“Tadi kita nggak jadi keluar karena lo katanya dapat panggilan penting. Besok lo nggak bisa juga?” tanya Rabu dari seberang telepon.
Katha mengapit gawainya di antara telinga dan bahu, sebab kedua tangannya sibuk menata pakaian di dalam lemari. Tadi dia terlalu keras menarik pakaian ganti, akibatnya baju-baju lainnya jadi berjatuhan di lantai.
Perkara batalnya obrolan Katha dan Rabu di lobi Athandara tadi, itu dikarenakan datanganya kabar dari tim casting. Maharani yang menghubunginya. Perempuan itu mengatakan kalau Surya setuju jika mereka melewatkan casting ulang, dan mengiyakan kalau Jemima dipilih sebagai pemeran utama tanpa casting. Sayangnya, timbul masalah baru. Ketika mereka mencoba mengontak agensi Jemima dan meminta perempuan itu untuk jadi pemeran utama di project film terbaru Athandara, tanpa ragu aktris cantik itu menolak. Makanya mereka seperti kehilangan harapan dan segera menghubungi Katha.
“Ya, gimana, Bu. Ini hal y
“Aku harus antar kamu pulang,” ujar Sakha ketika dia dan Katha keluar dari UGD klinik. Tadi sempat terjadi kecelakaan kecil. Motor yang memotong jalan di depan mobil Sakha tidak mengalami apa pun, sebab dengan cepat Sakha menginjak rem. Akan tetapi, hal itu malah berdampak pada Katha yang tangannya sedang terulur meraih tisu. Maka saat rem diinjak, tangan perempuan itu reflek mencengkram dasbor. Tekanan akhirnya membuat pergelangan tangan Katha terkilir. Kabar baiknya, seperti sebuah takdir, ada klinik kecil yang tak jauh dari tempat kejadian. Sakha langsung bergegas membawa Katha ke sana, meski perempuan itu terus mengatakan kalau dia baik-baik saja. “Kita lanjut keluar aja, Kha. Ayo makan!” ajak Katha bersemangat. Kejadian tadi tak punya dampak apa pun untuknya. Sakha berdecak. Dia bertolak pinggang sambil menatap Katha dengan dua ujung alis nyaris menyatu. “Kondisi kamu nggak oke, Tha.” Katha menyentuh pergelangan tangan kanannya yang
“Ayo cepet-cepet!” seru Katha sambil berlari kecil. Di belakangnya ada Sakha yang mengikuti sambil mempercepat langkah.“Belum jam sembilan ini,” ujar Sakha.“Tapi bentar lagi jam sembilan,” sahut Katha. Dia menarik Rabu memasuki toko pakaian anak-anak.Seorang pramuniaga menghampiri Katha dan Sakha. Dia menanyakan barang apa yang sekiranya perlu mereka dapatkan di toko itu.“Topi, ada di sebelah mana, ya?” tanya Katha sambil mengedarkan pandangan, mencoba menemukan sendiri bagian yang dia cari.“Oh, ada di sebelah sini, Kak.” Pramuniaga itu kemudian menunjukkan arah di mana Katha bisa mendapatkan topi.Sakha sendiri tidak mengatakan apa pun. Dia hanya mengikuti Katha, karena memang tadi mereka sepakat bahwa kado itu akan dipilih atas saran Katha. Dia bilang, dia tak ingin berpusing-pusing kepala memikirkan apa yang harus dibeli. Hal itu pula yang membuat masalah kado itu jadi bahan
“Kenapa? Masih kesel?” tanya Katha sambil membuka kotak makanan berisi satu porsi sate ayam. “Uh … ini enak banget pasti.”Rabu melipat lengan di depan dada sambil berdiri di muka kulkas. Dia tak menanggapi ucapan Katha itu dan hanya memperhatikan sahabatnya yang tampak tergiur dengan makanan yang katanya dibawakan untuknya.“Eh, gue ikut makan, ya?” Itu bukan permintaan, melainkan pernyataan. Sebab, tanpa menunggu jawaban Rabu, Katha sudah mengambil piring kosong dan melangkah menuju rice cooker. “Lo mau diambilin juga, nggak?” tanyanya ketika separuh piring sudah terisi.Pertanyaan Katha akhirnya menuai respon Rabu. Lelaki itu mengangkat kotak sate ayam yang dibawa Katha tadi, dan membawanya menuju ruang tengah. “Jadiin satu aja sama lo,” sahutnya kemudian.Katha mencibir, namun menurut. Dia isi lagi piringnya hingga penuh dengan nasi. Setelah itu, diambilnya dua pasang sendok-g
Katha tidak tahu apa yang dilakukan Rabu selama ini di belakangnya. Tiba-tiba segalanya berjalan begitu cepat dan lancar. Dia bahkan sampai tak memercayai dirinya sendiri kalau ternyata hari ini acara sederhana itu sudah dilewatinya.Ya, yang Katha maksud adalah acara lamaran yang tidak benar-benar pernah dibahasnya bersama Rabu. Dia hanya memberikan izin jika memang Rabu dan ibunya ingin melalui serangkaian acara sebelum acara pernikahan direncanakan dan dilaksanakan. Dia sendiri mulanya berpikir bahwa pernikahan yang tidak serius ini, tak perlu direncanakan dengan sungguh-sungguh, apalagi tampak khidmat. Namun, sebagai anak yang menipu, bagaimana bisa dia berlaku seenaknya? Beruntung, ada Rabu yang setidaknya bisa melakukan ini-itu untuknya.“Lo dapat informasi soal beginian dari mana?” tanya Katha. Dia menyentuh dekorasi yang dipasang di ruang tamunya.“Informasi ada di mana-mana, bisa petik kapan saja,” sahut Rabu. Malam ini, lelaki i
Rasa tidak nyaman tentu makin tidak nyaman jika dipelihara. Oleh karena itu, saat jam makan siang, Katha langsung mendatangi kantor Atj. Rungan Sakha menjadi tujuan utamanya. Beruntung, Sakha sedang berada di tempat dan nyaris pergi untuk makan siang.“Katha? Kok nggak kasih kabar?” tanya Sakha. Kening lelaki itu berkerut, meski tadi dia sudah mendapat pemberitahuan dari resepsionis bahwa Katha ingin bertemu dengannya.“Surprise?” Katha balik bertanya tak yakin. Tapi, dia mengulas senyum lebar seolah tak hal penting apa pun yang perlu dia bicarakan.Sakha akhirnya ikut tertawa. Dia kemudian mengajak Katha untuk makan siang bersama di restoran depan kantor, karena memang sudah waktunya makan siang.“Restoran depan tidak seenak Angkasa, tapi tetap bisa kita nikmati,” ujar Sakha saat keduanya keluar dari elevator.“Oke, tidak masalah. Lagi pula bentuknya terlihat meyakinkan,” sahut Katha sambil
“Jadi, ini acara makan malam apa?” tanya Katha. Dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Di sebelahnya ada Rabu yang baru saja datang. “Acara penyambutan Bening,” jawab Langit. Bening yang namanya disebut langsung menoleh dan menghentikan tangannya yang sedari tadi sibuk membolak-balik udang bakar. “Wih, udah sepakat, nih, berarti?” tanya Katha “Seperti yang lo rasain?” Langit balik bertanya sambil menunjuk makanan-makanan di atas meja. “Akhirnya gue bisa istirahan sesekali.” Lelaki itu tertawa puas. Katha, Bening dan Rabu serempak tertawa melihat ekspresi Langit yang sedikit berlebihan. Sejak memulai usaha restoran, Langit sempat beberapa kali mempekerjakan juru masak. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka punya cita rasa masakan yang berbeda dengan dirinya. Perbedaan rasanya terlalu jauh, hingga membuat pelanggan kadang bertanya-tanya. Sebab itu, tiga tahun terakhir, hanya Langit sendiri yang menangani masal
Suara mobil yang berlalu-lalang tidak merusak sedikit pun fokus Katha. Perempuan itu berjalan mantap ke arah mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan. Sosok yang jadi incarannya sedang menatap ban depan mobil yang ternyata bocor. “Sepertinya ada yang butuh bantuan,” ujar Katha. Tentu saja sapaanya yang mendadak itu membuat Rakha tersentak. Lelaki itu langsung mundur selangkah, sebelum akhirnya menghela napas panjang. “Ah, Katha. Sedang apa kamu di sini?” tanyanya. Katha tidak menjawab. Dia hanya memandangi ban mobil Rakha yang kehilangan isinya hingga terlihat menyedihkan. “Kena paku,” ucap Rakha tanpa ditanya. Lelaki itu kembali memandangi nasib ban mobilnya. “Mau saya bantu ganti ban?” tanya Katha. Dia hanya membual, sebab bertahun-tahun selama dia bisa mengendarai mobil, sampai malas-malasan mengemudikannya, dia tak pernah melakukan pekerjaan itu. “Tidak apa. Saya sudah panggil montir. Kebetulan juga tidak ada ban pengganti di be
Sekarang tanggal 31 Desember. Keadaan jalanan sangat ramai, begitu juga dengan tempat wisata, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Semua tampak antusias menyambut dan merayakan tahun baru bersama keluarga dan teman-teman.Sayangnya berbeda dengan Katha. Kali ini dia memang akan merayakannya bersama keluarga, namun sedikit terlambat. Kedua orang tuanya dan juga Kaia sudah lebih dulu berangkat liburan ke Jogjakarta sejak tiga hari yang lalu. Sementara dia dan Kandara harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum libur sepenuhnya.Kali ini dia terpaksa berada di tengah keramaian, karena Rabu sejak pagi sudah memaksanya menemani lelaki itu ke pusat perbelanjaan. Sahabatnya itu mengaku kalau dia lupa membeli hadiah natal untuk karyawannya yang merayakan. Sebab itu, sebelum tahun baru berakhir, dia akan mengirimkan satu per satu hadiah itu ke rumah karyawannya yang sudah libur. Maka dari itu, satu-satunya orang yang bisa dia repotkan adalah Katha.“Pakai acara lup