Beranda / Semua / Rayuan Tukang Kebun / Bab 3 Bantu Aku

Share

Bab 3 Bantu Aku

Penulis: Prameswari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 10:41:13
Haris tidak merasakan reaksiku sama sekali saat menggendongku.

"Nyonya, jangan bergerak. Biar saya gendong ke dalam untuk beristirahat sekarang."

Terbungkus dalam aroma maskulinnya, aku tersipu dan membiarkan diriku mengendus-endus.

Kamarku masih dipenuhi aroma kenikmatan tadi.

Aku tiba-tiba teringat bahwa kekacauan di tempat tidur masih belum kubereskan.

Saat Haris membawaku masuk, semuanya sudah terlambat. Dia melihat bercak basah di seprai.

Dia tersenyum penuh arti dan berkata, "Nyonya, suamimu kurang memuaskanmu, ya?"

Wajahku merah padam dan jantungku berdebar-debar. Aku menjelaskan dengan terbata-bata sementara tanganku menarik selimut untuk menutupi noda di tempat tidur.

"N-nggak juga."

Haris tertawa kecil dengan senyuman panas dan ekspresi tersirat. Aku sangat malu dan menyuruhnya keluar.

Tapi Haris lanjut bicara.

"Nyonya, saya bantu mengoleskan obat dulu. Takutnya sampai berhari-hari nggak sembuh."

Aku mendengarkan dengan tenang dan melihat pergelangan kakiku yang sudah merah dan bengkak. Rasanya sangat sakit, jadi aku mengiakan tawarannya.

"Di laci samping tempat tidur."

Haris berjalan ke meja samping tempat tidur dan mencari-cari salep itu. Otot-ototnya kembali unjuk diri. Aku menguatkan diri dan menatapnya.

Sekuat itukah dia sampai bisa menggendongku dengan satu tangan?

Haris akhirnya menemukan obat memar. Dia berjongkok di depanku dan memegang erat pergelangan kakiku di tangannya.

Dia mengambil obat memar itu dengan jarinya dan mengoleskannya ke pergelangan kakiku.

Tangannya menekan agak keras dan dia berkata, "Nyonya, ini mungkin agak sakit."

Aku menggigit bibir dan mengangguk, memejamkan mata. "Nggak apa-apa, aku bisa tahan."

Tangannya mulai menekan lebih kuat. Sebenarnya tidak terlalu keras, tapi aku tidak menyangka akan sangat menyakitkan sampai aku tidak tahan dan mengerang.

"Ah ... jangan keras-keras ...."

Gerakan tangan Haris tiba-tiba berhenti. Dia menatapku dengan setengah tersenyum. Matanya menyala-nyala penuh hasrat.

Saat itulah aku menyadari apa yang telah kulakukan dan cepat-cepat menutup mulutku.

Tapi tetap saja, karena rasa sakit yang tak tertahankan, napasku jadi lebih cepat dari biasanya.

Aku awalnya memejamkan mata dan membiarkan dia memijatku, tapi rasanya terlalu sakit sehingga mataku spontan terbuka. Aku pun melihat titik menonjol tempat dia berjongkok.

Terlalu sulit untuk menghindarkan tatapanku dari sana.

Terutama karena Haris membuka kakinya lebar-lebar menghadapku, seolah sedang sengaja pamer.

Tenggorokanku terasa kering, napasku menjadi tidak teratur, dan beberapa pikiran erotis melayang-layang di benakku.

Aku mengambil segelas air dari meja di sebelah dan menenggaknya, mencoba memadamkan api dalam hatiku.

Terengah-engah merasakan pijatan di pergelangan kakiku, aku menarik napas dengan tajam dan tiba-tiba merasakan aliran hangat dari perut bagian bawahku. Kakiku seketika melemas.

Ada bagian basah di tempatku duduk. Aku mengulurkan tangan untuk menutupinya, tapi ternyata tidak bisa ditutupi sama sekali.

Haris terus menatap bagian yang aku tutupi itu. Dengan seringai di wajahnya, dia memindahkan tangannya dari pergelangan kakiku dan perlahan naik ke betisku.

Semakin naik dan semakin naik, lalu berhenti di pahaku.

"Nyonya, izinkan aku memijat pahamu untuk membantu sirkulasi darah."

Pupil mataku menegang selagi tangannya meraih di antara kedua kakiku.

Dia meraih celana dalam di balik jaketku, menariknya ke atas dan ke bawah.

Ruangan itu dipenuhi dengan suara yang membuat pipi merona dari celana dalamku. Aku tersipu dan menundukkan kepalaku.

Haris mencubit pantatku dengan seringai jahat.

"Nyonya, pantatmu sangat berisi dan pinggangmu sangat ramping. Kalau aku jadi suamimu, aku pasti akan memanjakanmu setiap saat."

Aku ingin menolak, tapi kata-kata kotor ini membuat tubuhku semakin bersemangat. Aku seharusnya mendorongnya pergi, tapi aku tidak bisa menahan diri dan justru membuka kedua kakiku.

"J-jangan ...."

Malu tapi mau, menanti-nanti. Suaraku meliuk-liuk, sangat menggoda.

Sebuah arus hangat kembali mengalir dari bawahku. Kakiku lemas dan gemetar. Celana dalamku benar-benar basah.

Aku menatap Haris dengan kebingungan dan rasa malu, terbata-bata, dan tidak bisa berkata-kata.

Apalagi saat menghadapi tatapan panasnya. Aku sangat ingin menyembunyikan seluruh tubuhku.

Haris menggendongku dengan satu tangan, membawaku ke kamar mandi dan melepas mantelku sambil tersenyum nakal.

"Nyonya, celana dalammu basah kuyup. Biar kubantu menggantinya."

Setelan celana dalam seksi di dalam pun terungkap. Haris membalikkan tubuhku dan setengah berlutut di lantai dengan pantatku menghadap ke arahnya.

Dia menundukkan kepalanya dan menggigit pantatku, membuat tubuhku semakin panas dan terangsang.

"Jangan ...."

Aku menolak Haris tapi pantatku bergoyang menerima.

Dia melepas celanaku dan menampar pantatku. "Nyonya, aku akan memuaskanmu!"

Saat itu, tiba-tiba terdengar suara di luar pintu. Suamiku pulang dan memanggilku.

Aku langsung tersadar dan cepat-cepat berdiri untuk keluar dari kamar mandi, tapi Haris menarikku dan membanting pintu kamar mandi.

Dia mengangkat kedua tanganku ke atas kepala dan menekanku ke pintu kamar mandi dengan kuat dan kasar, mengimpitku di antara dadanya dan pintu.

"Lepas! Haris, lepaskan aku!"

Pintu ini agak tembus pandang. Suamiku bisa tahu!

Aku meronta mati-matian, tapi Haris tidak membiarkanku pergi.

"Nyonya, bukankah ini lebih menggairahkan?"

Dia menjilat telingaku, membuat tubuhku menggigil bersemangat. Sampai aku tidak kuasa dan punggungku melengkung, menggoyangkan pinggulku lebih keras lagi ke arahnya.

Sambil berbicara, dia menampar pantatku, merentangkan kakiku dengan paksa ....

Komen (17)
goodnovel comment avatar
Kenangan Keluarga
lanjut baca...
goodnovel comment avatar
Chello Aldo
klw mau cerita diteruskan jgn berhenti di tengah jln donk
goodnovel comment avatar
Riza Fitria
lanjut baca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 4 Ada Orang Lain di Rumah

    Aku meronta ingin melepaskan diri, tapi Haris menahanku dengan terlalu kuat. Suara langkah kaki di luar pintu semakin mendekat. Habis sudah, aku pasti ketahuan!Akhirnya, aku memberanikan diri dan mendorong Haris dengan seluruh kekuatanku ke rak baju. Sederet gantungan baju terjatuh dan mengenai kepala Haris, membuatnya terjatuh ke tanah tanpa kesempatan untuk melawan.Aku buru-buru memakai pakaianku kembali dan menenangkan ekspresiku sebelum meninggalkan kamar mandi.Saat aku hendak keluar, kebetulan aku berhadapan dengan suamiku yang hendak masuk. Aku memandangnya dengan ekspresi bersalah. "Sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang?"Suamiku menatap keheranan ke arah kamar mandi. Dia menjulurkan kepala untuk mengintip, tapi aku cepat-cepat menutupinya.Dia mengangkat alisnya dan bertanya, "Suara berisik apa tadi? Ada orang lain di rumah?"Pertanyaan itu membuatku sangat takut sampai lututku lemas dan lidahku terbata-bata.Mencoba menjelaskan."Nggak, gantungan bajunya tadi jatuh. Aku seda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 5 Ada Orang Lain di Luar

    Sejak diberi tahu Haris, aku mulai mengamati suamiku di rumah.Sebelumnya, aku selalu berpegang pada pemikiran bahwa suami dan istri harus saling percaya.Jadi, aku tidak pernah memeriksa ponsel atau komputernya.Tapi, sejak aku curiga padanya, aku mulai menyadari keanehan dalam gerak-gerik suamiku.Dia selalu bermain dengan ponselnya diam-diam di belakangku, dan meletakkan ponselnya di bawah bantal pada malam hari karena takut orang lain menyentuh ponselnya.Terkadang dia tertawa terbahak-bahak tanpa alasan saat mengobrol.Semua perilaku ini pasti bukti kuat bahwa suamiku punya wanita lain di luar!Aku mencuri waktu saat suamiku mandi dan diam-diam membuka ponselnya untuk mencari tahu siapa selingkuhannya.Tapi setelah mengobrak-abrik ponselnya sekian lama, aku tidak menemukan apa pun. Riwayat obrolannya telah dibersihkan tanpa jejak.Dia terlalu berhati-hati dalam dan tidak meninggalkan bukti sama sekali.Aku menghubungi pengacara untuk membuat perjanjian perceraian. Aku ingin bercer

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 6 Membuntuti

    Saat itu seminggu setelah aku membuntuti suamiku terus sepanjang hari untuk mencegahnya bertemu selingkuhannya. Dia tiba-tiba memberitahuku bahwa rumah kami akan kedatangan tamu. Dia memintaku menyiapkan makanan dan menunggu.Aku pun bertanya-tanya. Kepribadian suamiku dingin dan jarang berinisiatif untuk mencari teman.Bahkan sampai aku tidak berani mengundang siapa pun ke rumah setelah menikah.Kenapa tiba-tiba dia kedatangan tamu?Saat aku menunggu suamiku dan teman-temannya datang, aku melihat sosok familier itu lagi.Yang disebut suamiku sebagai temannya ternyata adalah Haris!Haris segera menyapaku."Nyonya, kita bertemu lagi!"Aku bolak-balik melirik suamiku dan Haris. Dari rekaman di mobil, suamiku berkata bahwa Haris telah gagal, jadi dia harus mencari kesempatan lain.Jadi ini maksudnya.Kurasa, dia mengira aku sudah tidak terlalu menempel kepadanya akhir-akhir ini, jadi dia melanjutkan rencananya lagi.Aku pura-pura tidak tahu dan pura-pura bertanya pada suamiku."Kenapa Har

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 1 Ditolak Suami

    Aku seorang wanita muda berusia 30 tahun dengan penampilan menarik, tapi suamiku tidak mau menyentuhku. Jadi, aku hanya bisa mengandalkan mainan untuk menghilangkan rasa kesepian.Sampai suatu hari, rumah kami mempekerjakan seorang tukang kebun baru. Badannya kuat dan rupanya tampan. Saat gairahku menggelora, aku menghampirinya .......Namaku Miranda Sasmi, umur 30 tahun, seorang ibu rumah tangga.Penampilanku menarik dan terjaga. Di awal pacaran, suamiku sangat memanjakanku.Kami mengetahui setiap titik sensitif satu sama lain dan telah mencoba semua jenis posisi. Setiap hari adalah masa-masa bercinta yang panas penuh gairah. Kami bahkan pernah melakukannya di kantor suamiku.Suamiku pandai dalam segala hal. Dia tampan, mapan, dan yang paling penting, sangat menyayangiku.Tapi, sejak setengah tahun yang lalu, aku kehilangan hari-hari penuh kenikmatan itu dan menjalani hidup bagaikan seorang janda.Suamiku mulai sering kerja lembur. Lambat laun, dia mulai merasa bahwa hubungan badan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 2 Nyonya

    Mendengar suara Haris, aku langsung tersadar. Aku cepat-cepat melepaskan tanganku dan merapikan baju."Kenapa?" ​​jawabku berpura-pura tenang."Nyonya, bisa keluar sebentar?"Sambil berusaha keras untuk menahan reaksi kewanitaanku, aku beranjak dari tempat tidur dan pergi cuci muka ke kamar mandi untuk menenangkan diri.Haris memanggilku lagi dari halaman, jadi aku buru-buru mengenakan jaket panjang dan berteriak menjawab."Iya, sedang keluar!"Perlahan, aku berjalan menghampirinya.Dia langsung tersenyum dan melambai padaku. Pesona maskulin pria ini sangat kuat. Aku sudah tertarik padanya bahkan dalam jarak yang masih cukup jauh."Ada apa, Haris?" Aku tersenyum simpul, memaksa diriku untuk mengalihkan pandangan ke arah bunga-bunga dan tanaman di halaman.Haris masih memegang gergaji. Lengannya berayun-ayun seolah ingin memamerkan ototnya padaku."Saya nggak bisa potong dahan bagian sini sendirian, jadi saya minta Nyonya keluar. Tolong bantu tarik dahannya ke bawah."Aku menggigit bibi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 6 Membuntuti

    Saat itu seminggu setelah aku membuntuti suamiku terus sepanjang hari untuk mencegahnya bertemu selingkuhannya. Dia tiba-tiba memberitahuku bahwa rumah kami akan kedatangan tamu. Dia memintaku menyiapkan makanan dan menunggu.Aku pun bertanya-tanya. Kepribadian suamiku dingin dan jarang berinisiatif untuk mencari teman.Bahkan sampai aku tidak berani mengundang siapa pun ke rumah setelah menikah.Kenapa tiba-tiba dia kedatangan tamu?Saat aku menunggu suamiku dan teman-temannya datang, aku melihat sosok familier itu lagi.Yang disebut suamiku sebagai temannya ternyata adalah Haris!Haris segera menyapaku."Nyonya, kita bertemu lagi!"Aku bolak-balik melirik suamiku dan Haris. Dari rekaman di mobil, suamiku berkata bahwa Haris telah gagal, jadi dia harus mencari kesempatan lain.Jadi ini maksudnya.Kurasa, dia mengira aku sudah tidak terlalu menempel kepadanya akhir-akhir ini, jadi dia melanjutkan rencananya lagi.Aku pura-pura tidak tahu dan pura-pura bertanya pada suamiku."Kenapa Har

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 5 Ada Orang Lain di Luar

    Sejak diberi tahu Haris, aku mulai mengamati suamiku di rumah.Sebelumnya, aku selalu berpegang pada pemikiran bahwa suami dan istri harus saling percaya.Jadi, aku tidak pernah memeriksa ponsel atau komputernya.Tapi, sejak aku curiga padanya, aku mulai menyadari keanehan dalam gerak-gerik suamiku.Dia selalu bermain dengan ponselnya diam-diam di belakangku, dan meletakkan ponselnya di bawah bantal pada malam hari karena takut orang lain menyentuh ponselnya.Terkadang dia tertawa terbahak-bahak tanpa alasan saat mengobrol.Semua perilaku ini pasti bukti kuat bahwa suamiku punya wanita lain di luar!Aku mencuri waktu saat suamiku mandi dan diam-diam membuka ponselnya untuk mencari tahu siapa selingkuhannya.Tapi setelah mengobrak-abrik ponselnya sekian lama, aku tidak menemukan apa pun. Riwayat obrolannya telah dibersihkan tanpa jejak.Dia terlalu berhati-hati dalam dan tidak meninggalkan bukti sama sekali.Aku menghubungi pengacara untuk membuat perjanjian perceraian. Aku ingin bercer

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 4 Ada Orang Lain di Rumah

    Aku meronta ingin melepaskan diri, tapi Haris menahanku dengan terlalu kuat. Suara langkah kaki di luar pintu semakin mendekat. Habis sudah, aku pasti ketahuan!Akhirnya, aku memberanikan diri dan mendorong Haris dengan seluruh kekuatanku ke rak baju. Sederet gantungan baju terjatuh dan mengenai kepala Haris, membuatnya terjatuh ke tanah tanpa kesempatan untuk melawan.Aku buru-buru memakai pakaianku kembali dan menenangkan ekspresiku sebelum meninggalkan kamar mandi.Saat aku hendak keluar, kebetulan aku berhadapan dengan suamiku yang hendak masuk. Aku memandangnya dengan ekspresi bersalah. "Sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang?"Suamiku menatap keheranan ke arah kamar mandi. Dia menjulurkan kepala untuk mengintip, tapi aku cepat-cepat menutupinya.Dia mengangkat alisnya dan bertanya, "Suara berisik apa tadi? Ada orang lain di rumah?"Pertanyaan itu membuatku sangat takut sampai lututku lemas dan lidahku terbata-bata.Mencoba menjelaskan."Nggak, gantungan bajunya tadi jatuh. Aku seda

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 3 Bantu Aku

    Haris tidak merasakan reaksiku sama sekali saat menggendongku."Nyonya, jangan bergerak. Biar saya gendong ke dalam untuk beristirahat sekarang."Terbungkus dalam aroma maskulinnya, aku tersipu dan membiarkan diriku mengendus-endus.Kamarku masih dipenuhi aroma kenikmatan tadi.Aku tiba-tiba teringat bahwa kekacauan di tempat tidur masih belum kubereskan.Saat Haris membawaku masuk, semuanya sudah terlambat. Dia melihat bercak basah di seprai.Dia tersenyum penuh arti dan berkata, "Nyonya, suamimu kurang memuaskanmu, ya?"Wajahku merah padam dan jantungku berdebar-debar. Aku menjelaskan dengan terbata-bata sementara tanganku menarik selimut untuk menutupi noda di tempat tidur."N-nggak juga."Haris tertawa kecil dengan senyuman panas dan ekspresi tersirat. Aku sangat malu dan menyuruhnya keluar.Tapi Haris lanjut bicara."Nyonya, saya bantu mengoleskan obat dulu. Takutnya sampai berhari-hari nggak sembuh."Aku mendengarkan dengan tenang dan melihat pergelangan kakiku yang sudah merah d

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 2 Nyonya

    Mendengar suara Haris, aku langsung tersadar. Aku cepat-cepat melepaskan tanganku dan merapikan baju."Kenapa?" ​​jawabku berpura-pura tenang."Nyonya, bisa keluar sebentar?"Sambil berusaha keras untuk menahan reaksi kewanitaanku, aku beranjak dari tempat tidur dan pergi cuci muka ke kamar mandi untuk menenangkan diri.Haris memanggilku lagi dari halaman, jadi aku buru-buru mengenakan jaket panjang dan berteriak menjawab."Iya, sedang keluar!"Perlahan, aku berjalan menghampirinya.Dia langsung tersenyum dan melambai padaku. Pesona maskulin pria ini sangat kuat. Aku sudah tertarik padanya bahkan dalam jarak yang masih cukup jauh."Ada apa, Haris?" Aku tersenyum simpul, memaksa diriku untuk mengalihkan pandangan ke arah bunga-bunga dan tanaman di halaman.Haris masih memegang gergaji. Lengannya berayun-ayun seolah ingin memamerkan ototnya padaku."Saya nggak bisa potong dahan bagian sini sendirian, jadi saya minta Nyonya keluar. Tolong bantu tarik dahannya ke bawah."Aku menggigit bibi

  • Rayuan Tukang Kebun   Bab 1 Ditolak Suami

    Aku seorang wanita muda berusia 30 tahun dengan penampilan menarik, tapi suamiku tidak mau menyentuhku. Jadi, aku hanya bisa mengandalkan mainan untuk menghilangkan rasa kesepian.Sampai suatu hari, rumah kami mempekerjakan seorang tukang kebun baru. Badannya kuat dan rupanya tampan. Saat gairahku menggelora, aku menghampirinya .......Namaku Miranda Sasmi, umur 30 tahun, seorang ibu rumah tangga.Penampilanku menarik dan terjaga. Di awal pacaran, suamiku sangat memanjakanku.Kami mengetahui setiap titik sensitif satu sama lain dan telah mencoba semua jenis posisi. Setiap hari adalah masa-masa bercinta yang panas penuh gairah. Kami bahkan pernah melakukannya di kantor suamiku.Suamiku pandai dalam segala hal. Dia tampan, mapan, dan yang paling penting, sangat menyayangiku.Tapi, sejak setengah tahun yang lalu, aku kehilangan hari-hari penuh kenikmatan itu dan menjalani hidup bagaikan seorang janda.Suamiku mulai sering kerja lembur. Lambat laun, dia mulai merasa bahwa hubungan badan t

DMCA.com Protection Status