringai, dia lalu membuka penutup wajahnya. Disaat itu pula jung jinsi bisa melihat kalau penyusup yang masuk ke kamarnya adalah seorang laki-laki dengan wajah yang cukup familiar. Hanya saja, jung jinsi kesulitan mengingat siapa sosok didepannya.“Jung Jinsi, apa aku tidak bisa mengingat teman lama mu?” tanya s
"Ayah bukan seperti itu!" Jung Jinsi masih berusaha memberitahu Ye Qingyu tentang semuanya. Akan tetapi pria tua itu justru pergi dari kamarnya tanpa mendengar apa yang dia katakan. Ye Qingyu tiba-tiba memanggil seluruh penjaga dan juga pelayan yang ada yang memarahi mereka semua atas kejadian malam itu. Disaat itu pula Ye Xuanqing kembali setelah berusaha mengejar si penyusup. "Apa yang terjadi pada Jung Jinsi, ayah?" tanya Ye Xuanqing ketika dia sampai dikediaman. Ye Qingyu menoleh, dia tidak menjawab hanya diam dan menunjuk Jung Jinsi dengan dagunya. Ye Xuanqing berlari ke arah Jung Jinsi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kau terluka karena penyusup tadi?" tanyanya. "Ti-tidak, aku tidak terluka. Ayah salah paham," jawab Jung Jinsi dengan lirih. Bahkan dia tampak tidak enak hati, terutama saat mata Ye Qingyu melihat ke arahnya. Ye Xuanqing mengangguk tanda mengerti, kemudian dia merangkul pundak Jung Jinsi dan membawanya ke kamar lain. Setibanya di kamar, dia
Jung Jinsi maju sembari terus merapalkan doa, dia berharap ada keajaiban yang muncul dan membantunya terhindar dari pemeriksaan formasi penggambar tulang. Akan tetapi perempuan itu tetap berjalan maju, lurus menuju pusat formasi. Meskipun kakinya cukup bergetar karena takut. "Cepat nona, kami tidak memiliki banyak waktu." Salah satu penjaga berkata garang pada Jung Jinsi. Mau tidak mau perempuan itu berjalan lebih cepat, dia sudah sangat putus asa saat ini. Satu menit berada di pusat formasi, cahaya terang muncul dan menunjukkan wujud aslinya. Jung Jinsi hati-hati menolehkan kepalanya untuk melihat proyeksi wujudnya. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat proyeksi yang tergambar adalah wujud manusia biasa. "Bagaimana bisa?" tanya Jung Jinsi pada dirinya sendiri dengan lirih. "Ayo istriku, cepatlah keluar dari pusat formasi!" Ye Xuanqing melambaikan tangannya.Jung Jinsi mengangguk kaku, dia lalu buru-buru meninggalkan formasi penggambar tulang dan berjalan cepat menyusul Ye X
"Jenis siluman seperti apa itu?" tanya Lui Yang, dia hendak menyiapkan formasi untuk menangkap siluman tersebut. "Siluman mimpi buruk adalah siluman yang menggunakan iblis hati manusia sebagai sumber kekuatan. Wujud aslinya merupakan ikan yang biasa hidup di perairan air tawar." Ye Xuanqing menjelaskan. Lui Yang merasa tertarik dengan penjelasan Ye Xuanqing. "Jadi iblis hati muncul untuk mendapatkan kekuatan?" "Benar, karena semakin dalam obsesi seseorang maka iblis hatinya akan semakin kuat. Karena itulah siluman mimpi buruk muncul, hanya saja cara kedatangannya yang belum aku ketahui." Ye Xuanqing berkata jujur. Lui Yang mengangguk paham, dia tahu apa apa yang seharusnya dia lakukan. "Kalau begitu, kita perlu membuat formasi pelindung agar Tuan Putri Daiyan tidak lagi diganggu oleh siluman itu." "Ya, aku akan membuat formasi Zewu Qingyan. Ini akan membuat siluman itu juga terkurung dalam formasi, seandainya dia muncul." "Baik," balas Lui Yang. Keduanya lalu saling berhadapan
Setelah Jung Jinsi mengangguk paham, Cheng Huang segera pergi dari sana dan sengaja melewati tempat Ye Xuanqing bersembunyi. Pria siluman itu memang menyusup di Biro Astronomi Kekaisaran demi mengungkap kejahatan Zhao Weini.“Tuan Adipati, mengapa berdiri di sini? Nyonya Muda sudah menunggu anda,” ucap Cheng Huang dengan nada yang ramah. Dia sengaja berpura-pura tidak tahu kalau sang Adipati sudah menguping pembicaraanya dengan Jung Jinsi.Ye Xuanqing tergagap, dia lalu mengusap tengkuknya yang tidak gatal untuk sekedar menetralkan rasa terkejutnya. “Ah ya! Aku akan segera menemuinya,” jawabnya.“Baik, saya permisi dulu.” Cheng Huang pergi setelah memberi salam.Jung Jinsi memilih untuk menghampiri Ye Xuanqing lebih dulu, ketika pria itu berbalik badan dia terkejut sebab Jung Jinsi sudah ada didepan matanya. Gelagatnya ketika gugup sangat kentara, dan Jung Jinsi bisa dengan jelas melihatnya.“Ada apa suami ku? Kau terlihat terkejut,” ucap Jung Jinsi tenang.“Bukan apa-apa,” balas Ye X
“Kau sungguh tidak mengingatnya? Dia saudari mu, Jing Qian mengatakan kalau kalian keluarga siluman rubah yang menetap di Gunung Jiaguan.”Ye Xuanqing mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh Jing Qian padanya. Hawa dingin merambat di sepanjang tulang punggungnya, bukan karena suhu udara, melainkan karena sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertemuan dengan Jing Qian. Saat ini mereka jugab Sudha masuk ke dalam ruang tamu bangunan kediaman.“Apa yang sebenarnya kau ketahui tentang perempuan itu?” Jung Jinsi bertanya dengan nada terkontrol, tetapi ada ketegangan yang kentara di matanya.Ye Xuanqing menghela napas pelan, seolah menyusun kata-kata yang tepat sebelum berbicara. “Jing Qian... dia bukan sembarang siluman rubah. Dia memiliki tujuh ekor, menandakan usianya yang panjang dan kekuatan yang luar biasa. Tapi yang lebih mencurigakan bukanlah kekuatannya, melainkan klaimnya sebagai saudarimu.”Jung Jinsi mengepalkan tangannya. “Aku memang memiliki seorang saudari, tapi a
MEMULAI DARI AWAL?Fajar di gunung belakang kediaman keluarga Ye terasa sunyi, hanya ditemani cahaya matahari yang bersinar samar dan lembut menyinari pepohonan yang menjulang tinggi. Di antara kabut tipis yang menyelimuti hutan, Ye Xuanqing melangkah perlahan dengan hati penuh keraguan. Hembusan angin membawa aroma bunga liar yang bercampur dengan hembusan napasnya yang berat. Ia menggenggam erat kantong kecil berisi makanan hangat yang baru saja ia buat sendiri.Di sebuah batu besar di tengah hutan, seorang perempuan cantik duduk dengan anggun. Jung Jinsi, perempuan siluman rubah berekor sembilan, mengenakan jubah merah yang berkibar lembut tertiup angin. Mata emasnya yang tajam menatap lurus ke arah Ye Xuanqing, seakan mampu menembus isi hatinya."Apa yang kau lakukan di sini, Xuanqing?" suara Jung Jinsi terdengar datar, tanpa emosi.Ye Xuanqing menarik napas dalam sebelum menjawab, "Aku datang untuk menemuimu, Jinsi. Aku ingin bicara... ingin memperbaiki kesalahanku."Jung Jinsi
Kabut tebal menyelimuti pinggiran kota Fanlan. Bulan pucat menggantung lesu di langit, menerangi rumah-rumah reyot yang tampak lebih muram dari biasanya. Di kejauhan, suara lolongan anjing liar menggema, seakan memberi peringatan bahwa sesuatu yang berbahaya mengintai dalam gelap.Di dalam sebuah bangunan tua yang tersembunyi di balik pepohonan rimbun, Ye Xuanqing berdiri dengan ekspresi tajam. Matanya yang dingin menatap peta yang terbentang di atas meja kayu. Di sekelilingnya, beberapa pengawal berjaga dalam diam.Kali ini mereka berdua sudah berada dipinggiran kota Fanlan, tepat setelah Ye Xuanqing mengobati lukanya sendiri akibat pertarungan denan Jing Qian.Ye Xuanqing dengan suaranya tenang, tapi mengandung ketegasan. "Fen Rou, kau tahu apa yang terjadi di pinggiran Fanlan, bukan?"Fen Rou: mengangguk mengiyakan, ekspresinya serius. "Ya, Adipati. Serangkaian perampokan terjadi dalam satu malam. Semua korban adalah saudagar kaya atau pemilik benda-benda berharga. Tidak ada jejak
Debu beterbangan di udara, bercampur dengan aroma darah dan bunga teratai hitam yang mulai memudar. Jung Jinsi berdiri tegak, napasnya memburu, pedang di tangannya berlumuran darah hitam pekat milik Hei Lian Hua. Siluman teratai hitam itu terhuyung, luka di tubuhnya terus mengeluarkan asap gelap.Jung Jinsi menyipitkan mata, melihat bagaimana Hei Lian Hua berusaha berdiri meski jelas tubuhnya tak mampu lagi menahan pertarungan lebih lama."Hei Lian Hua, permainanmu sudah selesai." Jung Jinsi menatap datar ke arah perempuan siluman itu.Hei Lian Hua justru tersenyum miring, darah hitam mengalir dari sudut bibirnya. Dia kemudian mengusap kasar darah hitam itu dengan punggung tangannya. "Hah! kau pikir kau sudah menang, Jung Jinsi? Heh… Aku bukan seseorang yang bisa dikalahkan dengan mudah."Tiba-tiba, angin kencang berhembus. Langit yang tadinya berwarna merah saga berubah gelap seketika. Aura mencekam menyelimuti tempat itu, membuat Jung Jinsi spontan bersiap dalam posisi b
Di bawah cahaya bulan yang pucat, angin berembus dingin di lembah gunung belakang kediaman Keluarga Ye. Aroma tanah basah bercampur dengan jejak darah yang telah mengering, menjadi saksi bisu atas pertarungan yang baru saja berakhir. Jing Qian berdiri, matanya berkilat-kilat menatap sosok di hadapannya—Ye Xuanqing.Mata rubah ekor tujuh itu memerah, bukan hanya karena kemarahan, tetapi juga kesedihan yang membuncah di dadanya. Napasnya terengah, dadanya naik turun menahan dendam yang berkecamuk.Di hadapan Jing Qian, Ye Xuanqing berdiri tegak dengan jubah berbulunya masih bernoda darah akibat pertarungan tadi.Jing Qian berteriak, suaranya penuh kemarahan dan kesedihan. "Ye Xuanqing! Kau berdiri di sini dengan wajah tak berdosa, seolah-olah kau bukan penyebab kehancuran Gunung Jiaguan! Kau... kau telah membunuh ayahku!""Jing Qian... aku tidak—"Suara Ye Xuanqing melemah, dia ingin segera menjelaskan tapi mendengar korban dari perburuan siluman tiga bulan lalu adalah ayah Jing Qian, y
Malam itu sepeninggal Ye Xuanqing, kabut tebal menyelimuti gunung belakang kediaman Keluarga Ye. Udara dingin berhembus, membawa aroma bunga yang samar, namun ada sesuatu yang janggal—bau teratai hitam yang menusuk, seperti racun yang merayap di udara.Jung Jinsi berdiri masih berdiri di bagian belakang kediaman, matanya tajam menyapu kegelapan di sekelilingnya. Meski dia ditahan di kediaman ini, tapi Jung Jinsi masih bisa bergerak bebas di gunung belakang, hanya saja tidak ada yang bisa melihat keberadaannya.Namun telinganya menangkap suara langkah ringan, terlalu halus untuk manusia biasa, namun cukup jelas bagi pendengaran siluman sekuat dirinya. Pandangannya kemudain tertuju pada hamparan kelopak bunga teratai yang mekar.“Dari mana kelopak-kelopak teratai ini muncul?” gumam Jung Jinsi menyadari keanehan."Akhirnya aku menemukan mu, Jung Jinsi."Dari balik pepohonan, seorang wanita muncul. Rambut hitam panjangnya berkilau di bawah cahaya bulan, dan di sekelilingnya, kelopak terat
Langit berwarna kelam, dihiasi awan gelap yang berputar perlahan, seakan menjadi saksi bisu pertarungan antara dua pendekar hebat. Di tengah lembah yang porak-poranda akibat benturan energi, Jing Qian terhuyung mundur, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Matanya yang tajam menyipit, menatap lurus ke arah lawannya, Ye Xuanqing yang berdiri tegak dengan pedang Huoguang yang masih berkilau dengan cahaya merah membara.Jing Qian menggertakkan giginya. Tidak mungkin! Ia telah mengerahkan semua tekniknya, namun tetap saja kalah. Tubuhnya terasa berat, aliran energi dalam meridiannya berantakan. Namun yang paling mengejutkannya bukanlah kekalahannya, melainkan sesuatu yang baru saja ia sadari."Itu…" Jing Qian berusaha menarik napas, tangannya bergetar saat menunjuk pedang Huoguang. "Pedang itu… memiliki energi spiritual klan siluman rubah?!"Ye Xuanqing tertegun, sorot matanya menunjukkan rasa tidak percaya. "Tidak mungkin! Pedang Huoguang ini adalah pusaka turun-temurun Keluarga Ye.
Ye Xuanqing kembali memeluk Jung Jinsi sebentar, lalu dia mendorong tubuh Jung Jinsi. Belum sempat mencerna apa yang terjadi Jung Jinsi dibuat terbelalak kaget saat seluruh ruanagn diselimuti energi spirtitual milik Ye Xuanqing yang membentuk sebuah dinding pembatas.“Xuanqing apa yang kau lakukan?” geram Jung Jinsi, dia juga segera menyibak dinding itu dengan kekuatan silumannya. Tapi saying semuanya sia-sia, energi spiritual dari pemburu siluman tingkat lima tdiak bisa diremehkan.“Maaf Jinsi, tapia kau harus menahan mu di sini. Dinding pembatas ini akan membatasi mu dengan dunia luar, orang-orang di luar dinding ini tidak akan pernah bisa melihatmu. Aku tahu ini egosi, tapi aku sangat khawatir, siapa yang bisa menjamin kalau kau akan baik-baik saja selama aku pergi?” Ye Xuanqing berkata penuh penyesalan. Tapi dia tetap menyelesaikan usahanya membentuk dinding perisai untuk melindungi sekaligus menahan Jung Jinsi didalam sana.“Xuanqing lepaskan aku, Xuanqing!” teriak Jung Jinsi yan
Jung Jinsi memandang Ye Xuanqing dengan mata yang penuh dengan luka. Hatinya terasa seperti dihujam oleh ribuan duri. Angin malam berhembus lembut, tapi rasanya seperti badai di dalam dirinya. Perasaan yang dulu ia anggap cinta, kini terasa seperti sebuah tipuan besar. "Jadi... semua ini hanya kebohongan?" tanya perempuan siluman itu dengan suaranya terdengar bergetar, penuh penyesalan yang tak terucapkan. "Kau—kau bukan suamiku? Semua kata-katamu, semua tindakanmu yang begitu penuh perhatian, itu semua hanya... sandiwara?" Ye Xuanqing menundukkan kepala, tak mampu menatapnya. Tak ada kata yang bisa melegakan kebisingan hati mereka berdua. Jung Jinsi menahan air mata yang hampir tumpah, tapi rasa sakit itu terlalu dalam untuk disembunyikan. "Selama ini, aku mengira kita—" Ia terhenti, kata-katanya tersendat. "Aku mengira kita saling mencintai, bahwa kita adalah pasangan suami istri yang bahagia. Kau selalu membuatku merasa aman, membuatku percaya bahwa aku punya tempat di dunia i